F1: Diserang Fernando Alonso, Carlos Sainz Tidak Simpan Dendam

Pergantian ban ke medium jadi sumber bencana Sainz. Sempat bertengger di lima besar, pembalap Spanyol tak bisa meredam serangan rekan setimnya, Charles Leclerc, Esteban Ocon, Fernando Alonso, Daniel Ricciardo dan Pierre Gasly.

Momen Alonso mendahului eks pilot McLaren mencuri atensi. Kompatriotnya memburu Sainz pada lap 58 dan menyalip dari luar. Pria 26 tahun tersebut berakhir di posisi ke-11.

Alih-alih dendam, putra pereli Carlos Sainz tersebut malah mendukung juara dunia F1 dua kali itu. Alonso finis di urutan kedelapan di GP Portugal.

“Saya memilih berada di depannya dan tidak perlu menyalip. Setiap orang melihat bagaimana dia menderita dan betapa sedikit perlawanan yang bisa saya lakukan. Saya gembira untuk Fernando. Dia pantas mendapatkannya karena balapan dengan bagus. Kunci dari balapan itu bahwa kami tidak harus mundur,” tuturnya dalam pertemuan media yang disponsori oleh Estrella Galicia 0,0.

Baca Juga:

Sainz membela Alonso yang kerap jadi korban kritik karena belum mampu menunjukkan prestasi tinggi bersama Alpine di musim comeback.

“Saya terkejut dengan betap cepat orang menarik kesimpulan, mencoba membuat penilaian. Mereka tidak sadar betapa kompetitif F1 di level pembalap dan mobil. Bisa sulit beradaptasi dengan cepat bagi pembalap berpengalaman setelah dua tahun tidak berkompetisi. Pada level ini, mereka akan selalu memainkan balapan atau klasifikasi dengan tipe ini,” ia menuturkan.

“Fernando melintas dengan cepat. Pada Minggu, dia dapat melakukan balapan. Tidak ada trik sulap. Jika Anda melakukan pekerjaan dengan baik, tiba-tiba kritik jadi kekaguman. Suatu hari, setiap orang mengritik Anda, Anda kembali bagus berikutnya. Itu kenapa setiap kali saya kurangi membaca atau mempercayai evaluasi tersebut.”

Persaingan Ferrari dan Alpine untuk melepas status tim papan tengah tak bisa diabaikan. Sainz menganalisis kekuatan skuad yang musim lalu, bernama Renault itu.

“Saya kira, Alpine banyak berkembang dan mereka akan ada di sana mulai dari sekarang. Renault sudah jadi mobil tercepat di grid tengah tahun lalu. Jika mereka mendapat feeling, mereka akan jadi mobil yang ingin ditaklukkan,” katanya.

Kesuksesan Lewis Hamilton mempertahankan peringkat tertinggi serta gaya balapan dan konsistensinya, jadi sumber inspirasi Sainz.

“Saya kagum dengan mudahnya Hamilton melewati Max Verstappen dan Valtteri Bottas. Dengan betapa mudah yang dilakukannya, maka Anda harus lebih cepat dan melakukan sesuatu yang spesial. Dia berada pada level luar biasa dengan Mercedes, yang kurang kencang daripada Red Bull. Kekaguman saya, hormat saya, keterkejutan dengan kemampuannya kencang dalam balapan,” ia menandaskan.