Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Pernah Diabaikan Kru McLaren, Ini Trik Hamilton Perlakukan Tim Mercedes

Lewis Hamilton dianggap bukan siapa-siapa ketika memulai sepak terjangnya di Formula 1 pada 2007. Pembalap Inggris itu bahkan diabaikan para engineer McLaren. Pelajaran tersebut membuatnya punya cara unik dalam mendekati kru.

Lewis Hamilton, McLaren MP4-23, makes a stop

Foto oleh: Glenn Dunbar / Motorsport Images

Pilot yang merayakan ulang tahun ke-36 pada 7 Januari 2021, punya rasa ingin tahu yang besar. Karena masih awam, ia pun banyak bertanya tentang segala hal tentang mobil dan ban.

Alih-alih mendapat jawaban, Hamilton tak dihiraukan. Sikap tersebut membuatnya sulit memberi masukan. Namun, ia malah termotivasi untuk menunjukkan kualitas dirinya.

Hamilton langsung merebut runner-up pada musim perdananya membalap di F1. Pada 2008, ia mempersembahkan titel juara dunia. Sejak saat itu, namanya lebih diperhitungkan dan kru lebih ramah.

“Ketika saya di McLaren, awalnya saya selalu menanyakan banyak hal. Di McLaren, saya bertanya tentang cara mereka mempersiapkan ban dan temperaturnya, semua itu” katanya kepada Motorsport.

“Tapi mereka tak pernah mendengarkan saya. Mereka melakukan hal semau mereka.”

Situasi serupa dialami ketika bergabung ke Mercedes pada 2013. Ia kembali diragukan karena berada di luar tiga besar empat tahun beruntun.

Relasi Hamilton dengan krunya mencair setelah satu musim berjalan. Ia rajin memberi umpan balik dalam pengembangan mobil.

“Ketika saya bergabung dengan tim ini, saya punya kesulitan mencoba beragam hal berbeda dan bicara…Anda dapat mengembangkan set-up, tapi ban adalah salabagian besar dari performa, dan bagaimana bisa,” ucapnya. “Apakah kami bisa mengeluarkan potensi penuh dalam putaran panjang? Dan ada sesuatu yang dilakukan mobil untuk ban ketika belok atau dalam hal paket aero.’” ia mengungkapkan.

“Saya memberi tekanan besar kepada tim dibanding yang saya inginkan dalam hal keseimbangan aerodinamika, contohnya. Saya membuat mereka berubah sejak 2014. Kami berevolusi sedikit demi sedikit. Tim akan memiliki simulasi yang menunjukkan mobil terbaik, tapi mungkin itu tidak berjalan seperti yang saya mau, juga tak ada perasaan apa pun.

Hamilton sosok yang menyukai kesempurnaan saat balapan. Namun, kadang ia tak keberatan ketika ada kesalahan sebab bisa belajar banyak. Pembalap Mercedes-AMG Petronas itu mendorong krunya untuk menciptakan terobosan baru.

“Saya harus banyak belajar. Saya banyak bertanya kepada kru dan ada saatnya saya salah. Bagi saya tidak masalah karena itu bagian dari belajar,” ia mengungkapkan.

“Saya membuat kru berpikir di luar kotak dan mencoba banyak hal berbeda. Mereka sungguh bergerak ke arah tersebut. Saat Anda mendapat hasil bagus atau Anda balapan dengan bagus, Anda berpikir, ‘Lihat, kalau kita lebih terbuka pada ide-ide tertentu, meski itu tampak gila, mari lakukan dan bergerak’.

“Hal ini merupakan sesuatu yang membantu kami terus menaikkan level karena kami mungkin punya pendekatan lebih bagus dari sebelumnya.”

Baca Juga:

Pandemi Covid-19 membuat mereka tak bisa kontak secara fisik. Sesuai tren yang ada, diskusi terus dilakukan secara daring setiap pekan dengan race engineer Peter Bonnington dan kru.

Hamilton selalu ingin mengetahui sejauh mana perkembangan mobilnya, kendala serta prioritas mereka setiap pekan. Kadang ketika dibutuhkan, ia akan menyambangi Brackley, markas Mercedes-AMG Petronas.

“Kadang saya akan datang ke terowongan udara dan saya akan mengatakan kepada kepala aero, ‘Bawa saya berkeliling mobil, saya terpesona dengan apa yang Anda lakukan.’ Lalu mereka akan mengatakan apa kesulitan dan kendala yang dihadapi,” katanya.

“Ini bukan kasus sekarang tapi sebelumnya, mereka bisa mengatakan kepada saya, ‘Kami sedang bekerja di sektor ini.’ Saya menjawab itu bukan masalahnya, saya bertanya kenapa mereka melakukan itu. Kadang ada sesuatu yang hilang.

“Saya selalu menemukan bahwa perlu meluangkan waktu karena orang ini memimpin grup aero dan daripada mendengar apa yang perlu, saya harus mengatakan kepadanya secara langsung.”

Hamilton menciptakan suasana rileks di tengah kesibukan pengembangan mobil selama musim dingin. Dia memuji mereka dan menyatakan rasa bangga.

“Penting menikmati keberhasilan, tapi juga meminta mereka menuliskan elemen kritis yang bisa diperbaiki. Saya melakukan hal itu juga. Lalu kami membagikan itu dan membuat rencana apa yang bisa diubah atau dilakukan dengan cara berbeda,” Lewis Hamilton menjelaskan.

Manajemen Ban

Manajemen ban merupakan salah satu kunci kesuksesan Hamilton merebut juara dunia tujuh kali. Ia pun piawai memacu mobil dengan kencang tanpa membuat ban cepat aus.

Salah satu buktinya saat berjaya di GP Turki dan mengunci gelar juara dunia ketujuh. Ketika itu, ia melakukan 50 putaran dengan ban intermediate sampai usang, delapan lap lain dengan ban baru.

“Kalau Anda memperhitungkan balapan saya (di Instanbul) pada GP2, saya mengaplikasikan teknik balapan. Saya menggunakannya (di GP Turki 2020). Tapi Anda harus merawat ban-ban hari ini, itu yang dilakukan tim. Sangat menarik mengobservasi selama bertahun-tahun sejak saya di sini,” ujarnya.

Lewis Hamilton, Mercedes-AMG F1, Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1, merayakan kesuksesan di kejuaraan dunia dengan tim Mercedes

Lewis Hamilton, Mercedes-AMG F1, Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1, merayakan kesuksesan di kejuaraan dunia dengan tim Mercedes

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Pengalaman Michael Schumacher

Hamilton tumbuh di era kejayaan Michael Schumacher. Ia kerap bertanya-tanya apa yang dilakukan sang legenda sehingga dapat mengemudikan mobil kompetitif.

Setelah terjun sendiri di F1, Hamilton memahami prosesnya. Ia pun meniru cara pilot Jerman itu bekerja dengan Ferrari.

“Sulit bagi pembalap baru di F1 untuk mengetahui apa yang dilakukan Michael Schumacher. Mereka hanya melihat kami punya mobil bagus, bahwa Michael punya mobil bagus,” ucapnya.

“Sekarang, saya di sana, saya mengerti apa yang Michael kerjakan dengan tim atau mungkin apa yang bisa dilakukannya dengan tim. Saya yakin itu serupa dengan yang sudah saya kerjakan. Anda harus lebih kasar,” ia melanjutkan.

“Ada grup berkuasa terdiri dari orang-orang cerdas dan bergairah, dan secara alami, ada kepemimpinan tim yang merupakan paling kasar. Tapi untuk pengembangan, bagaimana memajukan mobil dan bekerja dengan pembalap berkarakter adalah pekerjaan saya. Saya sangat, sangat bangga. Sayangnya, orang-orang tidak punya kesempatan melihat semua terjadi di belakang panggung.”

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation

Video terkait

Artikel sebelumnya Wolff Tuntut Russell Kurangi Kesalahan Sendiri
Artikel berikutnya Nomor-nomor Mobil Unik di Formula 1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia