Fernando Alonso Sebut Dominasi Mercedes Akan Lukai F1
Pembalap Alpine F1, Fernando Alonso, tampaknya sudah bosan menyaksikan dominasi Mercedes. Menurutnya situasi tersebut bisa mengganggu iklim kompetisi.
Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images
Lewis Hamilton mendapat pukulan bertubi-tubi dalam F1 GP Brasil, di Sirkuit Interlagos, akhir pekan lalu. Namun, pembalap andalan Mercedes itu selalu bisa bangkit dengan hebat.
Delegasi teknik FIA menemukan kejanggalan dalam DRS mobil W12 Hamilton. Setelah diperiksa, gap sayap belakang lebih dari 85mm.
Sebagai hukuman, pole position dicabut dan ia mesti mulai sprint race dari urutan paling buncit. Dari keputusan itu terlihat betapa superior kombinasi Hamilton dan mobil Mercedes.
Juara bertahan Formula 1 itu mampu maju ke urutan kelima dari P20. Keesokan harinya, ia start dari grid kesepuluh karena mengambil penalti lima posisi setelah ganti komponen mesin.
Penampilan sensasional kembali disuguhkan Hamilton sehingga mampu mengunci kemenangan keenam musim ini. Di antara banyak pihak yang berdecak kagum, tak sedikit yang melontarkan komentar negatif.
Alonso sempat terkejut lalu menyampaikan pujian. “Superioritas Hamilton akhir pekan ini luar biasa. Ini bukan hal baru dalam Formula 1. Anda memenangi tujuh juara dunia karena superioritas tersebut,” ujarnya.
“Setiap orang terkejut. Pembalap yang mendapat penalti 25 tempat dan masih bisa memenangi balapan.”
Pembalap Spanyol tersebut kemudian teringat pada musim-musim perdana menggunakan mesin hibrida. Ketika itu, Mercedes seolah balapan dalam dunianya sendiri.
Ia mendorong agar tim-tim lain mencari solusi untuk memangkas gap dengan skuad yang dinahkodai Toto Wolff tersebut. Sebelum Hamilton tampil gemilang di Brasil, Valtteri Bottas sudah pernah melakukan lompatan luar biasa di Monza.
“Sekarang, semua tergantung kepada kami, tim-tim lain, untuk mengejar dan meningkatkan paket mobil, mesin dan aerodinamika,” Alonso mengungkapkan.
“Tidak ada olahraga yang seharusnya bekerja seperti itu. Sebagai pembalap, apa yang Anda lihat sangat salah. Itu seperti, ketika Anda main basket dan ada keranjang dengan ukuran berbeda untuk Anda dan tim lain.
“Ketika mereka membidik keranjang yang lebih besar dan Anda yang kecil, Anda akan selalu kalah.”
Alonso bertanya-tanya karena semua pembalap berlatih keras tapi sering kalah hingga satu lap. Ia pun yakin kalau kondisi serupa juga akan terjadi di Qatar.
“Kami semua pembalap profesional. Kami semua berkomitmen pada olahraga ini. Kami banyak berlatih, bekerja dalam simulator, menempatkan hidup kami dalam risiko,” katanya.
“Tapi, kami tertinggal satu lap setiap balapan dan kami tahu sejak awal untuk Qatar. Hanya satu-satunya olahraga di mana hal seperti itu terjadi.”
Fernando Alonso, Alpine F1, and Max Verstappen, Red Bull Racing
Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images
Berdasarkan pengalamannya, pembalap 40 tahun itu yakin dominasi sebuah tim yang berlangsung sangat panjang bisa melukai F1.
“Dua tahun lalu, saya dapat kesempatan istimewa berada dalam kokpit mobil Toyota pada WEC (Kejuaraan Ketahanan Dunia) dan mendapat mobil superior,” ia mengenang.
“Lalu saya memikirkan anak-anak yang datang ke kompetisi ini dan melihat ada satu mobil bisa menyalip dua mobil lain di trek lurus. Jika mereka mendahuluo mereka, maka mereka kehilangan harapan suatu saat dapat jadi juara.
“Dengan regulasi baru F1, Anda mencoba membuat olahraga sedikit lebih adil. Saya tidak tahu apakah kami dapat melakukannya.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments