Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Zak Brown Sebut Red Bull Hancurkan Karier Pembalap

CEO McLaren, Zak Brown, mengatakan Red Bull Racing telah menghancurkan banyak karier pembalap muda, meski program akademinya bisa dikatakan berhasil.

Pierre Gasly, Toro Rosso

Foto oleh: Andrew Hone / Motorsport Images

Program akademi pembalap muda Red Bull, juga dikenal Red Bull Junior Team, sudah sukses melahirkan seorang juara dunia di Formula 1, Sebastian Vettel dan Max Verstappen.

Daniel Ricciardo yang juga jebolan akademi Red Bull memiliki performa yang sangat bagus, sama halnya dengan Carlos Sainz yang saat ini memperkuat Ferrari.

Namun, tak semua pembalap muda dariRed Bull Junior Team dapat menunjukkan potensi terbaiknya. Bahkan sejumlah nama bisa dilupakan begitu saja.

Contohnya seperti Daniil Kavyat, Pierre Gasly, hingga Alex Albon yang performa boleh dibilang kurang dihargai oleh tim balap asal Austria itu.

Ketiganya pernah memperkuat Red Bull Racing, tapi karena kinerjanya tak sesuai harapan, mereka pun langsung didepak untuk digantikan sosok pembalap baru yang lebih moncer.

Kvyat dan Gasly cukup beruntung karena setelah dipromosikan ke tim utama Red Bull, mereka bisa kembali ke Toro Rosso (sekarang AlphaTauri) ketika tim berlogo banteng merah itu tak lagi membutuhkan jasa mereka.

Sementara Albon harus absen selama semusim pada 2021 lalu ketika gagal memenuhi ekspektasi tim. Untungnya, ia masih bisa menemukan kursi di F1 lagi bersama Williams.

Baca Juga:

Patrick O’Ward yang saat ini memperkuat tim McLaren di IndyCar, pernah menjadi bagian dari keluarga Red Bull. Pembalap asal Meksiko itu pernah didukung oleh Red Bull untuk turun dalam dua balapan di Formula 2 dan tiga balapan di Super Formula.

Namun, O’Ward dikeluarkan dari program tersebut setelah FIA mengumumkan bahwa super licence dari series Indy Ligth 2018 tidak cukup untuk membawanya masuk ke F1.

“Patrick telah melewati masa-masa yang sangat sulit,” kata Brown ketika ditanya mengenai situasi O’Ward bersama Red Bull.

“Ketia dia bergabung dengan Red Bull, dia hanya ditawarkan tiga balapan dalam kategori menengah. Tetapi, jika Anda melihat jadwal Red Bull di luar Max Verstappen, mereka membiarkan banyak pembalap berbakat pergi.

“Beberapa karier pembalap hancur dan mereka tidak diberi cukup kesempatan untuk membuktikan kemampuan.”

Alex Albon, Red Bull Racing RB16, Max Verstappen, Red Bull Racing RB16

Alex Albon, Red Bull Racing RB16, Max Verstappen, Red Bull Racing RB16

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Zak Brown mengatakan bahwa Red Bull hanya memikirkan tentang Max Verstappen tanpa melihat kemampuan pembalap lain lebih jauh lagi.

Menurutnya, pembalap yang sempat memperkuat tim mereka bisa diberikan waktu lebih lama agar terbiasa dengan tekanan yang ada di tim besar.

“Mengingat bahwa mereka memenangi kejuaraan tahun lalu dan kami tidak, maka kami tak bisa mengatakan mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan,” ujarnya.

“Mereka masih bisa bersikap kejam terhadap para pembalap. Carlos adalah contoh yang bagus untuk hal ini. Daniel sudah membuktikan betapa bagusnya dia, tetapi pada akhirnya dia memilih untuk pergi.

“Sama halnya dengan Vettel yang juga memilih untuk pergi. Selain itu ada Albon dan Gasly, khususnya Gasly yang telah menjadi pembalap lebih baik. Banyak pilot bagus yang telah menyelinap meninggalkan mereka.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Ferrari Belum Melakukan Perbaikan Drastis pada F1-75
Artikel berikutnya Giliran Federasi Balap Finlandia Melarang Pembalap Rusia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia