Formula 1 Disarankan Miliki Mobil untuk Balapan Saat Hujan
Presiden FIA Jean Todt mengusulkan mobil Formula 1 generasi berikutnya harus didesain agar mampu berlomba di tengah hujan lebat.
Hal tersebut diungkapkan Todt untuk menghindari apa yang sudah terjadi di Grand Prix Belgia, putaran ke-12 Kejuaraan Dunia Formula 1 2021, 29 Agustus lalu.
Lomba GP Belgia berlangsung kontroversial karena hanya berlangsung dalam tiga lap dengan iringan safety car. Pasalnya, hujan lebat membuat balapan tidak mungkin dilaksanakan dengan mobil F1 spesifikasi saat ini.
F1 saat ini memiliki gaya tekan (downforce) besar. Ditambah ukuran ban yang lebar – ban basah Pirelli mampu membuang 85 liter air per detik setiap ban jika mobil melesat 300 km/jam – membuat visibilitas pembalap sangat buruk saat hujan turun.
Todt menilai butuh perubahan desain mobil di masa depan untuk mengatasi masalah seperti yang terjadi di Sirkuit Spa-Francorchamps, akhir bulan lalu. Pria asal Prancis itu menilai perubahan regulasi besar-besaran – termasuk power unit – pada 2025 menjadi momen yang tepat.
Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B, berjalan di belakang Safety Car pada GP Belgia 2021 yang diguyur hujan, akhir Agustus lalu.
Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images
“Banyak yang mengkritik bila apa yang dilakukan di Spa bukanlah balapan. Tetapi, apa yang akan terjadi bila lomba tetap digelar dan ada kecelakaan yang melibatkan 10 mobil, misalnya, yang mengakibatkan cedera pembalap dan kerusakan mobil,” katanya.
“Untuk regulasi 2025, semua pemangku kepentingan harus berpikir untuk memiliki mobil yang bisa dipacu untuk lomba di lintasan yang sangat basah.
“Semua tentu masih ingat apa yang dilakukan (Niki) Lauda di Fuji (Sirkuit Fuji Speedway, Jepang) pada Oktober 1976. Ia menjadi satu-satunya pembalap yang menyerah karena hujan. Saat ini, semua pembalap berpikir seperti Lauda kala itu.”
Seperti diketahui, keputusan Race Director F1 Michael Masi tetap memberikan poin meskipun setengah di GP Begia dikritik banyak pihak. Itu karena sebenarnya tidak pernah benar-benar ada aksi saling balap akibat adanya safety car.
Pemegang hak komersial dan promotor DTM, Gerhard Berger, menilai, Masi saat itu seharusnya membuat keputusan membatalkan balapan atau tetap berlomba dalam kondisi trek tidak ideal. Jalan tengah seperti yang diambil di GP Belgia menjadi preseden buruk.
“Saya tidak simpati dengan keputusan seperti di Spa itu. Menurut saya, Anda harus memutuskan tetap balapan di tengah hujan atau tidak. Di Amerika (trek oval), mereka tetap turun saat lintasan sangat basah dan semua pembalap tidak masalah,” ucap Berger.
Mantan pembalap F1 itu menambahkan, Formula 1 memang harus terbiasa berlomba di tengah hujan. DTM, menurut Berger, juga tetap balapan di tengah hujan.
“Olahraga balap memang berbahaya. Benar, visibilitas akan sangat sulit bila hujan. Tetapi, itu memang risiko jika Anda tetap ingin balapan di tengah hujan,” tutur Berger.
“Jika licin, banyak air di trek, atau jarak pandang terganggiu, Anda bisa mengurangi kecepatan. Itu semua bagian dari balapan dan strategi.”
Pemenang 10 Grand Prix di F1 antara 1984 sapai 1997 itu juga tidak habis pikir mengapa GP Belgia tidak dilanjutkan saja saat itu. Berger juga tidak setuju dengan sistem start di belakang safety car.
“Menurut saya, sebaiknya dilakukan standing start saat hujan. Saya melihat tidak terlalu berbahaya saat Anda masuk tikungan pertama dengan kecepatan rendah. Dengan flying start, Anda akan lebih banyak membuang air dan memperburuk visibilitas,” ujarnya.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.