Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Horner: Tidak boleh ada batasan mesin di F1

Gelombang penalti di Monza membuat bos Red Bull Christian Horner berencana mendorong penghilangan aturan membatasi tiga mesin setiap pengemudi per tahun pada 2018.

Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08, at the start of the race

Foto oleh: Sam Bloxham / Motorsport Images

Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08 leads at the start of the race
Christian Horner, Red Bull Racing Team Principal
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W08, Esteban Ocon, Sahara Force India F1 VJM10, Lance Stroll, Willia
Max Verstappen, Red Bull Racing RB13
Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB13, Carlos Sainz Jr., Scuderia Toro Rosso STR12, Stoffel Vandoor
Max Verstappen, Red Bull Racing RB13 with a damaged tyre
Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB13
Max Verstappen, Red Bull Racing RB13

Sebelum balap Monza, Formula 1 dikritik habis-habisan oleh penggemar akibat adanya sembilan pembalap diganjar penalti karena penggantian mesin atau girboks.

Situasi itu pun menimbulkan ketakutan bahwa tahun depan, ketika peraturan baru F1 dengan batasan tiga mesin per musim, kondisi akan semakin parah.

Awal tahun, Horner mencoba Strategy Group F1 untuk membatalkan rencana dan tetap dengan batasan empat mesin per musim. Namun, tidak mendapatkan cukup dukungan.

Akan tetapi, kondisi Monza meyakinkan Horner untuk kembali mengangkat isu ini pada pertemuan F1 Strategy Group minggu depan.

Menurutnya, kompleksitas V6 turbo hybrid membuat bos-bos F1 harus memikirkan ulang rencana tersebut.

“Saya pikir mesin baru ini tidak membawa manfaat positif apa pun bagi F1 sejak diperkenalkan,” ucap Horner yang terkenal sebagai pengkritik aturan turbo berlaku 2014.

“Yang membuat saya khawatir adalah batasan tiga mesin tahun depan, dengan jumlah kalendar lebih banyak. Bagi saya, itu adalah agenda utama pertemuan Strategy Group.”

“Saya mencoba mengubah hal tersebut pada pertemuan terdahulu. Tetapi tidak mendapatkan dukungan. Saya berharap kali ini ada hasil berbeda. Mengingat banyak tim mulai mendapatkan penalti demi penalti.”

Penalti baru

Selain membatalkan peraturan baru tiga mesin, Horner berpendapat bahwa harus ada pola baru pemberian penalti grid kepada pembalap. Karena sistem berlaku saat ini tidak disukai penggemar.

“Susah bagi kami untuk memahaminya,” ucapnya. “Di grid saja kami bingung ditempatkan P12 atau P13 akibat [Sergio] Perez mendapatkan penalti, tetapi tidak tahu terkena sesudah atau sebelum orang lain. Sangat membingungkan.”

“Saya pikir harus ada cara baru untuk memberikan penalti kepada peserta, selain dengan mengacak-acak grid. Karena hanya akan bertambah parah. Akan sangat memalukan jika kejuaraan ini nantinya ditentukan oleh penalti grid.”

Ekonomi palsu

Ide mengurangi mesin per musim awalnya ditujukan untuk menurunkan biaya.

Akan tetapi, pabrikan menyadari bahwa mengirikan komponen berusia panjang dan mengetesnya di dyno ternyata tidak menjadi lebih murah.

Horner malah menyarankan agar lebih baik, F1 harusnya mengizinkan lebih banyak penggunaanmesin.

“Tujuan utama dari pembatasan mesin adalah penurunan biaya. Tetapi, sebetulnya tidak menurunkan biaya,” ucapnya. “Mesin tetap dijalankan dan malah mendapatkan penalti.”

“Mungkin kita harus menentukan berapa jumlah tepat. Mungkin, lima merupakan kuantitas lebih pas dibandingkan empat, apalagi tiga.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Porsche konfirmasi minat ikuti F1
Artikel berikutnya James Allen: Laporan Strategi Balapan UBS - GP Italia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia