Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Red Bull beberkan bukti kelemahan mesin Renault

Konsultan motorsport Red Bull, Helmut Marko, menjadikan data GPS sebagai bukti kelemahan mesin Renault yang dinilai telah menghambat progres timnya sepanjang Formula 1 2018.

Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB14, follows Carlos Sainz Jr, Renault Sport F1 Team, in the pit lane

Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB14, follows Carlos Sainz Jr, Renault Sport F1 Team, in the pit lane

Zak Mauger / Motorsport Images

Kerja sama antara Red Bull dan Renault, dijalin sejak 2007, membuahkan 59 kemenangan dan empat gelar ganda Formula 1 yang direngkuh secara beruntun.

Namun, seiring diterapkannya regulasi mesin V6 turbohibrida, skuat Milton Keynes tampak kesulitan menyaingi Ferrari dan Mercedes dalam perebutan titel.

Hubungan Red Bull dengan Renault juga semakin tegang, berujung pada perubahan nama mesin menjadi Tag Heuer sejak 2016.

Red Bull bersikeras, mesin buatan pabrikan Perancis itu kurang kompetitif dan memiliki performa yang jauh di bawah ekspektasi mereka.

"Sejak awal, [mesin] kami seperti berada di kelas B. Kami kekurangan 70 dk saat kualifikasi," papar Marko dalam wawancara eksklusif bersama Motorsport.com.

"Di trek-trek lain malah bisa lebih rendah lagi. Jika dirata-rata selalu ada selisih 40 dk lebih sedikit dibanding mesin-mesin lain."

Marko melanjutkan, "Kami terkadang digambarkan sebagai tim yang hanya bisa mengeluh. Tapi data dari GPS jelas-jelas menunjukkan betapa lemahnya kami di trek lurus, dan betapa kuatnya kami di tikungan. Dari situ kami bisa mendapatkan angkanya.

"Ketika mesin Ferrari bekerja pada level puncaknya, bedanya bisa lebih ekstrem lagi."

Baca Juga:

'Mode pesta' dari Honda

Konflik Red Bull-Renault akhirnya sampai pada titik puncaknya, di mana kedua belah pihak resmi mengakhiri kerja sama mereka usai berakhirnya musim 2018. Musim depan, skuat minuman berenergi itu bakal beralih ke mesin Honda.

Red Bull dan tim junior mereka, Toro Rosso – lebih dulu menggunakan Honda pada 2018, mengklaim tenaga mesin buatan pabrikan Jepang tersebut sudah melebihi Renault.

"Angka-angkanya membuat kami optimistis. Begitu juga dengan meningkatnya performa. Untuk kali pertama, kami bakal mendapat 'mode pesta'! Mesin Honda sudah sedikit lebih bagus dibanding Renault.

"Jika Anda menggabungkan data GPS kami dengan data yang disediakan Honda, maka Anda bisa melihat kami akan bisa menyaingi Ferrari dan Mercedes," tandasnya.

Foto oleh: Sutton Images

Christian Horner, Team Principal Red Bull Racing , Dr Helmut Marko, Konsultan Motorsport Red Bull, Cyril Abiteboul, Renault Sport F1

Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images

Foto oleh: Sutton Images

Christian Horner, Team Principal Red Bull Racing , Dr Helmut Marko, Konsultan Motorsport Red Bull, Cyril Abiteboul, Renault Sport F1

Foto oleh: Sam Bloxham / Motorsport Images

Foto oleh: Sam Bloxham / Motorsport Images

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Mercedes samai rekor Ferrari, Todt beri selamat
Artikel berikutnya Williams: Semua bagian mobil kami bermasalah

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia