Steiner Izinkan Schumacher Buat Kesalahan
Prinsipal Haas Gunther Steiner menyadari risiko besar dalam menduetkan dua talanta muda, tapi ia menegas ini sebagai persiapan menyambut perubahan besar di Formula 1 2022. Untuk itu, ia mengizinkan pembalapnya melakukan kesalahan agar mempelajari banyak hal.
Di Formula 1, jarang terjadi sebuah tim memutuskan untuk menduetkan dua rookie. Haas berani mengambil risiko besar itu pada tahun ini dengan Mick Schumacher dan Nikita Mazepin karena merasa mereka sudah siap berkompetisi di level tertinggi.
Terakhir kali skenario seperti itu dijalankan oleh Toro Rosso (saat ini AlphaTauri) pada 2015, dengan menggunakan Max Verstappen dan Carlos Sainz.
“Ya, ada risiko dengan mendatangkan pendatang baru karena mereka tak memiliki banyak data. Tapi kami siap membantu mereka,” kata Steiner kepada Speedweek.
“Keuntungannya adalah Anda dapat mengarahkan mereka ke arak pengembagan tertentu dan bahwa mereka juga memiliki kesempatan untuk tumbuh bersama tim.”
Steiner menyadari bisa mengalami kegagalan besar pada F1 2021 dengan dua pendatang baru. Namun, ia ingin mempersiapkan mereka untuk tampil kuat di 2022, di mana ada perubahan regulasi besar-besaran.
“Kami hampir tak pernah menempatkan dua pembalap baru di tim, tapi itu tidak secara otomatis kami gagal,” ujar Steiner.
“Saya tidak ingin bermain-main dengan risiko. Tapi mungkin kami memiliki cara pikir sedikit berbeda dari tim lain. Kami tidak melakukan apa yang tim lain lakukan, kami melakukan apa yang kami pikir masuk akal. Hasil akan berbicara apakah kami benar atau salah.”
Schumacher dan Mazepin memang dinilai layak untuk dipromosikan ke F1 karena mereka telah menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pembalap di FIA Formula 2 2020.
Gunther Steiner berharap tahun ini Schumacher dan Mazepin dapat belajar banyak hal agar dapat tampil lebih baik di era baru pada 2022.
“Waktu untuk melakukan perubahan sangatlah tepat. Kami melihat 2021 sebagai tahun transisi sebelum kami memasuki 2022 dengan mobil balap generasi baru,” ujar Steiner.
“Kami tidak memiliki batasan untuk belajar, Mick dan Nikita juga harus diizinkan untuk membuat kesalahan.
“Saya pikir pembalap muda sudah bisa beradaptasi dengan baik di Formula 1. Contohnya Charles Leclerc, yang memenangkan balapan di tahun keduanya, atau Lando Norris, menunjukkan peningkatan signifikan bersama McLaren.”
Mendatangkan dua pembalap muda sekaligus juga dijadikan sebagai solusi untuk mencegah krisis finansial akibat pandemi Covid-19.
“Pembalap muda memiliki bayaran lebih kecil. Kami bisa menempatkan sisa anggaran gaji ke dalam pengembangan mobil,” kata Steiner.
“Ketika gagasan muncul bahwa kami menginginkan pembalap muda, kami duduk bersama bos tim Ferrari, Mattia Binotto. Ferrari memiliki lima pembalapnya di F2 2020, penunjukkan Mick sepenuhnya dilakukan oleh mereka.”
Mick Schumacher, Haas F1, mempelajari detail mobil.
Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.