F1 Jajaki Pindahkan Grand Prix Prancis ke NIce
Tampaknya jumlah sirkuit jalan raya dalam Formula 1 akan bertambah ke depannya, setelah pemerintah Nice mengutarakan ketertarikan jadi tuan rumah ajang tersebut.
Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images
Sirkuit Paul Ricard kembali menggelar lomba tersebut sejak 2018, meski sempat kosong pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Kendati menarik banyak penonton, masa depan trek yang berlokasi di Le Castellet diragukan.
Nice bergerak melakukan pendekatan karena keinginan mempertahankan F1 GP Prancis masih ada. Mereka menawarkan sirkuit jalan raya yang lokasinya tak jauh dari ibu kota negara tersebut.
CEO Formula 1, Stefano Domenicali, memberi respons positif terhadap tawaran tersebut. Pihaknya sedang melakukan studi terkait peluang menggelar balapan di sana.
“Secara historis, Prancis merupakan bangsa yang penting di motorsport. Mereka mungkin tidak mengetahui itu, tapi ada proyek luar biasa dengan Nice, yang mana menginginkan grand prix. Sungguh bagus karena menunjukkan destinasi lain di negara itu tertarik pada F1,” ujarnya kepada L’Equipe, yang bermarkas di Prancis.
“Kami akan melihat penawarannya dan mempelajari secara hati-hati. Hal lain dapat hadir secepatnya. Yang bisa saya pastikan kepada Anda, akhir Juli nanti, Anda akan tahu lebih banyak tentang masa depan grand prix Anda.”
F1 berniat melaksanakan 23 atau 24 balapan musim depan. Kemungkinan ada rotasi kalender seiring dengan hadirnya tuan rumah baru Las Vegas.
Mereka kian dekat dengan penyelenggaraan balap jet darat di Kyalami, Afrika Selatan. Diskusi dengan pemerintah lokal berjalan lancar awal pekan ini. Kemungkinan ada slot April untuk mereka.
Cina juga ingin kembali ke kalender usai absen dua tahun akibat pandemi Covid-19. Negeri Tirai Bambu bisa diletakkan di akhir musim. Dengan makin padatnya jadwal, posisi Prancis dan Belgia terancam.
“Kalender untuk musim depan sedang dipersiapkan. Melangsungkan 30 grand prix tidak masuk akal. Kami memilih opsi antara 23 atau 24 balapan,” ucap Domenicali.
“Dan untuk mencapai ini, tergantung dari permintaan. Kami akan bekerja berbasis rotasi, tidak hanya di Eropa, tapi juga negara lain.
“Saya kembali dari Afrika Selatan karena kami adalah kejuaraan dunia. Afrika tidak punya tempat di kalender sekarang. Itu harus diubah.
“Negosiasi berkembang dan saya kira, kami akan mendapat jawaban segera. Menggelar balapan di sana ketika Lewis Hamilton masih aktif akan sangat bagus.”
Pria Italia itu berharap F1 bisa membuka akses kepada negara yang selama ini kurang diperhitungkan, seperti Arab Saudi dan Afrika Selatan yang terbelit isu Hak Asasi Manusia (HAM).
“Kami tidak pernah berpikir meninggalkan Arab Saudi (setelah serangan misil). Saya kira itu akan jadi kesalahan politis dan olahraga. Balapan sangat menarik dengan duel antara Charles Leclerc dan Max Verstappen. Saya kira F1 memiliki peranan di sana,” ia menambahkan.
“Itu bisa memicu perubahan. Faktanya, dalam beberapa pekan ke depan, lmenteri olahraga Arab Saudi akan memberitahu perkembangan yang terjadi. Kami akan membagikan informasi ini kepada tim dan para pembalap.
“Meninggalkan negara itu akan meningkatkan isolasi terhadap mereka. Anda tidak bisa mengubah budaya lama dalam satu tahun.”
Papan Paul Ricard di pit lane
Foto oleh: Glenn Dunbar / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Video terkait
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments