Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Efek Panjang Kecelakaan terhadap Keuangan Tim-tim F1

Sebuah insiden saat balapan Formula 1 punya konsekuensi sangat panjang. Hal ini yang membuat prinsipal Mercedes, Toto Wolff, murka usai tabrakan Valtteri Bottas dan George Russell di GP Emilia Romagna, Minggu (18/4/2021).

Marshals clear the damaged car of Valtteri Bottas, Mercedes W12, from the gravel trap

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Pembalap Williams dan Mercedes terlibat persaingan sengit memperebutkan posisi kesembilan di Imola. Russell menggunakan DRS (Drag Reduction System) untuk menyerang Bottas usai keluar dari tikungan.

Hilangnya traksi ban kanan belakang ditambah lintasan yang masih basah membuat mobil FW43B tersebut membentur W12. Ban depan kiri Russell menyangkut di sisi mobil pembalap Finlandia. Mereka tak bisa menuntaskan balapan.

Konfrontasi berlanjut hingga lomba usai. Bukan hanya kedua pembalap yang terlibat kecelakaan bertukar komentar negatif, Wolff ikut marah kepada Russell, yang merupakan produk program junior Mercedes.

Pria Austria tersebut bukan hanya menyoroti pembalapnya yang terancam kehilangan nyawa, tapi juga potensi pembengkakan anggaran hingga 1 juta pounds (sekitar Rp20,1 miliar) akibat kerusakan.

Dalam krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, pengeluaran tersebut sangat memberatkan dan mungkin mengganggu rencana pengembangan W12.

Apalagi Federasi Otomotif Internasional (FIA) menerapkan regulasi baru terkait pembatasan pengeluaran. Semua tim harus mematuhi plafon 145 juta dollar (sekitar Rp2,1 triliun) untuk membiayai pengembangan, pembangunan dan menjalankan mobil di trek.

Tentu saja, hal ini membuat tiga tim dengan pengeluaran raksasa, seperti Mercedes, Red Bull dan Ferrari, pusing tujuh keliling. Mereka terpaksa mengurangi pekerja atau mengoper mereka ke proyek lain, dan menggodok rencana baru terkait pengoperasian tim. Sebab, biaya ekstra berujung pada penalti.

“Kami harus melewati penderitaan akibat pemutusan hubungan kerja selama musim dingin. Kami harus mengubah ukuran, mengemas ulang diri sendiri dan sangat berat ketika Anda harus mengucapkan selamat tinggal kepada anggota tim, beberapa dari mereka sudah bekerja di sini selama 25 tahun,” ujar prinsipal Red Bull, Christian Horner.

Baca Juga:

“Itu latihan yang berat dan lanjut jadi tantangan signifikan terutama tim-tim lebih besar. Itu mendorong efisiensi pada bisnis, karena mestinya seperti itu.”

Selain pengurangan tenaga kerja, penghematan biaya bisa dilakukan dengan pembuatan dan penggunaan komponen sesedikit mungkin sepanjang musim. Jadi mereka mesti mendesain ulang mobil secara detail agar tahan lama dan bisa dikendarai sepanjang musim tanpa masalah.

Siasat Mercedes mengubah komposisi material, misalnya sasis W12 lebih banyak baja daripada karbon. Memang mobil menjadi lebih berat tapi awet. Sasis W11 dimodifikasi lagi dan dipakai untuk musim ini.

Komponen aero yang perlu perhatian dalam pengembangan karena harus benar-benar pas di mobil. Jadi sebelum masuk ke proses manufaktur, mereka mengujinya di terowongan angin terlebih dahulu. Ada fokus lebih besar dalam pengelolaan produksi. Dengan insiden di Imola, Mercedes dipaksa membuat versi baru W12 agar memiliki cadangan yang cukup.

Dari sini bisa dibayangkan bagaimana tim-tim kecil yang tidak punya arus kas cukup beroperasi, apalagi ketika mobil mereka tabrakan. Empat tahun lalu, Force India mesti menghitung dengan cermat, bahkan biaya setiap mur dan baut,

Jadi mulai sekarang, seluruh tim mesti mempertimbangkan belanja hanya untuk perangkat yang sangat diperlukan.

Hal itu menjelaskan kenapa negosiasi tentang sprint race antara F1 dan FIA berlarut-larut. Tiga balapan ekstra mengandung risiko kontak tinggi karena para pembalap berebut untuk jadi yang terbaik. Kerusakan mobil memaksa tim untuk mengeluarkan biaya ekstra.

“Kami berjuang agar berada di bawah budget cap dan kami membicarakan puluhan ribu pounds dan bukannya ratusan ribu,” Wolff menjelaskan di Bahrain.

“Karena itu, kami ingin mendukung Stefano Domenicali dan Ross Brawn dengan ide karena saya kira itu layak dicoba. Tapi belum mendapat margin untuk melakukan dan kemudian, mengetahui ada bonus setengah juta pounds atau lebih bahwa kami harus menyesuaikannya dengan budget cap, karena itu artinya menemui rang-orang lagi. Saya tidak mau ke sana lagi.”

Horner menanggapi, “Kami mendukung ini dan berharap dapat menciptakan pendapatan masa depan, ketertarikan masa depan, keuntungan untuk olahraga di masa depan.

“Jika Anda membagi 145 juta dollar dengan 23 even, Anda berada dalam dasar kasar (melihat) apa yang dibutuhkan untuk menjalankan mobil Grand Prix dan tentunya menambahkan secara efektif meski balapan dipersingkat sehingga ada biaya lebih yang digunakan untuk suku cadang dan lain-lain.

“Ada pengeluaran sensitif yang masuk ke rekening karena, seperti yang dikatakan Toto, kami mengejar penghematan 10 ribu pounds, 20 ribu, 30 ribu saat ini untuk memastikan kami menyentuh batas. Dan tiba-tiba punya variabel seperti ini adalah satu hal yang harus diakomodasi. Kami ingin mendukung, tapi perlu adanya akomodasi.”

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02 setelah kecelakaan

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02 setelah kecelakaan

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Kesepakatan sprint race tercapai setelah FIA dan F1 menjanjikan pendapatan ekstra serta asuransi untuk mengganti kerusakan. Tanpa ada format tersebut mayoritas tim sudah kehilangan minimal sayap setiap musimnya.

Direktur Engineering Mercedes, Andrew Shovlin, mengutarakan kalau regulasi tentang pekerjaan karbon dan logam akan lebih luas. Jadi mereka perlu mengkaji ulang beberapa faktor.

“Kami akan memeriksa dan melihat apa yang bisa diselamatkan dan mengumpulkan mobil untuk Portimao. Tapi cukup menyedihkan ketika Anda mengalami insiden seperti ini,” ia menjelaskan.

“Jika Anda menghadapi satu seri dengan kecelakaan besar seperti ini akan menimbulkan kerusakan signifikan. Ini sangat buruk bagi kami karena sayap depan Lewis juga rusak sehingga alokasi belanja komponen juga akan membengkak.

“Pada dunia ideal, Anda menjalankannya untuk hidup. Anda tidak menghancurkannya. Apa pun yang Anda rusak, semoga itu mendekati akhir masanya atau sesuatu yang usang. Namun, kasusnya tidak seperti itu di sini.”

Shovlin memikirkan sumber dana untuk menutup kebutuhan tersebut. Dengan pembatasan anggaran, maka mereka mesti mengurangi alokasi untuk pos lain.

“Masalahnya pada pembatasan biaya dan uang datang dari mana pun. Pada akhirnya, ini menjadi masalah besar, itu bisa membebani anggaran pengembangan. Jadi kami perlu berpikir ke depan,” ia mengungkapkan.

“Kami harus merentangkan batas biaya. Kami selalu takut mobil dihapus. Sekarang, ini tidak sepenuhnya dihapus, tapi hampir, itu bukan sesuatu yang kami inginkan.”

Marshal membersihkan puing mobil Valtteri Bottas, Mercedes W12, dari gravel trap

Marshal membersihkan puing mobil Valtteri Bottas, Mercedes W12, dari gravel trap

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Setelah GP Emilia Romagna, puing-puing mobil Bottas langsung dikirim ke Inggris untuk pemeriksaan lebih ketat. Indikasi awal adalah sasis masih bisa dipakai, sedangkan power unit bisa diselamatkan.

Bagian lain terpaksa dibuang, Mercedes terpaksa mengeluarkan komponen baru yang mestinya dipakai nanti. Kendati demikian, mereka belum perlu mengubah jadwal pengembangan. Proyek 2022 membutuhkan perhatian ekstra.

Kecelakaan besar pastinya akan membuat rumit anggaran yang sudah dialokasikan dalam 23 balapan. Ada kemungkinan lomba yang dibatalkan beberapa bulan ke depan dan otomatis batas dikurangi, asalkan program dibatalkan dengan peringatan dan tim belum mengeluarkan uang untuk edisi tersebut.

Hilangnya satu tuan rumah, artinya pemasukan untuk F1 dan merembet ke tim. Mulai tahun depan, batas biaya kemungkinan ditekan hingga 140 juta dollar dan berkurang lagi menjadi 135 juta dollar pada 2023. Tim-tim menjadi sangat gelisah ketika memikirkan biaya tambahan akibat insiden.

Di masa lalu, kecelakaan besar dalam kualifikasi akan memunculkan spekulasi tentang penalti grid akibat girboks atau start dari pitlane setelah penggantian sasis. Semua harus berpikir tentang konsekuensi finansial kini.

Perlu dilihat lagi bagaimana pertimbangan biaya memengaruhi keputusan memilih pengemudi di masa depan. Mengingat kendala, akankah tim top mengambil risiko untuk mereka atau pembalap di tahun kedua dan masih dalam kurva pembelajaran.

Cost cap menambahkan elemen menarik pada olahraga. Anda mungkin merasa frustrasi bahwa tim favorit terbelenggu, ada gambar besar bahwa tanpa kebijakan itu ada kemungkinan tidak ada 20 mobil di grid musim-musim mendatang.

Rasa frustrasi Wolff yang diperlihatkan menegaskan betapa tim-tim top terkekang dengan situasi itu. Tapi di sisi lain, grid lebih rapat dan menambah persaingan kompetitif. Jika dulu ada perang belanja, sekarang ada pertanyaan tentang siapa yang paling efisien dalam menggunakan uang. Siapa yang cukup pintar menyerahkan laporan rencana anggaran kepada FIA mendekati 144.999.999 juta dollar.

Be part of Motorsport community

Join the conversation

Video terkait

Artikel sebelumnya Ricciardo Usulkan Double-Header GP Australia
Artikel berikutnya Julian Jakobi, Manajer Pembalap Bertangan Dingin nan Legendaris

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia