Prost bicara Senna: Saya selalu kenang enam bulan terakhirnya
Juara dunia Formula 1 empat kali, Alain Prost, mengenang dan menceritakan kembali hari ketika Ayrton Senna berubah dari seorang musuh bebuyutan menjadi seorang kawan dekat.
Foto oleh: LAT Images
Souvenez-vous !
Sur deux ou quatre roues, replongez-vous dans l'Histoire des sports mécaniques, celle qui a écrit la légende des hommes et des machines durant des décennies.
"Saya tidak akan memperingati hari ini seperti kalian," ucap Alain Prost pada tanggal meninggalnya Ayrton Senna, 1 Mei. "Saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang dia, tidak ada masalah, dia orang yang luar biasa. Tapi pandangan saya tentang dia berbeda dibanding orang lain."
Untuk memahami ucapan Prost, kita harus mempertimbangkan konteks sejarah antara keduanya: Prost dan Senna, bisa dibilang adalah rivalitas terbaik yang pernah ada di Formula 1.
Setelah mereka menjadi rekan setim di McLaren pada 1988, "percikan api" pertama muncul ketika Senna secara agresif mengimpit Prost ke arah dinding pit sirkuit Estoril. Insiden ini memancing kekesalan dari Prost yang berkata: "Harus diakui, terkadang saya takut berada di samping dia. Dia siap melakukan apapun."
Adu argumen di media sudah terjadi sebelum Senna merengkuh gelar perdananya pada 1988. Tapi awal dari konflik panas keduanya baru bisa kita lihat di Imola 1989. Saat restart usai kecelakaan yang dialami Gerhard Berger, Senna menyalip Prost jelang tikungan Tosa. Manuver tersebut menurut Prost telah melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelum balapan. Tapi Senna beralasan dia sudah menyalip sebelum tikungan, jadi manuvernya tidak dihitung dalam kesepakatan itu.
Entah itu memang murni taktik dari Senna atau pembalap Brasil itu sengaja memutarbalikkan logika demi keuntungannya sendiri, Prost tetap berang dan perseturuan antara keduanya berlanjut sejak saat itu.
Insiden tabrakan di dua penentuan gelar juara beturut-turut pada 1989 dan 1990, merusak reputasi F1. Pertanyaan pun muncul tentang kenekatan pembalap hanya untuk mengalahkan rival dan merebut gelar juara.
Keduanya merasa tidak diperlakukan adil: Senna yakin FIA telah memanipulasi hasil balapan 1989 untuk menguntungkan Prost, yang diklaim "sebuah hasil dari politik". Sementara Prost mempertanyakan etika dan bahkan kewarasan Senna.
Tapi rivalitas yang berlangsung panas selama enam tahun berakhir ketika Prost memutuskan pensiun setelah menyabet gelar juara dunia 1993 bersama Williams.
Sejak saat itu, kedua musuh bebuyutan ini menjadi kawan. Sesuatu yang awalnya tidak bisa dipercaya, terlebih karena Senna tidak pernah menyebut nama Prost, apalagi berjabat tangan atau berbicara langsung dengan Sang Profesor.
"Saya tidak pernah menyimpan ingatan atau kenangan buruk tentang dia," ucap Prost. "Saya selalu mengenang enam bulan terakhir [hidupnya]. Dari situ, saya mengenali Ayrton jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Dia jauh berbeda. Saya mengerti siapa dia yang sebenarnya dan terkadang memahami maksud dari perbuatannya."
Sulit dipercaya memang. Terutama ketika kita mengingat kembali momen-momen panas, seperti manuver Senna yang menabrak Prost dalam kecepatan penuh di tikungan pertama Suzuka pada 1990.
"Saya menganggap sikap dia [saat masih menjadi rival] sebagai sebuah pujian," tambahnya. "Saya sekarang paham bahwa motivasi terbesar Ayrton, bahkan mungkin motivasi satu-satunya, adalah mengalahkan saya."
"Itu sebabnya, ketika kami berdua berdiri di podium GP Australia pada 1993, setelah saya memutuskan pensiun, hanya beberapa detik setelahnya saya tahu dia adalah orang yang berbeda". Kemenangan GP Australia 1993 menjadi terakhir kalinya Senna berdiri di podium. Waktu itu Senna menarik lengan Prost sekaligus mengajaknya untuk berangkulan dan berdiri bersama-sama di podium tertinggi.
"Itu adalah momen tentang hubungan kami yang selalu saya kenang hingga saat ini."
Racing Stories: Kemenangan F1 terakhir Ayrton Senna...
Prost menyadari ada ironi ketika topik yang paling sering mereka bicarakan setelah dirinya pensiun adalah pentingnya peningkatan aspek keselamatan pada mobil dan sirkuit.
"Di penghujung [hidupnya], kami berdua sangat dekat. Rasanya benar-benar aneh karena kami sering membicarakan buruknya aspek keselamatan dan hal-hal lain tentang itu," ungkap Prost. "Dia beberapa kali meminta saya untuk menjadi pemimpin di GPDA [asosiasi pembalap F1/grand prix]. Tapi saya menolaknya. Kami juga beberapa kali berdiskusi secara privat pada waktu itu. Rasanya benar-benar aneh.
"Saya menyimpan kenangan [tentang dia] mulai dari waktu itu hingga hari terakhirnya. Karena saya bertemu dengan dia dua atau tiga kali, dan kemudian lagi sebelum [balapan di Imola]. Jelas waktu itu dia sudah seperti orang berbeda buat saya. Itulah mengapa saya lebih senang mengenang dia pada masa-masa itu [setelah pensiun]."
Senna – The Last Weekend...
Selama minggu kelam di Imola 1994, Prost hadir sebagai komentator untuk saluran televisi Perancis. Dia beberapa kali berbicara dengan Senna: dua kali pada pagi sebelum balapan, sekali ketika Senna mencarinya di ruang media TV, dan dua kali lagi ketika Prost menemuinya di garasi Williams.
Dia juga ingat pesan radio dari Senna yang sedang melakukan latihan di trek: "Salam istimewa untuk teman dekat saya, Alain. Kami semua rindu denganmu Alain!"
"Ayrton memanggil saya pada hari Sabtu, jadi saya bertemu dengan dia pada hari itu. Lalu saya dua kali bertemu dengan dia pada hari Minggu. Topik utama percakapan kami adalah aspek keselamatan dan ketidaksenangannya dengan situasi yang ia alami. Ia berpikir bahwa mobil Benetton tidak legal, jadi dia fokus pada itu. Tapi itu sangat aneh... sangat aneh."
Duke Video: Senna – Racing is in my Blood...
Ikuti Motorsport.com di:
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments