Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Keseimbangan Ban Kian Krusial di Era Generasi Baru Mobil F1

Keseimbangan antara ban depan dan belakang harus mulai diperhitungkan secara serius oleh tim-tim F1.

=16C:

Foto oleh: Erik Junius

Selain mengatasi isu porpoising, tim-tim mulai mencari berbagai sektor yang bisa dimaksimalkan untuk mendongkrak kinerja para pembalapnya. Usut punya usut, ternyata mobil generasi terbaru sangat sensitif terhadap perbedaan antara kedua poros.

Red Bull dan Ferrari berhasil menyeimbangkan ban depan dan belakang sehingga moncer dalam balapan. Pada Grand Prix Austaralia, F1-75, unggul karena setelan antara keduanya seimbang. Sebaliknya, skuad yang diperkuat Max Verstappen terlalu memforsir ban depan demi melindungi ban belakang.

Berkaca dari pengalaman itu, tim Austria berbenah di Imola. Mereka menyetel posisi ban dengan sempurna dan seimbang. Sebaliknya, Charles Leclerc terus mengeluhkan graining di depan.

“Kami lebih kencang dari Ferrari. Kami punya ban dengan jendela yang tepat dan telah menuntaskan eksekusi, termasuk menemukan keseimbangan tepat pada mobil. Itu jauh lebih baik daripada Australia,” ucap konsultan motorsport Red Bull, Helmut Marko.

“Perbedaannya tidak terlalu besar. Kami hanya 0,1-0,2 lebih cepat dari pace asli. Kami hanya memiliki manajemen ban yang lebih baik.

“Kesalahan kami di Melbourne dialami Ferrari kali ini. Mereka menderita akibat graining lebih cepat daripada kami karena keseimbangan mobil.”

Sementara itu, kepala performa kendaraan Williams, Dave Robson, menilai mereka yang sukses finis di depan telah menemukan temperatur ban yang tepat.

“Jika Anda mobil di luar sana dengan kedua poros berada dalam kerangka tepat dan dapat bertahan dengan jendela itu, kemudian Anda dapat menemukan pace lebih besar,” ia menjelaskan.

Baca Juga:

“Sekarang, selalu sama dalam diskusi internal. Apa kami berpikir bahwa tim lain dapat melakukannya sepanjang waktu atau kami pikir mereka lebih baik daripada kami dari sisi lain dan ketika kami dapat melakukannya dan mereka tidak, apakah kami dapat keuntungan? Sangat sulit mengetahuinya.

“Saya kira itu bergerak di seputar sirkuit ke sirkuit, jadi tidak selalu mudah karena keseimbangan antara dua poros sangat penting.”

Ferrari masih mempelajari penyebab inkonsistensi performa antara GP Australia dan GP Italia. Prinsipal tim Mattia Binotto menduga kondisi cuaca dan adanya Sprint Race turut berpengaruh.

“Saya kira dari segi manajemen ban, jika kami tidak cukup kuat, itu adalah di sprint race. Alasannya karena kami hanya punya waktu sebentar untuk menyetel mobil. Hanya satu sesi Jumat, yang mana hanya sedikit data dikumpulkan pembalap meski melaju dalam jarak panjang,” katanya.

“Memang kami punya FP2 pada Sabtu pagi, tapi perasaan bahwa kami kurang pengalaman akhir pekan ini ketika ada sprint race, dan Red Bull melakukan pekerjaan lebih baik dari sudut pandang itu.”

Seandainya, seluruh tim telah menemukan keseimbangan pada dua poros, bukan tak mungkin duel dramatis akan tersaji setiap akhir pekan balapan. Ini akan menambah unsur hiburan dan mengikat lebih banyak penonton.

Akhir pekan ini, GP Miami akan bergulir, akhir pekan ini, seluruh tim tak punya referensi apa pun mengingat itu adalah venue baru. Kondisi aspal dan temperatur yang berbeda membuat semua seolah kembali dari nol.

Nicolas Lafiti, Williams FW44

Nicolas Lafiti, Williams FW44

Foto oleh: Erik Junius

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Yuki Tsunoda: Sektor Terakhir Miami untuk Formula E
Artikel berikutnya Lewis Hamilton Seharusnya Sudah Miliki 9 Gelar Juara Dunia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia