Giovinazzi: Tanpa Gelael, saya tak beranjak dari gokart
Dengan dukungan Ricardo Gelael, Antonio Giovinazzi meniti karier balapnya hingga mendapat panggilan Ferrari dan kesempatan membalap di Formula 1.
Jun Qian
Bagi Giovinazzi, kesempatan membalap di Formula 1 mulai terbuka kala ia direkrut Ferrari sebagai salah satu pembalap pengembang mereka pada 2017.
Namun, menjelang debut musim penuh pertamanya di F1 2019 bersama Alfa Romeo, Giovinazzi rupanya juga tidak melupakan jasa Ricardo Gelael – ayah dari pembalap F2 asal Indonesia, Sean Gelael – dalam karier balapnya.
Bahkan menurut Giovinazzi, tanpa dukungan dari Gelael, ada kemungkinan kariernya akan mandek di jenjang gokart atau karting.
"Saat masih karting, saya bertemu dengan Sean Gelael di Top Kart. Ayahnya, Ricardo, meminta saya untuk menjadi semacam pelatih buat putranya, yang waktu itu masih minim pengalaman. Ketika Sean selesai di karting dan naik ke balap formula, saya mendapat tawaran untuk mengikuti dia.... Saya tidak percaya! Saya yakin karier saya akan mandek di karting," papar pembalap berusia 25 tahun itu dalam wawancara eksklusif bersama Motorsport.com.
"Berangkatlah saya ke Asia untuk mengikuti Formula Abarth, kejuaraan yang saya juarai. Ricardo Gelael menanyakan saya, apa yang saya inginkan sebagai hadiah, saya ingat dia sempat mengusulkan untuk membelikan saya komputer.
"Tapi saya berkata bahwa saya ingin membalap di Formula Abarth Italia, karena kemenangan saya di Asia mungkin dinilai terlalu mudah untuk kelas Eropa. Jadi saya datang ke Monza, untuk mengikuti ronde terakhir, dan saya berhasil memenangi dua dari tiga balapan yang dihelat pada pekan itu. Salah satunya diraih setelah start dari posisi terakhir. Itu menjadi momen yang manis."
Philo Paz Armand, Trident, Antonio Giovinazzi, PREMA Racing, Mitch Evans, Pertamina Campos Racing, Sean Gelael, Pertamina Campos Racing (2016)
Foto oleh: GP2 Media Service
Setelah mengecap kesuksesan di Asia dan menunjukkan potensinya di Eropa, Giovinazzi kembali mendapat dukungan dari Gelael untuk berkompetisi di F3 dan GP2.
"Masih dengan dukungan dari Gelael, saya berlaga di Formula 3, bersama Double R Racing. Sebagai informasi, salah satu dari huruf 'R' itu adalah inisial Kimi Raikkonen, rekan setim baru saya. Satunya lagi untuk Steve Robertson, manajer dia," terang Giovinazzi.
"Di Formula 3 Inggris, saya berada di urutan kedua, dan kemudian pada 2015, saya kembali menempati peringkat kedua di F3 Eropa. Akhir 2015, saya berkonsultasi dengan Enrico Zanarini, manajer yang sangat berpengalaman, untuk membantu saya. Pada Januari 2016, saya di Thailand untuk mengikuti balapan LMP2 bersama Sean Gelael. Ricardo kembali membantu saya untuk musim balap yang baru.
"Jadi dengan sigap, Enrico menghubungi Prema dan saya mendapat kursi GP2 bersama Pierre Gasly. Waktu itu adalah musim pertama Prema di kategori tersebut. Tapi saya sangat pede, karena saya tahu kemampuan mereka saat menjadi lawan di Formula 3.
"Saya terus bertarung memperebutkan gelar hingga balapan terakhir. Meski titel akhirnya disabet rekan setim saya, saya tidak menyangka bisa menjalani musim seperti ini! Pierre punya satu tahun pengalaman lebih banyak di GP2, dan itu sangat bernilai. Dia benar-benar lawan yang tangguh.
"Jadi itu adalah tahun yang fantastis, saya memenangi dua balapan dari posisi start terakhir, dan pencapaian ini yang membuat saya dikenal. Hingga akhirnya di akhir tahun, saya mendapat telepon dari [bos Ferrari] Sergio Marchionne. Pintu itu terbuka, dan di sini lah saya berada," tandas dia.
Laporan tambahan oleh Erwin Jaeggi
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments