Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Jarno Zaffelli, Desainer Sirkuit F1 Pemuja Kekacauan

Jarno Zaffelli merupakan seorang desainer sirkuit F1 dan MotoGP terkemuka di dunia. Bos studio desain Dromo itu menyukai lintasan yang menyajikan kekacauan tapi tetap aman bagi pembalap.

Jarno Zaffelli pada pekerjaan konstruksi di Zandvoort

Ketertarikan pria 44 tahun terhadap otomotif dan balap motor bisa dipahami jika melihat latar belakangnya.

Zaffelli lahir di Motor Valley, wilayah yang terletak di antara Bologna, Modena dan Maranello, merupakan surga bagi pecinta mobil-mobil sport.

Maranello adalah rumah Ferrari, Lamborghini di Sant’Agata Bolognese, Ducati di Bologna dan Maserati di Modena. Museum mobil, pabrik otomotif hingga trek untuk balapan juga ada di sana.

Hal itu mendorongnya untuk menamatkan diploma teknik mesin terapan, ia melanjutkan ke Fakultas Manajemen Teknologi. Namun, Zaffelli tidak melanjutkan karena lebih tertarik membuka perusahaan IT yang ikut mengembangkan sistem operasi OS X Apple.

Ia mulai merintis perusahaan desain dan konstruksi pada 2000. Saat itu, Zaffelli belajar secara otodidak dengan mengumpulkan data dan menyambangi banyak sirkuit untuk F1 serta MotoGP, di mana proyek raksasa perdananya adalah renovasi Misano World Circuit Marco Simoncelli, 2008.

Tiga tahun kemudian, studio Dromo berdiri. Dalam 400 hari terakhir, mereka menggarap Silverstone, Zandvoort, Imola, Mugello, Portimao dan Paul Ricard.

Dalam mendesain, pria yang pernah mengerjakan Sirkuit Sepang itu, selalu ingin menonjolkan jiwa dari trek. Ia pun melibatkan unsur alam, fluida dan keseimbangan.

Layaknya sebuah film, Zaffelli ingin menjadi seorang sutradara yang berkuasa menyusun jalannya cerita.

Baca Juga:

Oleh karena itu, sebelum membuat desain, ia dan tim melakukan analisis menggunakan perangkat lunak DroCAS untuk simulasi kecelakaan pembalap serta risiko, berdasarkan data crash selama 10 tahun serta analisis performa kendaraan.

Dari sana, mereka bisa menentukan di mana pembatas ditempatkan, pos untuk para marshall serta letak kamera sehingga penonton bisa menikmati sensasi balapan.

“Keamanan harus diutamakan setelah tata letak terbaik dibuat. Keselamatan adalah konsekuensi dan dibangun dalam sistem desain,” ujarnya.

“Tapi keselamatan adalah topik terakhir yang saya bicarakan dengan klien. Penonton adalah titik awal, bukan hanya mereka yang ada di luar trek, juga pengemudi. Saya tidak setuju dengan mereka yang bilang bahwa untuk jadi desainer trek balap, Anda harus jadi pembalap hebat.”

Sebelum menggunakan DroCAS, Zaffelli dan kru mengevaluasi luasan, jaringan jalan dan fasilitas dasar untuk aktivitas dan balapan.

“Kami juga perlu memikirkan, berapa banyak penonton yang diharapkan? Berapa banyak dan kendaraan mana yang masuk ke paddock? Berapa banyak orang dan layanan seperti apa yang tersedia di pit?” ia menuturkan.

Menariknya, pria yang mendesain Sirkuit Zandvoort (Belanda) dan Termas de Rio Hondo (Argentina) itu kurang menyukai desain modern yang menitikberatkan pada kekuatan teknik saja.

Ia keberatan dengan arahan petinggi Formula 1, Ross Brawn dan Pat Symonds, yang meminta sirkuit menyesuaikan dengan modifikasi pada mobil.

Tampilan Circuit Zandvoort

Tampilan Circuit Zandvoort

Foto oleh: Chris Schotanus

“Saya tidak setuju dengan itu. Memang benar Anda harus dipandu oleh sesuatu, tapi keindahan bisa datang dari kekacauan, tanpa menggunakan terlalu banyak angka dalam hal keamanan,” ia menjelaskan.

“Desain harus dilakukan dengan pensil berdasarkan bentuk asli daratan dan kemudian diselesaikan dengan teknologi. Jika tidak, akan ada banyak trek tak berjiwa.

“Lintasan yang indah harus berbahaya, lebih teknis, menyebabkan kesalahan dan butuh waktu lama untuk memahaminya. Untuk membuatnya aman, perlu menghitung rute kabur dengan tepat, tapi faktor keselamatan jangan jadi alasan untuk memilih cara termudah merancang lintasan.”

Kompetisi dengan Hermann Tilke

Ketika pamornya meroket, Jarno Zaffelli kerap dibandingkan dengan Hermann Tilke, desainer sirkuit kawakan.

Perancang beragam perangkat lunak, di antaranya untuk mendeteksi deformasi trek serta mengukur akustik dalam bangunan untuk motorsport tersebut, mengakui ada kompetisi dengan seniornya.

“Saya selalu berkompetisi dengan Hermann. Tapi saya  sangat menghormatinya karena tak ada seorang pun yang menghasilkan karya seperti itu. Dia adalah sosok yang tepat di saat yang tepat, untuk alasan ini, saya terus belajar darinya.

“Bagi saya, disebut sebagai Tilke dari Italia adalah pujian tinggi. Saya tidak menganggapnya musuh karena persaingan kami sehat dan penuh rasa hormat. Saya ingin ada orang yang mengatakan kepadanya bahwa dia adalah Zaffelli dari Jerman suatu saat nanti,” Zaffelli mengungkapkan sambil tertawa.

Autodromo Termas de Rio Hondo

Autodromo Termas de Rio Hondo

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Ocon Jajal Reli Monte Carlo dengan Alpine
Artikel berikutnya Australia Rugi 435,4 Miliar Gara-gara Batal Gelar F1 2020

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia