Ferrari Tiru Konsep Bagian Dasar Red Bull RB18
Ferrari terkenal sebagai produsen mobil dengan kualitas jempolan. Namun dalam Formula 1 2022, mereka mengalami serangkaian masalah sehingga terpaksa meniru beberasa konsep RB18 milik Red Bull Racing.
Analisis teknis Giorgio Piola
Giorgio Piola adalah jurnalis teknis Formula 1 ternama. Lahir di Genoa, Italia. Giorgio telah meliputi Kejuaraan Dunia F1 sejak tahun 1969, menghasilkan ribuan ilustrasi yang telah direproduksi di beberapa publikasi prestisius olahraga bermotor di dunia.
Di awal musim, tingkat kompetitif Ferrari F1-75 dan Red Bull RB18 seolah setara. Max Verstappen dan Charles Leclerc bergantian memimpin balapan.
Namun, dalam dua balapan terakhir, Grand Prix Spanyol dan Monako, tim Italia seolah tak bisa mengkapitalisasi keunggulan teknik. Sebaliknya, pabrikan Milton Keynes lebih konsisten dan menempatkan dua pembalapnya, Verstappen dan Sergio Perez, ke posisi teratas.
Penampilan memukau selama ini menjadikan RB18 sebagai acuan pengembangan teknik rival-rivalnya. Aston Martin terang-terangan mengikuti desain mobil tersebut di beberapa bagian. Julukan Red Bull hijau pun disematkan.
McLaren meniru tipis-tipis dan menggabungkan dengan konsep Ferrari. Skuad yang dipimpin Christian Horner, tidak masalah dengan langkah tersebut, karena mereka bukan saingan utama.
Dasar Ferrari Ferrari F1-75 yang dibawa ke GP Monako dengan undakan (1) dan skid (2)
Foto oleh: Giorgio Piola
Lalu apa yang membuat F1-75 bisa lebih kencang daripada mobil yang didesain Adrian Newey?
Ferrari mungkin tim pertama yang memahami porpoising dalam musim ini. Efek tersebut kembali setelah siklus panjang lantai datar single-seater.
Tim Maranello memilih ujung depan yang lebih tinggi daripada mobil lawan. Ini membuat suspensi tak terlalu kaku sehingga menyerap getaran lebih baik kala melaju di atas gundukan. Ban pun dapat bekerja dengan jendela yang tepat.
Ferrari menemukan solusi sebelum tim lain, dengan membiarkan gelombang dibangkitkan dalam terowongan Venturi, sehingga tak kehilangan waktu. Upaya menjadi sangat rumit karena para insinyur tak maksimal mempelajari tingkah mobil dalam terowongan udara.
Mereka terbentur regulasi, di mana angin tak boleh berhembus dengan kecepatan lebih dari 150 km/jam.
Para ahli aerodinamika lantas bereksperimen untuk menemukan solusi menetralisir lompatan porpoising. Mereka menurunkan ketinggian lantai sehingga lebih dekat dengan permukaan aspal, menemukan peningkatan downforce secara signifikan. Akhirnya, terjadi peningkatan performa, sama seperti membaiknya waktu lap.
Berdasarkan perkiraan, dengan ketinggian lantai mobil Formula 1 20 mm di atas permukaan tanah daripada yang disimulasikan dalam terowongan angin, maka downforce yang hilang 10 persen dan bisa lebih lambat satu detik di setiap tikungan.
Jelas bahwa mayoritas insinyur di markas besar ingin meningkatkan ketinggian lantai sehingga lebih mudah dikendalikan para pembalap. Namun, karena solusi yang ditemukan lebih rendah, mengetahui bahwa kontrol ketinggian sangat penting kalau setelannya kaku.
Mereka berisiko meletakkan lebih banyak tekanan pada ban. Pada balapan di Barcelona, Ferrari mengusung upgrade di Barcelona. Ujung depan baru dipasang untuk meningkatkan performa, mengurangi resistensi udara dan menambah downforce. Mobil pun bisa lebih dekat dengan aspal.
Ferrari F1-75: pengalih aliran yang lebih tinggi di saluran masuk Venturi
Foto oleh: Giorgio Piola
Perhatian diberikan pada bagian yang terlihat. Pengalih aliran terluar relatif terhadap saluran masuk Venturi dipindahkan sedikit ke arah bingkai dan jauh lebih tinggi.
Alasannya? Kepala aerodinamika, David Sanchez, menemukan bahwa udara kotor dari turbulensi dibangkitkan oleh ban depan dan berakhir di saluran. Hal ini menciptakan penyumbatan aerodinamis yang merugikan.
Di bagian tepi belakang sayap, hembusan tengah menghilang, menyisakan lubang karet belakang dengan lug tengah karbon.
Ferrari F1-75, detail teknik di dasar yang lebih kaku
Foto oleh: Giorgio Piola
Bagian dasar yang lebih kaku memungkinkan untuk membatasi porpoising dan karena itu, mobil lebih rendah, seperti Red Bull.
Ferrari juga mengadopsi penempatan skid di belakang penghembus. RB18 memperbesar ukuran dan panjang skid, namun Ferrari tidak mengubahnya. Elemen yang diuji dalam tes ban Pirelli di Imola dan FP1 GP Australia dipertahankan.
Dettaglio dell'estrattore centrale della Ferrari F1-75 con la chiglia aggiunta
Photo by: Giorgio Piola
Di belakang, diffuser baru juga mencuri atensi. Itu seperti balok panjang di dasar perahu yang terpasang merata di bagian tengah. Inovasi itu milik Red Bull dan ditempatkan di area tengah bawah dasar lantai.
Dasar Red Bull Racing RB18 dengan undakan di balok dasar
Foto oleh: Giorgio Piola
RB18 menyembunyikan beberapa perbedaan sejak grand prix pembuka, di Bahrain. Ferrari memiliki desain fairing oval, sebaliknya RB18 punya karakter khas menghadirkan tangga kecil di depan dan belakang.
Terlepas dari regulasi untuk menghilangkan putaran aerodinamika, ‘gundukan’ di lantai Red Bull punya fungsi jelas untuk membangkitkan itu. Tambahan itu di depan (nomor 1 dan 2), dengan tujuan mendorong aliran ke bawah, sedangkan benjolan di belakang (3) untuk memfasilitasi aliran lebih baik melalui diffuser.
McLaren MCL36, Daniel Ricciardo, menunjukkan dasar berundak di Monte Carlo, setelah crash
Foto oleh: Giorgio Piola
Berkat konsep Newey itu plus desain lantai, hambatan bisa dikurangi, membuka selisih top speed hingga 3 km/jam dari Ferrari. Si Kuda Jingkrak dan McLaren tak kesulitan menjiplak.
Skid metalik (4) yang diuji Ferrari di Maranello dan latihan bebas Melbourne, tes Imola, menimbulkan reaksi dari pihak Milton Keynes.
Kira-kira pembaruan apa yang akan dibawa Ferrari ke Silverstone? Mobil Ferrari sangat sensitif terhadap perubahan, tanda bahwa ruang pengembangan sangat besar.
Ferrari F1-75: dasar yang digunakan pada FP1 di Melbourne, lalu dipakai dalam tes di Imola dengan ban Pirelli 2023
Foto oleh: Giorgio Piola
Red Bull mungkin akan mengambil langkah serupa. Persaingan dalam upgrade itu disoroti tim-tim gurem yang tak mau memberi kesempatan rival raksasa memulihkan nilai inflasi (7 persen pertahun). Inflasi membatasi daya beli dan pengembangan sekitar 10 juta dolar AS (sekitar Rp145 miliar).
Dasar McLaren MCL36 dengan undakan kecil gaya Red Bull
Foto oleh: Giorgio Piola
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.