Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Analisis teknis: Rencana mesin F1 2021 disambut pertentangan

Formula 1 berharap pada masa depan yang lebih cerah menyusul diumumkannya rencana mesin 2021 oleh FIA dan Liberty Media. Tapi mengapa ini justru mendapat pertentangan dari pabrikan mesin?

Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08, Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB13, Kimi Raikkonen, Ferrar

Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08, Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB13, Kimi Raikkonen, Ferrar

Steve Etherington / Motorsport Images

Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08, Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB13, Kimi Raikkonen, Ferrari SF70H

Saat pertemuan di Paris pekan ini menghasilkan detail-detail rencana mesin F1 2021, banyak yang menganggap ini adalah sebuah harapan bahwa ajang 'jet darat' bisa kembali ke masa keemasan mereka.

Tapi mengapa, konsep mesin yang lebih sederhana, lebih murah, dan lebih bising, justru disambut pertentangan dari pabrikan mesin seperti Mercedes dan Renault? Ferrari bahkan satu langkah lebih ekstrem dengan mengancam akan keluar dari Formula 1.

Memulai dari awal

Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid

Renault dan Mercedes tentunya menjadi pihak yang memiliki pemahaman tinggi soal pengembangan mesin dengan regulasi yang saat ini berlaku. Menurut mereka, regulasi mesin 2021 akan menuntut perubahan yang tidak kecil. Jadi bisa dibilang, mereka harus memulai dari awal untuk mengembangkan unit mesin 2021.

Konsep V6 turbo yang dipertahankan untuk 2021, seolah-olah memberikan ilusi bahwa pengembangan mesin tidak akan jauh berbeda dari yang ada saat ini.

Tapi Renault dan Mercedes tidak setuju dengan anggapan tersebut. Meski mengaku telah belajar banyak soal teknologi hibrida, mereka menilai pengembangan mesin 2021 tetap saja harus dilakukan dengan "kertas kosong".

Efisiensi panas dan proses pembakaran yang rumit, telah menjadi pokok dari era hibrida. Tapi hal tersebut akan semakin rumit, karena regulasi baru menaikkan karakteristik aliran bahan bakar dan profil batas rev.

Sementara hilangnya MGU-H juga menuntut pemikiran ulang soal ukuran dan ruang performa turbocharger. Begitu juga dengan MGU-K yang akan kembali ke konsep kendali manual.

Para penyuplai mesin yang saat ini terlibat di F1 merasa bahwa regulasi ini sengaja dirancang untuk mengundang minat dari pabrikan mesin luar. Ini dianggap tidak adil karena mereka harus menjalankan dua program mesin secara berbarengan dalam tiga tahun ke depan. Sementara calon penyuplai mesin baru bisa fokus sepenuhnya pada regulasi 2021.

Sebagai solusi untuk memudahkan transisi ke regulasi baru, aturan pembatasan aliran dan jumlah bahan bakar akan dilonggarkan. Kedua poin tersebut juga menjadi halangan terbesar bagi para pabrikan baru yang ingin bergabung.

Kabar baik

Max Verstappen, Red Bull Racing RB13 leads at the start of the race and collides with Sebastian Vettel, Ferrari SF70H

Meski khawatir dengan besarnya biaya yang diperlukan, para penyuplai mesin tidak sepenuhnya kecewa terhadap rencana-rencana yang diajukan. Seperti mesin yang akan bersuara lebih bising yang mendapat dukungan penuh.

Formula mesin V6 berkapasitas 1,6 liter yang dipertahankan untuk 2021 juga secara teoretis justru bisa mengurangi biaya pengembangan.

Kembalinya sistem boost yang mirip seperti KERS juga akan meramaikan aspek strategi dan taktik saat balapan. Penonton tentunya akan lebih senang saat boost dikendalikan secara manual oleh pembalap dan bukan secara algoritma seperti yang diterapkan di F1 saat ini.

FIA juga berniat menekan pengeluaran biaya lebih lanjut melalui komponen penyimpanan energi dan kontrol elektronik yang berstandar. Hal ini diyakini akan menarik minat beberapa pabrikan mesin baru seperti Aston Martin, Porsche, Cosworth, dan Ilmor.

Di saat yang sama, dengan adanya standardisasi dan penyederhanaan komponen, reliabilitas mesin juga akan meningkat, sekaligus membantu menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi penyuplai mesin saat ini.

Kabar buruk

Carlos Sainz Jr., Scuderia Toro Rosso STR12, stops his car as his engine smokes

Dari sudut pandang teknologi, rencana mesin 2021 menjadi sebuah kemunduran bagi konsep "super high-tech" yang selalu dibanggakan F1 sejak pengenalan teknologi turbohibrida. Akibat semakin banyaknya komponen yang berstandar (sama), regulasi baru ini juga akan mengurangi identitas atau keunikan sebuah mesin.

Apakah mesin Ferrari nantinya masih bisa dibedakan dari mesin-mesin , sebagai contoh, buatan Mercedes atau Renault? Saat pertemuan, bahkan muncul pertanyaan apakah perubahan regulasi ini memang benar-benar diperlukan. Karena menurut mereka, segala masalah reliabilitas yang ada saat ini akan terus berkurang sesuai bertambahnya pengalaman.

Kembalinya sistem boost manual seperti KERS juga kemungkinan tidak akan relevan jika pembalap mengeluarkannya di setiap tikungan untuk mengatasi masalah turbo lag yang hampir pasti akan terjadi karena hilangnya MGU-H.

Lalu ada masalah soal berat. Mobil F1 saat ini sebenarnya merupakan yang paling berat sepanjang sejarah. Tapi itu belum termasuk perangkat Halo yang akan diwajibkan mulai 2018.

Selain konfirmasi hilangnya MGU-H, rencana mesin 2021 hingga saat ini masih belum membahas topik berat mobil. Tapi jika ada penambahan kapasitas penyimpanan energi untuk memenuhi target KERS, dan penambahan ukuran mesin pembakaran dalam (ICE), maka kita tidak akan melihat perbedaan pada catatan waktu.

Apa solusinya?

Untuk mencari jawabannya, mungkin kompromi harus didapat antara keinginan para penyuplai mesin dan poin-poin dari rencana mesin 2021 yang telah diumumkan. Perubahan aturan dilakukan agar semua pihak bisa senang. Transisi yang mulus menuju 2021, dan di saat yang sama tetap bisa menarik minat pabrikan mesin baru.

Jawabannya bisa termasuk:

  • Meningkatkan aliran massa bahan bakar dan menghilangkan batas rev artifisial 12.000 rpm sehingga pabrikan mesin bisa mencapai target batas rev 15.000 rpm yang akan meningkatkan kualitas performa dan suara.
  • Kebebasan dalam penentuan jumlah bahan bakar yang akan meningkatkan variasi strategi sebelum dan saat balapan.
  • KERS-overboost: Kapasitas penyimpanan energi ditingkatkan menjadi 6 mj sehingga pembalap bisa mengeluarkan tambahan tenaga sebesar 120 kw (160 dk)
  • Standardisasi ERS dan turbo, termasuk MGU-H, MGU-K, penyimpanan energi, dan kontrol elektronik. Ini akan mengurangi kerumitan teknologi sekaligus meningkatkan reliabilitas mesin sehingga pabrikan mesin bisa fokus lebih banyak pada ICE.

Perubahan-perubahan di atas diharapkan bisa menjawab masalah biaya, suara, reliabilitas, performa, dan halangan-halangan bagi calon pabrikan mesin baru. Dan di saat yang sama, menjaga kepuasan para pabrikan mesin yang saat ini terlibat di F1.

The 2014 Renault Energy F1 V6 engine

The 2014 Renault Energy F1 V6 engine

Foto oleh: Renault F1

Mesin Renault Energy F1 V6 2014
The 2014 Renault Energy F1 V6 engine

The 2014 Renault Energy F1 V6 engine

Foto oleh: Renault F1

Mesin Renault Energy F1 V6 2014
FIA Motorhome and logo

FIA Motorhome and logo

Foto oleh: Sutton Images

Foto oleh: Mercedes AMG

Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid
Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid

Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid

Foto oleh: Mercedes AMG

Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid
Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid

Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid

Foto oleh: Mercedes AMG

Mercedes AMG F1 W06 Mercedes PU106-Type Hybrid
6

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Renault rencanakan perubahan besar desain mobil 2018
Artikel berikutnya McLaren: Kami antusias hadapi F1 2018

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia