Ferrari Buat Kesalahan Lebih Banyak daripada Charles Leclerc

Mantan pembalap Ferrari Felipe Massa menyebut kepanikan takkan membantu Tim Kuda Jingkrak mengatasi masalah.

Charles Leclerc, Ferrari, Mattia Binotto, Team Principal, Ferrari

“Saya tidak boleh membuat kesalahan lagi. Jika pada akhir musim kami kalah dalam perburuan gelar dengan gap 32 poin, saya yang bertanggung jawab,” ucap Charles Leclerc, setelah keluar trek Sirkuit Paul Ricard dan tak mampu finis di GP Prancis.

Itulah kegagalan finis ketiga yang dialami pembalap Ferrari tersebut di Kejuaraan Dunia Formula 1 musim ini, setelah GP Spanyol dan GP Azerbaijan.

Bedanya, di dua GP tersebut, Ferrari mengalami masalah keandalan (reliability), utamanya karena problem teknis pada poros tempat turbocharger dan putaran baling-baling pada generator motor MGU-H.

Max Verstappen (Red Bull Racing) juga pernah mengalami masalah realibility hingga dua kali pada awal musim, tepatnya di Bahrain dan Australia. Saat itu, dua kali gagal finis membuat sang juara bertahan tertinggal hingga 46 poin dari Leclerc.

Baca Juga:

Faktanya, saat paruh musim atau setelah 13 balapan berlangsung, Verstappen bisa nyaman di puncak klasemen dengan keunggulan hingga 80 poin atas Leclerc di P2.

Margin tersebut terbilang besar karena dari sisi teknis, performa Ferrari F1-75 sedikit lebih unggul daripada Red Bull RB18, tidak hanya di kualifikasi tetapi juga balapan.

Jika mengacu kesalahan pembalap, Leclerc juga sempat selip di Imola. Tetapi, insiden saat saat keluar dari area Variante Gresini itu tidak membuatnya gagal merebut poin melainkan finis P6. Tidak seperti yang terjadi di Paul Ricard.

Di sisi lain, Verstappen juga bukan tidak membuat kesalahan dari 13 balapan yang sudah digelar. Tetapi, masuk gravel di Tikungan 4 setelah start GP Spanyol dan berputar hingga 360° saat baru saja memimpin lomba GP Hungaria, tidak membuat pembalap asal Belanda itu kehilangan poin tetapi justru menang.

Felipe Massa

Felipe Massa

Foto oleh: Carl Bingham / Motorsport Images

Reliability dan kesalahan mengemudi bukan hanya menjadi penyebab membesarnya gap antara kedua pembalap angkatan 1997 (tahun mulai membalap) tersebut.

Pilihan strategi yang salah oleh Ferrari telah membuat peluang menang Leclerc lenyap begitu saja. Hasil-hasil di GP Monako (P4), GP Inggris (P4), dan GP Hungaria (P6) menunjukkan bila strategi Ferrari sangat merugikan pembalap asal Monako tersebut.

Kendati situasi saat ini tidak menguntungkan Ferrari, skuad asal Maranello, Italia, tersebut masih terlihat tenang dan seolah tidak terjadi sesuatu yang serius.

Eks bintang Ferrari Felipe Massa menyebut hal itu sebenarnya sudah tepat dilakukan Ferrari. Menujukkan keluhan atau kepanikan justru akan memperkeruh situasi dan takkan menyelesaikan masalah.

“Leclerc jelas tidak senang dengan situasi di internal tim ini. Namun, ia harus bersabar karena memulai perang (dengan Ferrari) tidak akan berguna buat siapa pun, termasuk dirinya,” kata mantan pembalap asal Brasil itu dalam bincang-bincang dengan Sky Sport Inggris.

“Ferrari membuat kesalahan lebih banyak dibanding dirinya. Tetapi, kesalahan Leclerc juga membuatnya kehilangan poin banyak. Ia harus melanjutkan ini secara profesioal dan menghadapi masalah dengan trik yang benar tanpa menunjukkannya ke luar tim.”

 

dibagikan
komentar

Partisipasi Audi di F1 Lebih Menguntungkan daripada Andretti

Webber Sebut Formula E Bisa Jadi Seri Bagus untuk Vettel