Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Jangan Berharap Terlalu Cepat pada Mick Schumacher

Mantan pembalap di Kejuaraan Dunia Formula 1, Johnny Herbert, membandingkan Mick Schumacher dengan ayahnya, Michael Schumacher.

Mick Schumacher and Guenther Steiner, Team Principal, Haas F1 on the day Mick is announced as a Haas F1 driver

Mick Schumacher and Guenther Steiner, Team Principal, Haas F1 on the day Mick is announced as a Haas F1 driver

Andy Hone / Motorsport Images

Setelah tidak muncul dalam delapan tahun, nama Schumacher bakal kembali pada Kejuaraan Dunia Formula 1 2021. Adalah keberhasilan Mick Schumacher mendapatkan kontrak dengan Tim Haas untuk F1 musim depan.

Mick Schumacher terjun ke F1 dengan modal lebih dari cukup. Ia merebut gelar Formula 3 European Championship 2018 dan Formula 2 2020. Pembalap asal Jerman, 21 tahun itu sudah membuktikan kualitasnya agar pantas turun di F1.

Kendati begitu, mantan pembalap F1, Johnny Herbert, mengingatkan Mick Schumacher bila dirinya akan langsung bersaing dengan pembalap sekaliber Lewis Hamilton (Mercedes-AMG Petronas) dan Max Verstappen (Red Bull Racing).

“Akankah Mick bisa seperti Max atau Hamilton? Kita lihat dan tunggu saja,” ujar mantan pembalap yang aktif di F1 pada 1989-2000 tersebut.

Mick Schumacher, menurut Herbert, agak lama dalam hal adaptasi dan belajar. Sementara, Verstappen dan Hamilton langsung mampu menggebrak F1 begitu masuk kokpit mobil.

Baca Juga:

“Mick bakal butuh waktu lebih lama. Namun, paling tidak ia sudah memiliki pijakan yang bagus untuk F1,” kata Herbert yang kini menjadi pemandu acara di Sky Sports F1.

Fakta menunjukkan, Mick Schumacher baru tahun kedua menjuarai Formula 3 Eropa dan Formula 2. Pada musim pertamanya di kedua seri tersebut, 2017 dan 2019, Mick Schumacher sama-sama menempati peringkat ke-12 klasemen akhir.  

Di seri ADAC Formula 4, Mick Schumacher bahkan hanya finis kedua pada musim keduanya (2016) setelah hanya finis ke-10 setahun sebelumnya.

F1 2021 akan menjadi musim pembelajaran bagi kedua pembalap Tim Haas yang sama-sama rookie, Mick Schumacher dan Nikita Mazepin, peringkat kelima Formula 2 2020 lalu. Herbert menilai, musim depan Mick Schumacher akan belajar memupuk kepercayaan diri.

“Tetapi saya yakin Mick Schumacher mampu mendapatkan itu untuk bersaing merebut gelar di kemudian hari. Pengetahuannya yang semakin meningkat di kokpit mobil F1 juga akan meningkatkan kepercayaan dirinya,” kata Herbert.

Tantangan untuk Mick Schumacher di F1 2021 nanti semakin berat jika melihat timnya. Saat ini, Haas termasuk tim yang tidak kompetitif meskipun memakai mesin Ferrari.

Musim depan kondisi Haas diyakini takkan banyak berubah musim depan karena Ferrari belum akan melakukan perubahan total pada mesin.

Regulasi engine freeze yang dibuat karena efek ekonomi yang ditimbukan dari pandemi Covid-19 membuat semua tim harus turun dengan spesifikasi yang serupa dengan musim ini.

Dua pembalap Tim Benetton, Michael Schumacher (kanan) dan Johnny Herbert, saat finis 1-2 di F1 GP Spanyol 1995.

Dua pembalap Tim Benetton, Michael Schumacher (kanan) dan Johnny Herbert, saat finis 1-2 di F1 GP Spanyol 1995.

Foto oleh: Motorsport Images

Situasi ini memaksa Mick Schumacher harus belajar lebih keras. Utamanya terkait meningkatkan kepercayaan diri. Satu yang harus dicatat, saat debut di F1, baik Hamilton maupun Verstappen turun dengan mobil yang sudah kompetitif.

Hamilton menjalani musim pertama di F1 pada 2007 bersama McLaren. Musim sebelumnya, McLaren yang saat itu bermesin Mercedes, ada di peringkat ketiga klasemen akhir konstruktor F1 2006.

Verstappen memulai musim penuh pertamanya di F1 pada 2015 bersama Scuderia Toro Rosso. Namun setahun sebelumnya, Toro Rosso mampu berada di papan tengah klasemen akhir, ketujuh dari 11 tim.

Bandingkan dengan calon tim Mick Schumacher, Haas, yang kini ada di peringat kesembilan (dengan hanya tiga poin dalam 16 balapan) dari 10 tim saat F1 2020 tinggal menyisakan satu balapan.     

Satu hal menarik dari Mick Schumacher adalah sifatnya yang bertolak belakang dengan sang ayah, Michael Schumacher. Herbert pernah satu musim menjadi rekan setim Schumacher pada F1 1995 di Mild Seven Benetton Renault, saat Schumi merebut gelar juara dunia keduanya.

“Michael itu tipe pembalap yang sangat percaya diri, bahkan sebelum ia turun di F1 (debut pada 1992),” kata Johnny Herbert tentang juara dunia F1 tujuh kali (1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004) tersebut .

“Mick berbeda dengan ayahnya. Ia pria yang menyenangkan, bersahabat, dan bahkan pemalu. Mick sangat berbeda dengan Michael. Mick jauh lebih kalem ketimbang ayahnya.”

Kini, Johnny Herbert akan bisa menyaksikan putra dari mantan rekan setimnya turun di F1 “Senang bisa melihat ada nama Schumacher lagi di F1 (Michael Schumacher mundur pada akhir F1 2012). Sangat menarik melihat bagaimana Mick mengembangkan kariernya di F1 nanti,” kata Herbert.  

 

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Williams Merasa Kehilangan George Russell
Artikel berikutnya Haas Belum Temukan Posisi untuk Kepala Casis Ferrari

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia