Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Horner: Suatu Hari Wolff Akan Butuh Mesin Kami

Prinsipal Red Bull Racing, Christian Horner, sesumbar akan membuat bos Mercedes F1, Toto Wolff, menyesal dan minta disuplai mesin.

Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B, Valtteri Bottas, Mercedes W12

Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B, Valtteri Bottas, Mercedes W12

Charles Coates / Motorsport Images

Proyek Red Bull Powertrains terus berjalan dan akan menandai era baru skuad tersebut. Sejak berkiprah di Formula 1, mereka selalu membeli mesin. Renault dan Honda menjadi penyuplai.

Kabar mundurnya Honda dari Formula 1 membuat tim yang disponsori produsen minuman berenergi itu limbung, Pasalnya, pabrikan Jepang tersebut berhasil membuatkan mesin tahan banting yang mendorong mereka jadi penantang Mercedes.

Mereka pun mengkaji dua opsi, kembali jadi klien Renault atau membuat power unit sendiri yang akan digunakan mulai 2025. Opsi kedua dipilih dengan persiapan matang, mengambil teknologi Honda, membangun fasilitas canggih, membajak para ahli dari Mercedes dan menjaring sumber daya manusia jempolan.

Kesempurnaan menjadi tujuan Die Rotten Bullen karena mereka selalu seperti itu saat menjadi klien pabrikan mesin.

“Kami merupakan pembeli yang sangat penuntut. Kami selalu membayar tagihan tepat waktu, tapi sebagai gantinya ingin yang terbaik, di mana kadang mengganggu (pemasok kami). Ketika kami sadar, tidak bisa membeli sistem powertrain terbaik, kami memilih membuatnya sendiri,” Horner menjelaskan kepada Autocar.

“Kondisi telah berevolusi seperti ini. Selama beberapa tahun terakhir, kami punya hubungan dengan Honda, tapi mereka memutuskan untuk pergi dari olahraga ini. Setelah melihat bagaimana rasanya jadi tim pabrikan dan apa yang kami bisa lakukan, pertanyaan mengemuka: Apa kami akan jadi pembeli dan mengelola itu?

“Atau kami menggunakan kesempatan mengintegrasikan power unit dengan tim teknis di Milton Keynes dan menjadi satu-satunya tim seperti Ferrari yang punya semua di bawah satu atap? Keputusan mantap menciptakan departemen mesin sendiri karena Red Bull tidak pernah membuat keputusan berani.”

Baca Juga:

Horner menjelaskan bahwa Red Bull berada dalam fase konstruksi. Target mereka mulai beroperasi pada April 2022. Oleh karena itu, persiapan matang sedang dieksekusi. Regulasi pembekuan mesin melempangkan jalan mereka, ditambah izin dari Honda.

“Kami membuat departemen sendiri berkat regulasi pembekuan mesin dengan dukungan dari FIA pada Februari. Honda juga membantu dengan menggunakan itu dalam proyek kami, tapi pada dasarnya, kami membangun tim sendiri untuk mengembangkan mesin generasi berikutnya untuk musim 2025 atau 2026 saat aturan berubah. Itu kenapa kami fokus menarik talenta tertentu untuk menjalankan proyek ini,” ia menguraikan.

Red Bull berinvestasi besar pada sumber daya manusia yang rela meninggalkan zona nyaman untuk memulai dari nol. Mereka sadar kalau pengeluaran akan membengkak di tahun-tahun awal.

“Proyek ini akan menghabiskan banyak biaya dalam beberapa tahun awal, tapi dari sekarang, pembatasn biaya power unit harus diterapkan. Biaya 50 juta dollar (sekitar Rp715 miliar) sedang didiskusikan untuk riset dan pengembangan, yang merupakan target sangat layak,” katanya.

“Membangun mesin sendiri memungkinkan kami mengisi kekosongan ini, yang merupakan poin terlemah kami sebelum Honda tiba. Kami tak bisa mengontrol nasib kami karena tergantung pada pemasok mesin di masa lalu. Sekarang, kami akan sangat berguna karena dapat menyuplai mesin pada tim lain kalau penting. Pabrikan datang dan pergi.

“Kami perlu mesin yang sangat kompetitif dan itu cara terbaik melakukannya. Mercedes tidak mau memberi kami mesin dan Renault tak mau memberi kami unit dengan cara sama. Jadi, kami tidak punya banyak opsi tersisa. Kami harus maju dan membuat Toto menyesali pilihan ini. Mungkin suatu hari, mereka akan butuh mesin kami!”

Adrian Newey, Chief Technical Officer, Red Bull Racing dan Christian Horner, Team Principal, Red Bull Racing

Adrian Newey, Chief Technical Officer, Red Bull Racing dan Christian Horner, Team Principal, Red Bull Racing

Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Horner Minta Red Bull Waspadai Kebangkitan Mercedes di Baku
Artikel berikutnya Dukung Hamilton, Wolff Kritik Biaya Tinggi di Balap Junior

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia