Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Ini Respons Binotto Terhadap Komentar Menohok Ecclestone

Komentar menohok mantan pemimpin Formula 1, Bernie Ecclestone, membuat telinga prinsipal Ferrari, Mattia Binotto, merah. Ia pun memberi respons di luar dugaan.

Louis Camilleri, CEO and Chairman, Ferrari, and Mattia Binotto, Team Principal Ferrari, present Mick Schumacher with a helmet based on his fathers design, to wear whilst driving the championship winning Ferrari F2004

Charles Coates / Motorsport Images

Beberapa waktu lalu, Ecclestone menyoroti penurunan performa tim Kuda Jingkrak. Menurutnya, Ferrari tak punya sosok pemimpin yang mumpuni.

Selain itu, prinsip Italia-sentris dalam mencari pekerja dituding sebagai biang masalah lainnya. Skuad pabrikan yang berkandang di Maranello diharapkan membuka pintu lebar-lebar untuk pekerja asing sehingga budaya kerja juga lebih internasional dengan ide-ide bertebaran.

“Saya tak mau menyinggung siapa pun, tapi saya yakin masalah Ferrari adalah selalu berhubungan dengan orang-orang Italia. Setiap orang punya opini masing-masing, setiap orang ingin memimpin. Orang Italia tidak mau dia memimpin tim, tapi saya yakinkan mereka untuk memanggil Jean Todt dan itu berhasil,” katanya.

Binotto pun angkat bicara tentang komentar berbau rasialis itu. Pria 51 tahun tersebut membela martabat orang Italia.

“Beberapa cobaan timbul dari klise lama. Saya sangat bangga menjadi orang Italia dan saya pikir orang Italia tahu apa yang mereka lakukan,” ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan Autosprint.

“Kalau mereka tidak tahu harus bagaimana agar lebih baik dari orang lain, setidaknya mereka melakukan agar berada di level sama dengan mereka.

“Ada cukup pekerja asing di perusahaan kami, yang mengisi berbagai posisi, termasuk posisi kunci. Jadi komentar Ecclestone, tak pantas mendapat sebuah jawaban.”

Baca Juga:

Pria yang menggantikan Maurizio Arrivabene pada Januari 2019 tersebut, memiliki darah Italia dari orang tuanya.

Sejatinya, ia lahir dan besar di Lausanne, Swiss. Setelah menamatkan jurusan teknik mesin Ecole Polytechnique Federale de Lausanne, ia pun pindah ke Negeri Piza untuk mengejar gelar master teknologi mesin motor dari Universitas Modena dan Reggio Emilia.

Sembari kuliah, ia juga bekerja di Scuderia Ferrari divisi mesin. Seiring dengan sukses Ferrari di ajang F1, kariernya terus menanjak.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Bekerja dengan Newey, Perez Optimistis Tatap Musim Depan
Artikel berikutnya Fisichella Tak Kecewa Gabung Ferrari

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia