Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Bottas Hampir Pensiun Usai Skandal Team Order

Pada musim ketiga Drive to Survive, Valtteri Bottas mengakui dirinya ingin pensiun usai Mercedes menerapkan team order di Grand Prix Rusia 2018 lalu.

James Allison, Mercedes AMG F1 Technical Director, Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1, celebrate on the podium

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

GP Rusia 2018 sebenarnya menjadi perlombaan terbaik bagi Bottas karena ia memulai dari pole position dan memimpin sebagian besar jalannya balapan.

Lewis Hamilton, yang saat itu sedang memimpin klasemen pembalap, menjadi prioritas Mercedes dan itu membuat Bottas harus merelakan posisi pertama kepada rekan setimnya tersebut.

Melalui radio komunikasi, kru di pit lane menginstruksikan kepada Bottas dengan mengatakan dia harus membiarkan Hamilton menyalipnya di Tikungan 13. Padahal, Bottas menegaskan dirinya memiliki catatan lap lebih cepat daripada pria asal Inggris itu.

Merasa terpukul, pilot yang berdebut di Mercedes pada 2017 itu mengakui dirinya sempat berpikir untuk mengakhiri kariernya di F1 usai skandal tersebut.

“Sochi 2018, merupakan balapan yang sangat sulit. Sangat sulit untuk menerimanya, saya benar-benar marah saat itu. Jujur, kenapa saya harus melakukan itu? Saya berpikir untuk meninggalkan Formula 1, dan menyerah. Tepat setelah balapan, saya mengatakan tak pernah ingin melakukannya lagi,” kata Bottas.

Team order sebenarnya bukan menjadi hal tabu di Formula 1 karena sudah dilakukan sejak dahulu. Salah satu tim yang paling sering melakukannya adalah Ferrari ketika salah satu pembalapnya sedang unggul di klasemen.

Itu memang sangat membantu mereka untuk memaksimalkan peluang menjadi juara dunia. Tapi, itu akan memberikan dampak buruk kepada rekan setim yang seharusnya mendapat hasil lebih baik di balapan.

Baca Juga:

Tahun ini, The Silver Arrows diyakini akan mendapat persaingan ketat dari pembalap Red Bull Racing, Max Verstappen. Tapi, Bottas juga tak akan tinggal diam karena tak ingin selalu ada di bawah bayang-bayang rekan setimnya.

“Ketika rekan setim Anda menang dan Anda finis kedua, maka Anda akan merasa seperti kalah dalam pertarungan. Saya tahu mengakhiri musim di posisi kedua tahun lalu, tapi saya ingin membuktikan bahwa tak ada pembalap nomor dua di dalam tim,” ujarnya.

Berbeda dengan Hamilton, Bottas mengalami banyak masalah di setiap tahun yang membuatnya gagal mencapai tujuan. Namun, tahun ini, pria asal Finlandia itu akan berusaha untuk mengalahkan Hamilton demi membuktikan kualitasnya.

“Sementara banyak orang di dalam tim yang tidak setuju dengan ini, tanpa disadari mungkin mereka memiliki pembalap nomor satu dan dua,” Bottas menjelaskan.

“Anggota tim terkadang bertanya, ‘Apakah kita memperlakukan Lewis dan Valtteri dengan setara?’ Mereka harus bertanya pada diri sendiri.”

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Brivio Klaim F1 Tak Bersahabat bagi Pembalap Muda
Artikel berikutnya Steiner Tak Masalah dengan Dramatisasi Serial Netflix F1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia