Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Perang Twitter Damon Hill vs Mercedes

Pernyataan bahwa Mercedes dan Ferrari sebaiknya mundur dari Formula 1 telah memicu perang Twitter antara Damon Hill dan skuat Silver Arrow.

Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1 W09 passes Ferrari SF-71H

Foto oleh: Sutton Images

Juara dunia 1996 menyatakan cuitannya di Twitter untuk mendorong kedua tim raksasa balap agar memenuhi ancamannya untuk membuat seri balapan, sekaligus mengeluhkan bahwa “kerumitan industri masif menghancurkan balap” dan menambahkan bahwa “FIA telah kehilangan kendali atas F1”.

Cuitan ini memancing reaksi Mercedes, menyindir kalau Hill dulu tidak mengeluh saat ia menang “dengan mesin Renault paling hebat”, yang kembali dibalas Hill sembari menunjukkan bahwa skuat Williams merupakan “tim kelas garasi”.

 

Menjelaskan apa dimaksud ‘kerumitan industri’ dari dua tim terbesar, Hill mengatakan kepada Motorsport.com bahwa Mercedes dan Ferrari tidak lagi memperlakukan Formula 1 sebagai sebuah olahraga.

“Ferrari dan Mercedes sedang berakting dalam konser dan menciptakan sebuah kondisi dimana mereka akan tinggal di balap,” ucap Hill.

“Jika Anda menuduh bahwa mereka bekerjasama di masa lalu, tentu mereka akan menyangkalnya, tetapi kini mereka berpasangan dengan baik untuk mencoba dan mendapatkan kondisi dimana mereka dapat terus berada di depan lainnya.

“Sekarang, saya berargumen bahwa balap harus mencoba menciptakan setidaknya kesempatan bagi semua kompetitor agar memiliki kesempatan kompetitif.

“Ini merupakan masalah klasik bagi balap, karena cenderung memberikan penghargaan bagi yang dominan secara tidak adil.”

Hill menambahkan bahwa ancaman dari Mercedes dan Ferrari untuk keluar dari F1 hanyalah tak lebih dari pernyataan politik dan FIA harus tetap pada pendiriannya.

“Lihat, saya pikir itu hanya taktik negosiasi,” tambahnya.

“Apakah mereka siap berlaga di kejuaraan di mana mereka tidak akan mendapatkan kondisi menguntungkan seperti ini? Atau kondisi dimana semuanya diperlakukan sama?

“Jika mereka tidak siap dengan hal itu, sebaiknya mungkin mereka tidak di sini.

“Mereka dapat mengasapi semua tim dengan mudah. Istilah kerumitan industri manufaktur saya gunakan karena mereka menggunakan lebih banyak sumber daya dari apa bisa dibayangkan oleh tim Formula 1, kecuali mereka adalah pabrikan. Jadi, jika Anda akan membawa sumber daya sebesar itu, maka harus ada pembatasan aturan.

“Seseorang harus berkata, ‘baiklah kita tak bisa membiarkan hal ini, kita harus memberlakukan suatu batasan’.

“Pada akhirnya saya datang dengan posisi ini; pembalap juga memiliki karir, dan inilah puncak dari dunia balap. Inilah yang kami akan terus katakan dan juga merupakan tujuan akhir pembalap. Secara global, pantas disebut sebagai gunung Everest dunia balap.

“Jadi Anda tak dapat mengunci 99 persen dari kompetisi. Anda harus menemukan cara untuk mmebukanya. Dan saya tahu ini adalah hal mustahil, karena hanya sedikit orang yang benar-benar bisa kompetitif. Tapi setidaknya harus ada upaya melebarkan dasar piramida.”

Laporan tambahan oleh Adam Cooper

Lihat highlights balapan GP Australia 2018:

Ikuti Motorsport.com di:

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya GP Australia: Manfaatkan VSC, Vettel kalahkan Hamilton
Artikel berikutnya Klasemen F1 2018 setelah GP Australia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia