Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

James Allen: Laporan Strategi Balapan UBS - GP Italia

GP Italia memang jarang menyuguhkan balapan yang menarik dari segi strategi. Tapi cara dua tim Formula 1, Mercedes dan Ferrari, menerapkan hal tersebut menjadi topik yang layak untuk dibahas.

James Allen on F1, Monza

James Allen on F1, Monza

James Allen

James Allen on F1

James Allen adalah salah satu jurnalis balap yang paling berpengalaman di Formula 1.

Sudah jelas sejak sesi latihan hari Jumat (1/9) bahwa Mercedes memiliki paket yang lebih unggul di Monza, bukan hal yang mengejutkan memang. Tapi Ferrari kesulitan menyetel mobil mereka pada hari Jumat dan tidak bisa memperbaikinya pada hari Sabtu (2/9) karena hujan.

Setelah tampil buruk di sesi kualifikasi yang berlangsung dalam kondisi basah, Ferrari tidak hanya berada di belakang kedua mobil tim pabrikan Mercedes, tapi juga dua mobil dari tim pelanggan Mercedes: Williams dan Force India.

Di sini, kita akan menganalisis apa yang terjadi, apa yang membuat Ferrari kesulitan, dan bagaimana strategi yang dipilih di Monza, dapat berlanjut ke balapan berikutnya di Singapura.

Kita juga akan melihat bagaimana Daniel Ricciardo dan Red Bull mengambil strategi berlawanan di Monza – meniru apa yang biasa dilakukan Sergio Perez – untuk merebut hasil finis keempat yang impresif, mengalahkan Kimi Raikkonen dari tim Ferrari.

 Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08, passes Kimi Raikkonen, Ferrari SF70H, in the Parabolica
Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08, menyalip Kimi Raikkonen, Ferrari SF70H, di Parabolica

Ekspektasi sebelum balapan

Tradisionalnya, balapan Monza memang hanya membutuhkan strategi satu kali pitstop, karena perbedaan mencolok antara mobil yang bisa melaju hingga kecepatan 360 km/j di lintasan dibandingkan mobil yang hanya bisa melaju pada kecepatan 80 km/j di pitlane.

Tahun ini, Pirelli kembali membawa kompon ban supersoft, sebagai tambahan opsi dari kompon soft dan medium. Seperti yang biasa terjadi di musim ini, kebanyakan tim hanya menggunakan dua kompon yang lebih lunak saat balapan.

Keduanya bagus untuk 30 putaran saat balapan, perbedaan pace antara supersoft dan soft tidak terlalu signifikan. Seperti yang diperkirakan, degradasi ban pada hari balapan (Minggu, 3/9) jauh lebih rendah dibandingkan pada hari Jumat.

Balapan sendiri berjalan dalam situasi yang tidak biasa; karena hujan deras yang mengguyur di sesi kualifikasi, sehingga tim bisa bebas memilih kompon ban awal dan pembalap 10 besar tidak perlu memakai set kompon kualifikasi mereka. Mayoritas memilih menggunakan supersoft, agar dapat cengkeraman yang baik saat start. Balapan juga berlangsung tanpa adanya kibasan bendera kuning, sesuatu yang juga langka.

Susunan grid terdiri dari dua mobil tim pabrikan Mercedes di posisi empat besar, terpisah oleh dua mobil tim pelanggan mesin Mercedes: Lance Stroll dari Williams, dan Esteban Ocon dari Force India. Duo Ferrari Raikkonen dan Vettel masing-masing menempati posisi start kelima dan keenam.

Max Verstappen dan Ricciardo, kedua menerima penalti mesin, memilih memulai balapan dengan kompon soft; karena di awal balapan mobil akan sering terkena angin kotor/turbulensi dari banyaknya mobil di depan. Sementara kompon supersoft akan lebih cocok untuk dipakai saat mobil terbebas dari halangan mobil di depan.

Salah satu kunci agar strategi di atas bisa berjalan optimal, jangan melakukan insiden senggolan dengan pemablap lain. Karena jika harus masuk ke pit lebih awal, ban supersoft tidak akan bertahan hingga akhir balapan, dan harus melakukan pitstop tambahan (karena sesuai peraturan, dua kompon ban berbeda harus dipakai saat balapan kering).

Ironisnya, itulah yang terjadi pada Verstappen, saat ia bersenggolan dengan Massa. Balapan pembalap Belanda itu pun menjadi kacau.

Alonso dan Grosjean, yang memulai balapan dari posisi belakang, juga memakai strategi berlawanan seperti yang diterapkan Red Bull. Anehnya, Perez yang terkenal memakai strategi ini justru tidak menerapkannya untuk balapan Monza.

 Daniel Ricciardo, Red Bull Racing
Daniel Ricciardo, Red Bull Racing

Ricciardo – dari P16 ke P4, di depan Raikkonen

Salah satu pembalap yang tampil paling gemilang di Monza adalah Daniel Ricciardo, yang hanya berjarak kurang dari empat detik di belakang peraih podium ketiga, Vettel, meski harus start dari posisi ke-16. Ia juga menerapkan strategi yang sama pada 2015, ketika ia naik dari P15 ke P8, sementara Perez bersama Sauber pada 2012, yang finis P2 setelah start dari P12.

Dengan memakai kompon ban yang lebih keras di awal balapan maka pembalap bisa menjalani stint pertama yang lebih lama sebelum menyerang dengan kompon yang lebih lunak di penghujung balapan. Strategi tersebut cukup membuahkan hasil di Monza, karena sirkuit ini terbilang mudah untuk melakukan aksi salip-menyalip.

Target Ricciardo adalah kedua pembalap Ferrari. Red Bull tampak bisa menyamai laju simulasi balapan Ferrari pada sesi latihan hari Jumat. Tapi saat balapan, Ricciardo harus menyalip cukup banyak mobil dan ia bisa kehilangan waktu jika Ferrari bisa cepat mengatasi Stroll dan Ocon yang ada di depan mereka.

Saat Vettel bisa mengatasi dua hambatan tersebut dengan relatif cepat, rekan setimnya, Raikkonen, terlihat kesulitan, dan menjadi benih kesempatan bagi Ricciardo.

Force India dan Williams terlibat pertarungan sengit di antara mereka dalam perebutan posisi keempat klasemen konstruktor. Jadi dari segi strategi, mereka saling terfokus satu sama lain. Ketika Ocon menyalip Stroll selepas start, Raikkonen masih menempel di belakang dua pembalap muda tersebut.

Idealnya bagi Ferrari dalam situasi seperti ini, adalah membiarkan dan menunggu hingga mereka melakukan undercut (pitstop lebih awal) sebelum memanfaatkan keunggulan laju Ferrari dan menyalip keduanya saat melakukan pitstop lebih akhir.

Tapi hal tersebut tidak terjadi karena sepanjang awal balapan, Raikkonen terus menerus meminta ban baru, sebelum Ferrari akhirnya memanggilnya untuk pitstop pada putaran ke-15. Masalahnya, undercut hanya akan bekerja secara optimal jika ban yang dipersiapkan di garasi adalah ban yang jauh lebih kencang ketimbang yang ada di mobil.

Raikkonen bisa menyalip Stroll, hanya karena pembalap Kanada itu mengalami pitstop yang lambat. Tapi Ocon berhasil mempertahankan posisinya dan mengatasi dua pesaingnya tersebut.

Semua ini menjadi berkah bagi Ricciardo dan Red Bull. Pembalap Australia itu menjalani stint pertama yang panjang, dan berhasil menyalip Raikkonen saat ia beralih kompon ban supersoft yang lebih segar, sementara Raikkonen kesulitan bertahan karena harus memakai kompon soft yang lebih aus.

Ricciardo sendiri juga hampir mengancam Vettel dalam perebutan posisi ketiga, tapi pembalap Ferrari itu bisa mempertahankan posisi podiumnya hingga akhir balpan.

 Esteban Ocon, Sahara Force India F1 VJM10, Lance Stroll, Williams FW40
Esteban Ocon, Sahara Force India F1 VJM10, Lance Stroll, Williams FW40

Force India dan Williams tampil lebih cepat dari biasanya

Mari kita simak juga dua penampilan yang tak terduga pada balapan pekan lalu. Grafik progres balapan (di bawah) menunjukkan hal yang tidak biasa; Force India dan WIlliams menikmati performa yang lebi bagus ketimbang rival-rival mereka di persaingan papan tengah. Jadi mengapa demikian?

Teori pertama mungkin ada kaitannya dengan langkah Mercedes yang memilih menaikkan performa mesin pada Ocon dan Stroll (begitu juga dengan dua pembalap tim pabrikan mereka)

Posisi Stroll dan Ocon di fase awal balapan memungkinkan Mercedes untuk menjadikan dua pembalap tersebut sebagai dinding peredam melawan Ferrari. Tidak hanya itu saja, Mercedes juga bertekad meraih poin maksimal di Monza sekaligus mempermalukan Ferrari di depan para Tifosi.

Mesin hibrida F1 memiliki berbagai macam mode, yang bisa diubah agar pembalap bisa menikmati tenaga maksimal, meski dengan konsekuensi risiko kerusakan yang bertambah besar. Biasanya pembalap menggunakan mode maksimal selepas start dan setelah periode Safety Car. Selain dua situasi tersebut, pembalap normalnya mengurangi mode tenaga agar memperpanjang reliabilitas atau ketahanan mesin itu sendiri.

Force India dan Williams memang memiliki mobil yang kuat dari segi kecepatan di lurusan. Tapi melalui analisis yang lebih dekat, data menunjukkan bahwa Mercedes mengizinkan Hamilton dan Bottas, beserta Ocon dan Stroll, untuk lebih sering memakai mode maksimal saat balapan.

 Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08

 

Sebagai contoh, di garis speed trap menjelang tikungan pertama, mobil-mobil bermesin Mercedes bisa mencapai kecepatan 328-330 km/j jika tidak mendapat tarikan slipstream (dengan tarikan slipstream bisa mencapai kecepatan 350 km/j). Menariknya tidak ada perbedaan mencolok antara mobil tim pabrikan yang menggunakan mesin spesifikasi-4 dan mobil tim pelanggan yang masih menggunakan spesifikasi-3.

Sementara Ferrari konsisten di kisaran 316-338 km/j. Jadi setiap putarannya, skuat Maranello itu memiliki defisit 10 km/j di lurusan Monza.

Setelah 53 Lap, Vettel menyelesaikan balapan tertinggal 36 detik di belakang pemenang dan rivalnya, Hamilton. Sementara mobil-mobil tim pelanggan Mercedes juga turut andil mengacaukan balapan Raikkonen. Di atas podium, Hamilton seperti tidak ingin ketinggalan untuk memamerkan kekuatan Mercedes di depan para pendukung setia Ferrari dengan membuat pernyataan: "Tenaga [mesin] Mercedes lebih bagus ketimbang Ferrari".

Setelah balapan usai, presiden Ferrari, Sergio Marchionne, berkata bahwa timnya telah tampil "memalukan".

Sungguh mudah bagi kita untuk berpikir bahwa Mercedes sudah tahu mereka akan menang di Monza. Tapi balapan kali ini seperti memberikan insentif tambahan kepada Mercedes untuk memberikan rasa sakit berlebih terhadap Ferrari, terutama di pendukung setia rival mereka itu.

Memaksimalkan segala aset yang Mercedes miliki, mereka juga ingin membuat grogi Ferrari di beberapa balapan yang akan datang, termasuk GP Singapura, yang bisa menjadi titik kekuatan Ferrari.

Di Maranello, Ferrari harus tampil lebih kuat dan segera melupakan kekalahan di Monza untuk memastikan bahwa mereka bisa kembali memperlihatkan penampilan terbaik untuk Singapura. Vettel telah memberikan pernyataan yang tepat, bahwa Ferrari harus lebih fokus pada nilai-nilai positif ketimbang negatif seperti yang dilakukan Marchionne.

Sejak tiba di paddock pada hari Kamis (31/8), Vettel tahu Monza tidak akan menjadi pekan terbaik bagi Ferrari. Dan ia tidak ingin timnya kehilangan fokus sebelum balapan yang harus mereka bisa menangi di Sirkuit jalan raya Marina Bay.

 Winner Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08, second place Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08
Pemenang balapan Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08, peringkat kedua Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 W08

 

Laporan Strategi Balapan F1 ini ditulis oleh James Allen dengan dukungan dari UBS, beserta masukan dan data dari ahli strategi tim-tim unggulan F1 dan Pirelli.

GRAFIK SEJARAH BALAPAN, dari tim Williams Martini Racing

Memperlihatkan jarak dan perbedaan performa tiap mobil. Garis ke atas menunjukkan pace relatif yang bagus, jika ke bawah maka sebaliknya. Penurunan tajam mengindikasikan pitstop.

Lihat bagaimana pace Ocon dan Stroll di stint pertama jauh lebih bagus ketimbang pesaing papan tengah lainnya (seperti Toro Rosso, Renault). Perbedaan tersebut lebih besar dari biasanya. Tapi seperti yang telah dijelaskan, hal ini juga bisa disebabkan karena mode mesin Mercedes yang bekerja lebih keras dari biasanya.

Lihat juga perbedaan catatan waktu saat pitstop antara Raikkonen (Lap 15) dan Vettel (Lap 31). Raikkonen seharusnya bisa menunggu Stroll melakukan undercut terhadap Ocon, lalu pembalap Finlandia itu bisa melakukan overcut (pitstop lebih telat) untuk menyalip keduanya.

Patut diperhatikan juga progres Ricciardo setelah mendapat ban yang lebih segar dan melaju tanpa hambatan. Ia tidak panik saat suhu bannya naik ketika harus melakukan overlap. Dengan ketenangannya ia berhasil finis urutan keempat, dan predikat Driver of The Day dari situs resmi F1.

James Allen on F1, race history
James Allen on F1, tyre strategy

 

Artikel sebelumnya Horner: Tidak boleh ada batasan mesin di F1
Artikel berikutnya Renault jelaskan rencana perbaikan daya tahan

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia