Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia
Special feature
Formula 1 F1 GP Inggris

Halo, 'Sandal Jepit' yang Hindarkan Pembalap dari Kematian di Silverstone

Ada dua kecelakaan brutal yang terjadi pada F2 dan F1 yang digelar di Sirkuit Silverstone, Minggu (3/7/2022). Tidak ada korban jiwa karena para pembalap diselamatkan Halo.

Zhou Guanyu, Alfa Romeo C42 crashes at start of race

Feature Race F2 Silverstone menyuguhkan pemandangan mengerikan. Mobil pembalap Prema Racing, Dennis Hauger terbang dan menimpa kendaraan yang dikemudikan Roy Nissany. Adegan ini seperti yang terjadi dengan Max Verstappen dan Lewis Hamilton di Monza musim lalu.

Kemudian, timbul kekacauan pada lap 2 F1 GP Inggris. Insiden besar yang membuat lomba dihentikan sejenak terjadi di tikungan pertama.

Kontak antara Zhou Guanyu, Pierre Gasly dan George Russell membuat mobil pembalap Alfa Romeo terbang, berguling dan terhempas di antara dinding pembatas. Alex Albon juga terimbas dalam upayanya menghindari insiden. Namun, pilot Williams menabrak pembatas setelah kontak dengan Sebastian Vettel.

Zhou, Albon dan Russell mendapat penanganan medis. Pembalap Mercedes dinyatakan fit, beberapa jam kemudian debutan F1 2022 dibebaskan meninggalkan pusat medis. Sedangkan pilot Williams diterbangkan ke rumah sakit.

Seandainya tidak ada Halo, mungkin akan terdengar kabar duka dari Silverstone. Sekali lagi, perangkat yang sempat diejek itu menunjukkan fungsinya.

Baca Juga:

Saat pertama kali Halo diperkenalkan pada 2016, dan kemudian menjadi perangkat keselamatan wajib untuk musim 2018, tak sedikit fans balap mobil jet darat yang mencibirnya.

Desain perlindungan kokpit yang berbentuk flip-flop membuat banyak orang menyamakan Halo dengan sandal jepit. Meme-meme lucu pun bertebaran di jagat media sosial.

Halo juga dianggap mengurangi nilai estetika mobil Formula 1. Belum lagi bidikan onboard serasa mengganggu visibilitas, walau sekarang justru terlihat menarik karena dipakai sebagai grafis televisi.

Opini pihak yang sangat menentang Halo kala itu adalah menganggap perangkat keselamatan ini menyusahkan proses evakuasi, serta menyulitkan pembalap untuk meloloskan diri keluar dari mobil jika mengalami kecelakaan.

Toh, F1 tak bergeming. Bahkan dalam studi FIA (Federasi Otomotif Internasional) tentang benda-benda kecil yang diproyeksikan di Halo dari sudut yang berbeda, ditemukan bahwa perangkat keselamatan ini akan melindungi pembalap sebesar 17 persen setiap waktu.

Adalah tewasnya Jules Bianchi pada 2015, menyusul kecelakaan fatal di GP Jepang 2014, sebagai pemicu lahirnya Halo. Mobil yang dikemudikan Bianchi menabrak crane. Dia menderita kerusakan tengkorak yang serius, dan merupakan kematian kedua yang meninggal karena jenis cedera ini. Yang pertama, Ayrton Senna pada GP Imola 1994, di mana sepotong suspensi menembus helmnya dan juga merusak tengkoraknya.

Ketika dua pembalap tewas lantaran benturan dengan kepalanya, jelas ada sesuatu yang perlu dilakukan untuk mencegahnya. Setelah Aeroscreen dikembangkan Red Bull, namun tak lolos karena Sebastian Vettel merasa pusing (ditambah beberapa faktor lain yang berkontribusi); Halo muncul serta lulus semua tes.

Jadi, sudah seharusnya kecelakaan mengerikan Grosjean mengakhiri perdebatan tentang Halo. Kendati sebenarnya berakhir sejak 2018, saat terjadi insiden yang mungkin bakal berakibat fatal. Itu ketika mobil McLaren yang dikemudikan Fernando Alonso terbang melayang di atas Charles Leclerc (Alfa Romeo) di GP Belgia 2018.

Mobil Dennis Hauger menimpa Roy Nissany

Mobil Dennis Hauger menimpa Roy Nissany

Apa pun pendapat soal Halo saat ini, faktanya, cincin titanium yang berada di atas kokpit mobil tersebut memiliki fungsi vital untuk melindungi kepala pembalap dari puing atau serpihan yang beterbangan.

“Untuk melihatnya bertahan, sejujurnya itu keajaiban,” kata rekan setim Grosjean di Haas, Kevin Magnussen, dilansir dari Formula1.com.

“Sangat senang Halo diperkenalkan, bahwa kami memiliki benda ini di mobil, karena tanpanya pasti akan sangat berbeda. Saya sangat, sangat senang melihat Romain lolos dari kecelakaan itu.”

Pernyataan senada turut dilontarkan Max Verstappen, sembari menggarisbawahi mengapa salah mengkritik Halo karena alasan estetika.

“Pada awalnya ketika dipasang di mobil, saya cukup kritis tentang itu, terlihat jelek. Tapi Anda tidak bisa berkata apa-apa tentang keselamatan, karena Halo menyelamatkan Romain,” tutur Verstappen.

Carlos Sainz, Ferrari F1-75, setelah crash yang menimpa George Russell, Mercedes W13, Zhou Guanyu, Alfa Romeo C42, Alex Albon, Williams FW44, Esteban Ocon, Alpine A522, Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT03

Carlos Sainz, Ferrari F1-75, setelah crash yang menimpa George Russell, Mercedes W13, Zhou Guanyu, Alfa Romeo C42, Alex Albon, Williams FW44, Esteban Ocon, Alpine A522, Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT03

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Zhou Guanyu Berterima Kasih dengan Adanya Halo
Artikel berikutnya Kepolisian Tangkap Tujuh Pemrotes yang Menginvasi Trek Silverstone

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia