Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Mercedes: Gelar 2018 terasa lebih memuaskan

Dua gelar juara dunia Formula 1 yang disabet Mercedes tahun ini diakui terasa lebih manis dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 celebrates with the team

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Persaingan gelar F1 2018 antara Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel memasuki masa-masa genting usai jeda musim panas. Mercedes membalas kekalahan mereka di Belgia dengan mempermalukan Ferrari di hadapan para tifosi di Monza.

Kemenangan Hamilton di GP Italia merupakan awal dari rentetan empat kemenangan. Inilah yang pada akhirnya memuluskan Mercedes untuk kembali mengawinkan gelar juara dunia, lima kali secara beruntun sejak dimulainya era turbohibrida pada 2014.

Baca Juga:

Namun capaian Mercedes tahun ini bukan berarti tanpa halangan. Pabrikan Panah Perak itu mengaku sempat kesulitan memahami paket upgrade mesin yang mereka bawa ke Belgia.

"Kami membawa pembaruan power unit untuk Spa, tapi waktu itu kami masih belum sepenuhnya paham," ungkap Toto Wolff, bos tim Mercedes, kepada Motorsport.com.

"Jadi kami masih memikirkan bagaimana menyalurkan energi dengan cara yang benar.

"Kemudian di Spa, kami juga sedikit kurang beruntung, karena mereka [Ferrari] lebih kencang di trek lurus. Kami juga tidak kompetitif di La Source, tikungan terpenting di trek, yang mana membawa momentum menuju trek lurus.

"Setelah itu kami mulai memperbaikinya. Kalibrasi mesin sudah lebih baik di Monza. Para teknisi kami memahami mobil lebih baik, dan mengerti apa yang terjadi di La Source. Itu kami buktikan di Singapura.

"Entah bagaimana, menurut saya, pembelajaran yang kami ambil dari Spa, dan balapan-balapan setelah Spa, berkontribusi besar pada meningkatnya performa kami. Kemudian manfaat dari pengembangan mobil yang kami lakukan sejak musim semi juga akhirnya bisa terasa."

Menurut Wolff, Ferrari mengalami patah semangat usai gagal memenangi balapan GP Italia, di mana Vettel melintir setelah bersinggungan dengan Hamilton pada lap pembuka.

"Saya pikir secara mental, Monza adalah sebuah kemunduran bagi mereka. Andai saja Sebastian tidak melintir setelah kontak di lap pertama, mungkin dia bisa finis kedua atau bahkan menang," terang Wolff.

"Menurut saya kami tampil cukup bagus di sana, dan pertarungan sengit sebenarnya bisa terjadi. Dia [Vettel] akhirnya finis kelima, jadi dari segi poin mungkin kelihatannya tidak begitu dramatis.

"Tapi itu membantu momentum kami. Mereka berusaha keras memenangi Monza untuk melupakan hasil 2017, tapi akhirnya tetap kami yang menang.

"Kemudian kita datang ke Singapura, di mana mereka yang paling diunggulkan. Tapi ternyata kami lebih kencang.

"Kami membawa momentum itu ke Sochi, Suzuka, dan selesai sudah."

Wolff menambahkan, timnya harus berhadapan dengan tantangan yang lebih sulit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, ia menilai raihan dua gelar tahun ini terasa lebih memuaskan.

"Rasanya kami harus bertarung lebih keras untuk meraihnya. Kami lebih sering berhadapan dengan momen-momen sulit dibanding 2017. Tapi kami tetap tampil solid.

"Itulah alasan mengapa kami lebih lega dan lebih puas dengan dua gelar juara dunia tahun ini dibanding tahun lalu."

10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kemampuannya diragukan, Kubica beri tanggapan
Artikel berikutnya McLaren tak menyesal cerai dengan Honda

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia