Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Horner Gerah dengan Permainan Psikologis Mercedes

Prinsipal Red Bull, Christian Horner, gerah dengan permainan psikologis yang diterapkan Mercedes.

Christian Horner, Team Principal, Red Bull Racing and Sergio Perez, Red Bull Racing on the grid

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Hubungan Red Bull dan Mercedes menarik untuk dicermati. Sebagai musuh utama, mereka saling melabeli lawan favorit juara.

Tim yang bermarkas di Brackley, Inggris, sering menyebut bahwa Die Rotten Bullen bisa merengkuh titel musim ini. Mereka pun merendah kualitas W12 lebih rendah dan masih bermasalah.

Namun, faktanya tidak seperti itu karena mobil tersebut mampu mencatatkan waktu tercepat selama dua balapan awal, GP Bahrain dan GP Emilia Romagna.

Hal tersebut membuat Horner terganggu dengan pujian dari Mercedes. Menurutnya, pujian dari lawan bertujuan membuat mereka terbebani sekaligus lengah.

“Label itu digunakan untuk mencoba memberi ekspektasi dan menciptakan tekanan. “Mercedes telah memberi label favorit dan Toto ingin mengalihkan atensi, tapi itu agak picik,” ujarnya kepada Motorsport.com.

“Ketika Anda melihat, mereka juara tujuh kali beruntun, mereka hanya punya satu tes buruk. Mobil mereka cepat daripada kami dalam balapan di Bahrain. Degradasi ban mereka tampak sangat buruk.

“Tentu saja, Toto akan berusaha mengindentifikasi Red Bull sebagai favorit untuk menciptakan persepsi harus mengejar dan menyusul. Tapi saya tidak percaya bahwa kami favorit, sejujurnya kepada Anda. Kami melawan tujuh juara dunia beruntun. Anda tidak perlu ilmuwan roket untuk mengetahui peluangnya. Mereka akan mengatakan siapa favoritnya.”

Baca Juga:

Horner menyoroti keluhan Mercedes tentang rake rendah W12 kalah daripada rake tinggi RB16B. Jika menilik bagaimana kehebatan Lewis Hamilton, terbukti bahwa faktor tersebut tak berpengaruh.

“Jika Anda melihat di Imola dan mengabaikan Bahrain, Anda akan mengatakan bahwa itu tak masalah. Jadi saya kira terlalu banyak penekanan yang bisa dibuat untuk satu elemen,” ia menuturkan.

“Di F1, segalanya bekerja secara serasi dengan lainnya. Tidak ada peluru perak. Mungkin beberapa sirkuit mendukung sebuah filosofi, tapi mungkin ada sirkuit lain yang mungkin cocok dengan lainnya. Jika itu terjadi, apakah itu hal buruk?”

Dua balapan awal tak cukup untuk mengetahui kapasitas sebenarnya dari kedua tim musim ini.

“Saya selalu mengatakan bahwa butuh tiga atau empat lomba untuk mendapat refleksi sebenarnya dari kinerja dan saya masih yakin itu kasusnya. Dengan berjalannya waktu, kami sampai di akhir Barcelona, saya kira Anda akan memiliki gambaran lebih jelas,” katanya.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Russell Sebut Media Sosial Area Berbahaya
Artikel berikutnya Resmi, Kualifikasi Sprint Digelar di Tiga Lomba F1 2021

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia