Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia
Formula 1 F1 GP Miami

Lewis Hamilton Seharusnya Sudah Miliki 9 Gelar Juara Dunia

Mantan Wakil Presiden Mercedes Norbert Haug menyebut kesalahan McLaren pada 2007 dan keputusan Michael Masi pada 2021 harus dibayar mahal Lewis Hamilton.

Lewis Hamilton, Mercedes

Tidak ada yang menyangsikan torehan fenomenal Lewis Hamilton di ajang balap mobil paling bergengsi di dunia, Formula 1. Bintang Tim Mercedes-AMG Petronas F1 itu sudah menjadi salah satu pembalap tersukses yang pernah ada di F1.

Saat ini, untuk urusan jumlah gelar juara dunia terbanyak, Hamilton masih harus berbagi rekor dengan Michael Schumacher, tujuh. Banyak yang meyakini, Hamilton akan sulit merebut gelar kedelapan – setelah 2008, 2014, 2015, 2017-2020 – pada musim 2022 ini.

Mercedes sepertinya benar-benar salah dalam mengantisipasi regulasi baru sehingga sasis Mercedes F1 W13 tidak lagi kompetitif.

Bahkan, pada balapan terakhir, GP Emilia Romagna, di Sirkuit Imola, 24 April lalu, Hamilton tidak mendapatkan poin hingga sampai di-overlap oleh Max Verstappen (Oracle Red Bull Racing) yang memenangi balapan.

Baca Juga:

Menurut Norbert Haug, Hamilton seharusnya mampu merebut lebih dari tujuh gelar. Bahkan, pembalap asal Inggris tersebut seharusnya pantas memenangi sembilan trofi juara dunia F1.

“Ia kehilangan peluang merebut gelar dua kali, di Shanghai pada 2007, saat musim pertamanya di F1, serta pada balapan terakhir 2021 di Abu Dhabi karena keputusan salah dari FIA,” ucap Haug, seperti dikutip Speedweek.com.

“Jika kedua insiden itu tidak terjadi, Hamilton sudah mengoleksi sembilan gelar juara dunia. Saya tidak bilang Verstappen tak layak juara (pada 2021). Tetapi faktanya begitu.

“Performa dan kemampuan balap Hamilton membuatnya pantas mendapatkan sembilan gelar. Kini ia tengah mengejar trofi kedelapan. Tentu saja ia masih ingin merebutnya,” kata Haug, yang saat itu memimpin Mercedes sebagai pemasok mesin untuk McLaren.

Pada GP Cina 2007, Hamilton tidak mampu finis karena kesalahan strategi timnya saat itu, McLaren, dalam menentukan waktu pit stop. McLaren saat itu memilih meminta Hamilton tetap di trek kendati tahu bannya sudah habis.

Alhasil, saat akan masuk pit, Hamilton tidak mampu lagi mengendalikan mobil karena bannya yang benar-benar sudah habis. Di sebuah tikungan ke kiri yang tajam, McLaren MP4-22 geberannya pun masuk gravel dan tidak bisa melanjutkan balapan.

Jika Hamilton, yang saat itu memimpin balapan usai merebut pole mampu mempertahankan posisi sampai finis, ia dipastikan menjadi juara dunia karena dengan sistem poin saat itu, torehannya tak bakal bisa dikejar pada balapan terakhir di Brasil.

Sementara pada GP Abu Dhabi 2021, keputusan kontroversial Race Director FIA Michael Masi yang meminta mobil-mobil di antara Hamilton dan Verstappen melewati Safety Car, membuat Verstappen yang saat itu sudah mengganti ban, dengan leluasa melibas Hamilton pada lap terakhir.  

Kini, kans Lewis Hamilton untuk merebut gelar kedelapan memang terbilang kecil. Menjelang balapan kelima, GP Miai, akhir pekan ini (6-8/5/2022), ia hanya berada di peringkat ketujuh dengan koleksi hanya 28 poin.

Lewis Hamilton tertinggal hingga 58 poin dari Charles Leclerc (Scuderia Ferrari) di puncak dan 31 dari Verstappen di P2 klasemen. Sementara dengan rekan setimnya yang berada di posisi keempat, George Russell, Hamilton terpaut 21 poin.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Keseimbangan Ban Kian Krusial di Era Generasi Baru Mobil F1
Artikel berikutnya Sergio Perez Anggap F1 GP Miami Balapan Kandang

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia