Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Kiat Rahasia Tsunoda Buka Pintu ke Formula 1

Formula 2 seolah jadi kawah candradimuka untuk menyiapkan Yuki Tsunoda ke balap jet darat level tertinggi. Pembalap Jepang itu punya beragam kiat agar bisa melompat ke F1. 

Yuki Tsunoda, AlphaTauri Test Driver

Yuki Tsunoda, AlphaTauri Test Driver

Steven Tee / Motorsport Images

Tsunoda dipromosikan AlphaTauri ke Formula 1 2021 padahal baru semusim bertarung di F2. Pertambahan usia membuatnya sadar akan masa depan cerah yang menanti.

Padahal sebelumnya, saat meraih kemenangan perdana di F3 2019 serta Euroformula Open Championship, ia tidak terlalu serius.

Tsunoda mengisahkan kemajuan di berbagai sektor yang dialami selama menjadi rookie di F2.

“Saya membuat kemajuan di setiap aspek musim lalu. Pertama, saya memperbaiki kemampuan mengemudi, lalu mentalitas dan psikologi dalam pendekatan pada balapan juga berkembang. Saya kira saya telah banyak berkembang di Formula 2. Itu musim yang sangat berhasil dan salah satu musim terbaik dalam karier saya,” ujarnya.

“Saya punya pace bagus di awal musim dan dapat bertarung dengan lawan lebih kuat, tapi saya kurang stabil hingga pertengahan musim. Ini membuat saya tak dapat poin bagus di balapan-balapan awal.

“Setelah pertengahan musim, saya bekerja dengan instruktur psikologi dan kami banyak bicara soal balapan saya, bagaimana saya menyiapkan balapan dan sikap selama balapan sama baiknya dengan faktor lain. Ini membuat mentalitas saya sungguh membaik.

“Di akhir musim, saya belum sampai di posisi yang saya inginkan, tapi kami membuat banyak kemajuan dibanding awal musim. Hasil saya di trek pun lebih bagus.”

Salah satu yang membuatnya bisa terus memperbaiki performa adalah pikiran terbuka. Pembalap 20 tahun itu mau mendengar saran dan kritik dari mereka yang sudah berpengalaman. Dia juga tak pernah sok tahu.

“Di awal tahun lalu, saat uji coba untuk rookie contohnya, saya sering menghadapi masalah pada ban dibanding rekan setim,” katanya.

“Tapi kami bekerja keras dengan tim dan melihat balapan dari musim sebelumnya untuk belajar bagaimana mengelola dengan baik. Kerja keras kami terbayar dan kami memenangi penghargaan Pirelli di akhir tahun, menunjukkan kepada setiap orang berapa kemajuan yang telah kami lakukan.”

Baca Juga:

Pelajaran dari Ayah

Meski menapaki jalur kesuksesan, peran orang tua tak pernah dilupakan penghuni peringkat ketiga F2 2020 itu. Tsunoda mulai berkiprah di balapan berkat dukungan sang ayah dari dekat.

“Hingga usia 14-15 tahun, ayah adalah mekanik saya. Saya berterima kasih kepadanya untuk semua keberhasilan yang saya miliki sejauh ini. Dia banyak membantu saya menjadi pembalap lebih baik,” ia melanjutkan.

“Dia banyak mengajarkan saya mengerem, terutama bagaimana dan kapan mengerem. Dia mengajarkan kalau pengereman sangat penting ketika memasuki tikungan dan saya bisa membelokkan mobil.

“Jika Anda dapat berbelok lebih dari pembalap lain, Anda dapat menginjak gas lebih cepat dari yang lain. Saya banyak mencoba ini saat balapan go-kart. Hal ini banyak meningkatkan kepercayaan diri saya dan hingga sekarang saya mempraktekan apa yang telah saya pelajari.”

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT01

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT01

Photo by: Zak Mauger / Motorsport Images

Anti Gim Balap

Sama seperti para pemuda kebanyakan, Yuki Tsunoda juga menyukai gim. Di sela-sela kesibukan mempersiapkan lomba, eks pilot Carlin itu selalu menyempatkan diri memainkannya.

Menariknya, pembalap yang pertama kali menyentuh go-kart di usia empat tahun tersebut, lebih suka permainan menembak daripada balapan.

“Saya suka permainan tembak-menembak, seperti Apex Legends dan Call of Duty. Kadang kala memainkannya, saya membayangkan sedang menembak seseorang yang sangat saya benci…dan itu berhasil. Itu membuat saya termotivasi!” ia mengungkapkan.

“Saya sadar bahwa olahraga dan permainan gim berkontribusi dalam mengatur ulang pikiran saya, kemudian merasa segar lagi. Tapi saya kurang suka gim balap, karena mereka kurang nyata, menurut saya.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Bagi Russell, Lagu Eminem Ini Cocok untuk Pembalap F1
Artikel berikutnya Binotto Buka Kesempatan Schumacher Isi Slot Ferrari

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia