Tak Hanya di Pemerintahan, Korupsi Juga Terjadi di Dunia Balap
Korupsi merupakan sebuah kata yang menggambarkan pencurian uang atau dana yang seharusnya menjadi sumber kekuatan dan kesejahteraan banyak orang. Ini tidak hanya terjadi di sebuah negara, pelaku dunia balap juga ada yang melakukannya.
Dana yang seharusnya menjadi modal untuk menjadikan sebuah gelaran semakin berkembang dan memakmurkan tim-tim kecil, gagal terwujud karena ada oknum yang melakukan korupsi.
Ada beberapa contoh kasus salah satunya di Formula 1, yang dilakukan mantan petinggi ajang balap jet darat, Bernie Ecclestone. Ia terbukti melakukan suap terkait jual beli saham Formula 1.
Jean Todt, Presiden FIA, Bernie Ecclestone
Foto oleh: Glenn Dunbar / Motorsport Images
Kasus itu dikaitkan dengan peran Ecclestone ketika menjual F1 ke CVC pada 2005. Pria asal Inggris itu diduga melakukan suap sebesar 44 juta dolar (sekitar Rp623,9 miliar) kepada seorang bankir Jerman, Gerhard Gribkowsky.
Meski telah resmi didakwa dalam kasus penyuapan, Ecclestone bersikeras itu dilakukan karena mendapat ancaman dan tidak bermaksud menyuap bankir tersebut.
Selain kasus dengan bankir Jerman, Bernie Ecclestone disebut-sebut menjadi otak penggelapan uang yang dilakukan para pejabat F1 usai gelaran Grand Prix Spanyol.
Bahkan FIA dikabarkan ikut dalam tindak kejahatan manusia itu selama bertahun-tahun ketika F1 masih dipimpin oleh Ecclestone.
Seperti diketahui, pria 90 tahun itu mengendalikan semua aspek komersial di F1. Selama 20 tahun terakhir, masa kepemimpinan Ecclestone, Formula 1 dijalankan oleh gabungan tim, Pemegang Hak Komersial (CRH) dan FIA.
CRH yang dikomandoi langsung oleh Ecclestone bertugas mendatangkan uang. Sedangkan FIA menetapkan aturan dengan masukan dari tim-tim balap dan CRH.
Salah satu kejahatan yang dilakukan adalah tak mengindahkan hak-hak tim kecil dan memusatkan pengaruh di tangan beberapa pihak yang memiliki sumber daya besar.
Hal tersebut terjadi karena FIA menginginkan dana besar dari Ecclestone yang akan digunakan untuk merombak sejumlah aspek struktur organisasi.
Namun, Ecclestone menolak hal tersebut dan mereka mengambil jalan tengah dengan memungut biaya lebih besar dari tim-tim yang turun di F1.
Korupsi yang dilakukan oleh Ecclestone sudah menjadi rahasia umum di lingkungan F1. Mercedes sempat mengancam akan keluar dari kejuaraan jika kejahatan tersebut masih dilakukan.
Lewis Hamilton, Mercedes W04, Nico Rosberg, Mercedes W04
Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images
Pada 2013, Daimler telah memasukkan klausul keluar dari kejuaraan ke Perjanjian Concorde kalau skandal korupsi yang dilakukan Ecclestone terjadi lagi.
“Kami akan mengaktifkan klausul kontrak tersebut jika dibutuhkan,” kata anggota dewan manajemen Daimler untuk urusan integritas dan hukum, Christine Hohmann-Dennhardt.
Bukan hanya di F1, MotoGP juga pernah memiliki kasus korupsi yang dilakukan oleh bos tim di kejuaraan tersebut.
Pada 2015, bos tim Forward Racing, Giovanni Cuzari, ditangkap dengan tuduhan membantu dan bersekongkol, penyalahgunaan wewenang dan korupsi pasif.
Forward Racing yang turun di MotoGP dan Moto2, dikabarkan menerima dana dari sponsor fiktif dan mendapatkan uang dari penipuan pajak PPN.
Pada saat itu, tim Forward yang turun di kelas premier diperkuat oleh Stefan Bradl (saat ini test rider Honda) dan Loriz Baz. Masa depan tim ketika itu sempat diragukan karena selama berjalannya proses hukum, keuangan tim dibekukan.
Stefan Bradl, Forward Yamaha, Grand Prix Qatar
Tuduhan tak mendasar juga terjadi baru-baru ini, ketika mantan pembalap MotoGP, Anthony West, mengatakan FIM melakukan tindak kejahatan manusia besar-besaran.
Pria asal Australia itu juga menuding FIM memberi jalan kepada Valentino Rossi dan Marc Marquez dalam meraih gelar saat di Moto2.
Tuduhan tersebut tak ditanggapi oleh FIM karena merasa Anthony West sedang frustrasi usai mendapat sanksi menjauh dari dunia balap selama dua tahun usai terbukti mengonsumsi kokain.
“Pada saat ini kami memiliki banyak masalah yang jauh lebih penting daripada bereaksi tentang pesan putus asa itu,” kata Presiden FIM Jorge Viegas.
Kejahatan korupsi memang bukan hanya soal pencurian uang atau penggelapan dana, tapi juga bentuk dukungan sepihak bagi seorang pembalap yang sedang berlaga.
Seperti tuduhan yang dilayangkan oleh Jack Miller pada Grand Prix Portugal. Usai balapan, ia menyadari ada tindak korupsi yang diketahuinya saat berada di podium.
“Sedikit berbau korupsi, karena orang yang memberi saya trofi memakai jersey Miguel Oliveira (pemenang GP Portugal),” tutur Miller.
“Kemudian saya menyadari sponsor Oliveira, dan terdapat nama sirkuit. Di helmnya juga terdapat tulisan MEO, yang mana itu adalah nama Grand Prix. Ini adalah korupsi besar-besaran.”
Namun, itu hanya sebuah candaan dari Miller yang memang selalu mencairkan suasana dengan candaannya.
Oliveira merupakan ikon balap Portugal, meraih kemenangan di kandang membuat pejabat setempat merasa bangga dan meluangkannya dengan menggunakan jersey pria 25 tahun itu.
Podium: pemenang, Miguel Oliveira, Red Bull KTM Tech 3, runner-up, Jack Miller, Pramac Racing, ketiga, Franco Morbidelli, Petronas Yamaha SRT
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.