Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Jika Ingin Kembali Sukses, Ferrari Perlu Rombak Manajemen

Mantan pembalap Formula 1 Rene Arnoux merasa Ferrari sulit meraih sukses lagi, jika belum ada perombakan dari sisi manajemen.

Carlos Sainz Jr., Ferrari SF21

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Ferrari menjadi penantang serius dalam perebutan gelar juara pembalap dan konstruktor Formula 1 2018. Begitu juga di musim 2019, di mana mereka konsisten bersaing demi podium. Hanya saja, di musim 2020, si Kuda Jingkrak mulai goyah.

Tim pabrikan Maranello bahkan tidak mencatatkan satu kemenangan pun. Mereka tercecer ke peringkat keenam di klasemen akhir konstruktor. Itu pun jadi salah satu musim terburuknya di Formula 1.

Performa buruk tersebut disebut-sebut karena Ferrari sedang dalam masa transisi, di mana raksasa asal Italia ini memilih fokus mengembangkan mobil baru yang akan digunakan di musim 2022.

Mengingat, mulai musim depan, tim-tim jet darat akan membalap di bawah regulasi baru, ban yang berbeda, serta paket mobil dengan sistem aero yang berbeda pula.

Namun, menurut Rene Arnoux, perubahan regulasi saja tak akan membantu Ferrari kembali ke jalur kesuksesan.

Ia merasa bahwa perlu adanya perombakan besar dalam sisi manajemen tim. Berbeda dengan era Jean Todt yang menuntut harus nomor satu, manajemen sekarang terlalu permisif.

Baca Juga:

"Tahun 2020 jadi tahun yang cukup buruk untuk Ferrari. Mereka tak layak disebut tim terbaik," ujar Arnoux.

"Jean Todt benci jika dia hanya meraih peringkat kedua saat masih berada di Ferrari. Mentalitas pemimpin seperti itulah yang membuat saya ingin balapan untuknya.

"Sebagai tim besar, Anda tidak bisa puas dan senang hanya karena finis di podium atau melaju satu detik lebih lambat di setiap lap. Tidak boleh ada mentalitas seperti itu.

"Percuma mengatakan Ferrari akan jadi tim yang kompetitif lagi hanya karena perubahan regulasi. Pasti ada sesuatu yang salah dalam tiga musim terakhir di tim. Finansial Anda bagus, pabrik diisi staf  yang kompeten, tapi orang-orang dengan jabatan tinggi lah yang sepertinya tidak cocok dengan pekerjaannya.

"Jika Anda tidak mengganti orang-orang itu, saya tidak melihat adanya kesempatan Ferrari kembali meraih sukses."

Terakhir kali Ferrari meraih kemenangan adalah di GP Singapura 2019. Saat itu, Sebastian Vettel keluar sebagai pemenang pada seri ke-15 dari total 21 balapan.

Di musim itu juga, Ferrari mencatatkan tiga kemenangan secara beruntun, di GP Belgia, Italia dan Singapura. Sayang performa bagus mereka hilang pada F1 2020.

Charles Leclerc, Ferrari SF21

Charles Leclerc, Ferrari SF21

Fotoğraf: Mark Sutton / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Jika Tidak Pensiun, Alfa Romeo Ingin Lanjut dengan Kimi Raikkonen
Artikel berikutnya Ecclestone Yakin Lewis Hamilton Pensiun dari F1 pada 2022

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia