Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Carlos Sainz Makin Dekati Rekor Stefan Johansson

Stefan Johansson adalah mantan pembalap Formula 1 dengan balapan terbanyak bersama Scuderia Ferrari tetapi tidak pernah menang. Carlos Sainz kini mendekati rekornya.

Carlos Sainz, Ferrari, 3rd position, arrives on the podium wearing a celebratory Pirelli American Football Helmet

Foto oleh: Glenn Dunbar / Motorsport Images

Awal Kejuaraan Dunia Formula 1 2022 berlangsung tidak sesuai target Carlos Sainz. Parameter paling nyata adalah komparasi performa dibanding rekan setimnya, Charles Leclerc.

Pada musim pertamanya bersama Ferrari, 2021, Sainz secara mengejutkan justru berhasil mengalahkan Leclerc. Kini, pembalap asal Spanyol tersebut justru tertinggal hingga 51 poin dari Leclerc. Sainz berada di peringkat kelima klasemen sedangkan Leclerc di puncak.

Tidak hanya itu. Dari lima balapan yang sudah digelar musim ini, terakhir di GP Miami pada akhir pekan lalu, Sainz juga selalu kalah dari pembalap asal Monako tersebut.

Total, Leclerc sudah mengoleksi dua kemenangan dan empat podium. Bandingkan dengan tiga podium – tanpa kemenangan – dan dua kali gagal finis yang dialami pembalap dengan nomor #55 tersebut.

Baca Juga:

Musim ini, Sainz memang membuat beberapa kesalahan serius. Sebut saja saat balapan GP Australia. Di sejumlah balapan lain, Sainz juga mengalami nasib sial saat lomba meskipun menjadi protagonis di sesi latihan bebas.

Putra legenda reli dunia (WRC) Carlos Sainz  tersebut juga dinilai kurang beruntung di beberapa situasi. Salah satunya saat start balapan di Sirkuit Imola, GP Emilia Romagna.

Tahun lalu, kegagalan Sainz memenangi balapan mungkin bisa dimaklumi karena sasis Ferrari SF21 tidak kompetitif. Namun, musim ini Ferrari F1-75 sudah terbukti memiliki performa dan reliability di atas rata-rata mobil tim-tim lain.

Sampai GP Miami 2022 lalu, Sainz sudah turun dalam 27 balapan bersama Ferrari tanpa mampu merebut kemenangan. Mantan pembalap Scuderia Toro Rosso (kini AlphaTauri), Renault, dan McLaren, tersebut kini makin mendekati rekor negatif Stefan Johansson.

Stefan Johansson, Ferrari 156/85, saat turun di GP Brasil 1986.

Stefan Johansson, Ferrari 156/85, saat turun di GP Brasil 1986.

Foto oleh: Motorsport Images

Johansson membela Ferrari dalam 31 Grand Prix antara tahun 1985 sampai 1986. Namun, mantan pembalap asal Swedia tersebut tidak berhasil merebut satu kemenangan. Rekan setimnya pada periode yang sama, Michele Alboreto, mampu dua kali naik podium utama.

Sampai karier F1-nya berakhir pada 1991, Johansson benar-benar tidak mampu memenangi balapan. Total, selama 11 musim berkarier di F1, ia turun dalam 79 Grand Prix dengan terbanyak bersama Ferrari.

Carlos Sainz kini jelas lebih beruntung daripada Johansson karena sasis Ferrari F1-75 sangat kompetitif. Kondisi tersebut tentu membuat peluangnya untuk merebut kemenangan pertama sepanjang kariernya di F1, lebih besar.

Sainz juga bisa mengambil inspirasi dari sejumlah mantan pembalap Ferrari lainnya. Eddie Irvine salah satunya. Pria asal Irlandia Utara tersebut bergabung ke Ferrari pada 1996, bersamaan dengan masuknya Michael Schumacher.

Eddie Irvine (kiri), Nicola Larini, Luca Di Montezemolo, dan Michael Schumacher (kanan) saat perkenalan mobil pada F1 1996.

Eddie Irvine (kiri), Nicola Larini, Luca Di Montezemolo, dan Michael Schumacher (kanan) saat perkenalan mobil pada F1 1996.

Foto oleh: Sutton Images

Total, 50 Grand Prix dilalui Irvine bersama Ferrari sepanjang empat musim turun penuh antara 1996 sampai 1999. Namun, ia baru merebut kemenangan pertama sepanjang kariernya di F1 pada GP Australia 1999, balapan pertama musim tersebut.

Pada musim tersebut, Schumacher juga mengalami cedera. Alhasil, Irvine menjadi harapan Ferrari pada F1 1999. Total, ia merebut empat kemenangan pada musim tersebut dan berhasil finis sebagai runner-up F1 1999 di belakang Mika Hakkinen (McLaren).

Jean Alesi, salah satu idola penggemar Ferrari, bahkan harus menunggu waktu lebih lama untuk merebut kemenangan F1 pertamanya. Turun bersama Ferrari mulai 1991, Alesi baru merebut podium utama pertamanya pada pertengahan musim 1995, di GP Kanada.

Sukses tersebut sekaligus menjadi satu-satunya kemenangan Alesi di F1. Melihat situasi dan kondisi Ferrari saat ini, rasanya Carlos Sainz tidak perlu menunggu selama Irvine atau Alesi untuk merebut kemenangan pertamanya di F1.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Christian Horner Lebih Senang Duel dengan Ferrari
Artikel berikutnya Podcast: Max Verstappen adalah Lionel Messi di Formula 1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia