Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ferrari Kini Menjadi Mercedes Baru

Juara dunia F1 1997 Jacques Villeneuve mengamati peta persaingan pada awal Kejuaraan Dunia Formula 1 2022 dan menyoroti kiprah impresif Scuderia Ferrari.

Charles Leclerc, Ferrari F1-75

Foto oleh: Glenn Dunbar / Motorsport Images

Sebelum F1 2022 dimulai, banyak yang sudah memprediksi Ferrari menjadi salah satu tim yang paling adaptif dengan regulasi teknis baru. Namun, tidak ada yang menyangka tim asal Maranello, Italia, itu mampu mendominasi seperti pada awal musim ini.

Dari tiga balapan yang sudah digelar dengan kemungkinan merebut maksimal enam finis podium, Ferrari mampu merebut lima di antaranya. Itu termasuk dua kemenangan yang semuanya dibuat Charles Leclerc (GP Bahrain dan GP Australia).

Tiga podium lainnya diberikan oleh Carlos Sainz Jr saat finis P2 di Bahrain, serta finis P2-P3 Leclerc dan Sainz di GP Arab Saudi.

Dominasi Ferrari terlihat saat GP Australia digelar di Sirkuit Albert Park, Melbourne, akhir pekan lalu. Ferrari F1-75 memimpin sejak latihan bebas untuk kemudian merebut pole position lewat Charles Leclerc.

Saat balapan, Minggu (10/4/2022) siang. Leclerc mampu terus berada di depan tanpa kehilangan posisi puncak. Hasilnya, pembalap asal Monako tersebut mampu merebut Grand Slam pertama sepanjang kariernya di F1.

Dengan merebut pole position, mencetak fastest lap, memimpin di setiap lap, dan merebut kemenangan di Australia, Leclerc menjadi pembalap Ferrari pertama yang berhasil merebut Grand Slam setelah Fernando Alonso di Singapura pada 2010.

Salah satu yang membuat Ferrari F1-75 impresif adalah kecepatan dan keandalannya (reliability). Leclerc lagi-lagi menjadi pembalap yang mampu membuktikan performa Ferrari F1-75 yang begitu impresif.

Pembalap berusia 24 tahun yang sudah mengoleksi total empat kemenangan dari 83 start di F1 sejak 2019 tersebut mampu menyapu bersih seluruh tiga pole position dan fastest lap lomba yang sudah digelar pada awal musim ini.

Melihat hasil tiga balapan awal, tidak ada yang memungkiri bila Ferrari kini mampu superior atas Mercedes-AMG Petronas F1 dan Oracle Red Bull Racing, dua tim terkuat F1 dalam dua tahun terakhir.

Baca Juga:

Mantan pembalap F1 Jacquez Villeneuve juga menilai betapa kuatnya Ferrari saat ini. Mereka tidak hanya mampu memaksimalkan peluang terkait perubahan regulasi tetapi juga memanfaatkan kesulitan yang dialami para rival.

“Red Bull terlihat frustrasi. Mobil mereka mampu cepat tetapi sulit dikendalikan. Daya tahannya juga kurang,” ucap Villeneuve seperti dikutip formula1.nl.

“Ferrari kini tidak hanya lebih cepat tetap sepertinya juga lebih mudah dikemudikan dan disetel (set-up). Situasi ini menyulitkan Red Bull secara psikologis.”

Selama ini, Red Bull terbiasa mengejar Mercedes. Namun, kali ini mereka memegang gelar juara dunia pembalap (Verstappen), yang berarti tekanan yang berbeda.

“Mereka (Red Bull) terbiasa menempatkan kedua pembalapnya di empat besar dan berada di posisi kedua konstruktor. Namun, situasi saat ini berbeda. Red Bull sudah harus membayar kesalahan dengan beberapa kali kasus DNF,” kata Villeneuve.

Juara dunia F1 1997 Jacques Villeneuve saat hadir di sela-sela sebuah Grand Prix Formula 1.

Juara dunia F1 1997 Jacques Villeneuve saat hadir di sela-sela sebuah Grand Prix Formula 1.

Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images

Di sisi lain, menurut pemenang 11 Grand Prix dalam 163 balapan di F1 antara 1996 sampai 2006 itu, Leclerc kini sepenuhnya mengontrol balapan. Termasuk dengan rekan setimnya sendiri, Sainz. Leclerc juga memiliki gap bagus (46 poin) dengan Verstappen.

“Di Italia, banyak yang bertanya kepada saya: ‘Apakah ini tahun untuk Ferrari? Kapan mereka akan tersandung?’”tutur pembalap yang merebut gelar bersama Tim Williams itu.

“Penggemar Ferrari pasti sulit percaya dengan situasi seperti sekarag. Seperti Anda lihat, Ferrari pernah mengalami krisis di era Fernando Alonso dan Sebastian Vettel. Faktanya, kini mereka berubah menjadi Mercedes baru.”

Seperti diketahui, sejak era mesin turbo-hybrid mulai diberlakukan di F1 pada 2014, Mercedes sangat mendominasi. Mereka mampu merebut total 15 gelar (tujuh pembalap, delapan konstruktor) F1 dan baru gagal merebut trofi pembalap tahun 2021 lalu.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Bos Red Bull Sebut Keunggulan Ferrari dibanding Mobil Tim-tim Lain
Artikel berikutnya Cari Solusi Porpoising, Mercedes Gunakan Sensor Optik

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia