Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Ini Alasan Red Bull Singkirkan Porsche demi Ford

Ford telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan menjadi bagian dari F1 dan bekerja sama dengan Red Bull. Hal ini akan memberi Milton Keynes kekuatan lebih besar di pasar AS, sesuatu yang tidak dapat ditawarkan oleh Porsche.

Ford logo

Ford logo

LAT Images

Red Bull membuka musim Formula 1 2023 di New York. Salah satu kota paling terkenal di dunia itu dipilih dengan pertimbangan mereka bisa melakukan kampanye iklan luar biasa yang tidak dapat ditandingi tim lain hingga hari ini.

Namun, alasan untuk menyeberangi samudera jauh lebih penting dari itu. Red Bull mengumumkan kemitraannya dengan Ford. Perusahaan yang berbasis di Milton Keynes dan Michigan berpikir dapat membuat hubungan berhasil lebih dari sekadar masalah keuangan.

Menariknya, ide ini tidak terbayangkan beberapa bulan lalu. Red Bull bahkan bersiap mengonfirmasi bahwa mereka akan berkolaborasi dengan Porsche segera setelah perusahaan Grup Volkswagen tiba di Formula 1 2026  ketika peraturan mesin baru diperkenalkan. Meskipun berita tersebut dijadwalkan akan diumumkan pada akhir pekan GP Austria, berita tersebut akhirnya tetap mengambang.

Kekhawatiran Christian Horner dan anggota tim lainnya meningkat, dengan mempertimbangkan perlunya memiliki struktur yang baik agar Max Verstappen dapat terus meraih kemenangan beruntun sekaligus membawa Red Bull kembali ke puncak kejayaan.

Namun, pada September, gagasan tentang kemungkinan kesepakatan akan dihentikan. Sementara itu, Horner mengedipkan mata pada kejutan budaya dan mengklarifikasi keputusannya.

"Red Bull selalu menjadi tim yang independen. Itu telah menjadi salah satu kekuatan kami. Itu telah menjadi tulang punggung dari apa yang telah kami capai dan kemampuan kami. Menjadi bagian dari DNA siapa kami,” ujarnya.

"Kami bukan organisasi yang dijalankan oleh perusahaan, dan itu adalah salah satu kekuatan kami sebagai tim F1. Itu adalah persyaratan penting untuk masa depan kami.”

Kata-kata dari kepala tim datang pada saat divisi baru, Red Bull Powertrains, akan menempatkan mesin dengan spesifikasi untuk 2026 di atas dyno, serta kesehatan mendiang salah satu pendiri Red Bull, Dietrich Mateschitz, yang memburuk.

Baca Juga:

Dengan mempertimbangkan kedua situasi tersebut, tim membutuhkan investasi besar untuk memastikan masa depan jangka panjangnya di Formula 1. Oleh karena itu, setelah kesepakatan dengan Porsche gagal, rumor mulai bermunculan tentang apakah mereka bersedia untuk menghidupkan kembali hubungan dengan Honda. Sekarang,  aliansi mereka dengan Ford akan dikonfirmasi.

Ford sangat cocok dengan Red Bull, dan sebaliknya. F1 sedang mengalami ledakan popularitas beberapa tahun ini di seluruh dunia, terutama dengan hadirnya grand prix seperti Las Vegas, yang akan melengkapi dua balapan di Amerika Serikat lainnya yang sudah menjadi bagian dari kalender, Miami dan Austin.

Daya tarik yang membesar di AS itulah yang membuat Andretti Autosport menjadi salah satu pilihan tepat untuk masuk ke F1. Untuk itu, saingan terbesarnya, Ford, juga menginginkan sepotong kue.

Selain itu, relevan untuk menyebutkan upaya F1 demi mencapai tujuan nol emisi karbon pada 2030, karena ini juga membantu memahami partisipasi Ford. Perusahaan yang mempromosikan tujuan sama dengan produknya. Perlu diingat bahwa mereka berniat membuat truk dua ton yang sepenuhnya bertenaga listrik.

Kesepakatan Porsche tidak memberikan Red Bull otonomi

Kesepakatan Porsche tidak memberikan Red Bull otonomi

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Untuk alasan ini, akan lebih mudah bagi mereka untuk bersaing di kategori teratas mulai 2026, karena bahan bakar pada saat itu akan sepenuhnya berkelanjutan. Jika kita menggabungkannya dengan aliansi dengan Red Bull, kehadiran Ford di F1 benar-benar masuk akal.

Benar, ide awalnya adalah menulis cek besar, seperti yang ingin dilakukan Porsche, yang idenya adalah membeli 50 persen saham di Red Bull Advanced Technologies, sehingga mendukung divisi Powertrains dalam kontrak 10 tahun.

Ford tidak akan melakukan hal yang sama. Sebaliknya, mereka diyakini akan berinvestasi dalam program power unit. Dan, sebagai imbalannya, diharapkan logonya akan muncul di sampul mesin Red Bull, serta para eksekutif dan orang-orang terpenting perusahaan menghadiri semua balapan. Mereka juga berpartisipasi dalam siaran pers tim Austria.

Tetapi tidak perlu bersemangat juga, karena baik Horner dan Helmut Marko tidak akan menyingkir untuk memberi perusahaan Amerika kebebasan, seperti yang ingin dilakukan Porsche. Red Bull tidak tertarik dengan pergantian peran ini terutama karena akan merugikan dalam persaingan dengan dua tim terkemuka lainnya di grid, Mercedes dan Ferrari, selain memecah belah struktur internal tim.

Tapi, Ford sudah tahu bagaimana harus bertindak karena punya pengalaman. Lihat saja WRC, perusahaan dikaitkan dengan tim M-Sport, yang mobilnya juga berlogo Red Bull. Tim yang menjalankan pertunjukan, bukan pabrikan AS.

Red Bull dan Ford sebelumnya bergabung di Sauber pada 1995

Red Bull dan Ford sebelumnya bergabung di Sauber pada 1995

Foto oleh: Ercole Colombo

Untuk alasan ini, mereka tidak memiliki masalah membiarkan para ahli teknik bekerja untuk meraih kemenangan, tetapi satu hal yang jelas, yaitu diketahui siapa yang menjadi bos.

Inilah yang diinginkan tim Red Bull F1. Bukan berarti apa yang akan disumbangkan Porsche tidak cukup, tetapi ini adalah kebalikan dari operasi yang diharapkan dari mereka yang berasal dari Milton Keynes. Dan ini bukan berarti bahwa Ford tidak akan terlibat sepeuhnya di Red Bull Powertrains, tetapi batas-batas tertentu akan ditetapkan.

Tidak perlu khawatir dengan masa lalu kelam Ford di F1, karena mereka tidak harus mengulangi kesalahan yang sama. Awal 2000-an, sebelum Red Bull mengakuisisi Jaguar, manajemen Detroit mempelajari data-data kenapa jutaan dolar AS dibayarkan kepada Mr. Eddie Irvine.

Dua dekade kemudian, semuanya telah berubah . Sekarang, bisa dilihat Jim Farley, CEO Ford, memacu Ford GT40-nya di Goodwood Revival, dan juga perlu diingat bahwa Formula 1 bukan lagi olahraga eksklusif Eropa. Proyek kali ini akan menawarkan Red Bull visi baru dan diperbarui tentang masa depannya, dan akan memungkinkannya untuk melanjutkan kemandirian yang sangat ditekankannya.

Apakah Ford menikmati sukses kembali ke F1 dengan Red Bull?

Apakah Ford menikmati sukses kembali ke F1 dengan Red Bull?

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Horner Akui RB19 Asli Berbeda dengan yang Ditunjukkan di New York
Artikel berikutnya Ford Pastikan Komitmen WRC Tak Terganggu Rencana ke F1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia