Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia

Brivio Belum Terbiasa dengan Radio Tim di F1

Sebagai sosok baru dalam Formula 1, Davide Brivio masih terus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Direktur Balap Alpine tersebut merasa asing dengan radio tim.

Davide Brivio, Direktur Balapan, Alpine F1, dan Esteban Ocon, Alpine F1

Sistem komunikasi secara verbal antara paddock dengan pembalap yang sedang melaju di lintasan tidak dikenalnya ketika berkiprah di MotoGP.

Pada balap motor level premier, informasi disampaikan kepada pembalap melalui teks yang muncul di layar dasbor motor atau pit board.

Brivio mengungkapkan, “Mungkin itu adalah sesuatu yang lucu, tapi perbedaan terbesar terletak pada radio. Anda berkomunikasi dengan pembalap secara konstan, race engineer mengatakan kepada mereka untuk melakukan ini dan itu, menunggu sebentar, apa pun itu,” ujarnya.

“Sementara di MotoGP, ketika balapan dimulai, pembalap benar-benar sendirian. Anda hanya duduk dan menonton, itu yang bisa Anda lakukan.

Baca Juga:

“Di sini, Anda secara konstan berbicara. Anda hampir seperti berada di mobil. Anda lebih menjadi bagian apa yang terjadi di trek, saya kira. Anda tidak bisa hanya menikmati. Anda menikmati, tapi sebagai penonton. Jadi radio merupakan perbedaan terbesar, tapi menarik dan sangat menyenangkan.”

Selain radio tim, mantan manajer Suzuki Ecstar itu terkejut dengan kesibukan tinggi para kru ketika balapan berlangsung dan tidak ada kesempatan bersantai.

“Saya mengalami pada balapan pertama di Bahrain. Awalnya, saya berkata, ‘Wow, 1 jam 40 menit, 1 jam 45 menit, apa pun itu, terlihat lama. Tapi ternyata berlangsung sangat cepat, karena Anda sangat sibuk, mendengarkan, mengecek, menganalisis. Jadi sangat menarik, sebuah pengalaman bagus,” Brivio melanjutkan.

Dari sisi teknologi, F1 lebih rumit dibandingkan MotoGP. Faktor ini justru menggelitik keingintahuan  Brivio sehingga ia menerima pinangan Alpine.

“Saya bukan seorang engineer, tapi saya dapat mengapresiasi dari teknologi. Itu sangat menarik dan ini alasan kenapa saya memutuskan untuk bergabung karena saya tidak paham apa pun dari televisi atau ketika Anda menjadi tamu,” tuturnya.

“Ada banyak kesamaan. Rider dan driver, mereka mengalami motivasi yang naik turun. Mereka dalam bentuk prima, buruk, mengeluh, tidak gembira, apa pun. Jadi dari sudut pandang ini, itu OK.

“Mungkin teknologi lebih rumit. Mobil lebih besar dengan banyak kompone, lebih pada informasi dan segala yang terukur. Karena itu, sebagai konsekuensi. Banyak hal yang harus dianalisis dan cek. Sungguh menarik dan saya antusias terjun ke dalamnya.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Masih Awal Musim, Verstappen Tak Ingin Perhatikan Klasemen
Artikel berikutnya Ricciardo Usulkan Double-Header GP Australia

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia