Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia
Formula 1 F1 GP Italia

Kritik Promotor, Fernando Alonso Bandingkan F1 dengan Sepak Bola

Niat otoritas Formula 1 meningkatkan daya tarik lomba lewat Sprint Race menuai banyak kritik. Salah satunya dari Fernando Alonso.

Fernando Alonso, Alpine F1, is interviewed

Di bawah Stefano Domenicali sebagai CEO Formula One Group selaku promotor dan pemegang hak komersial, F1 terus berupaya memberikan tontonan menarik bagi pencinta balap mobil kursi tunggal tersebut.

Selain ingin memperbanyak negara penyelenggara, langkah lain untuk meningkatkan minat penonton adalah menggelar Sprint Race yang baru dalam tahap uji coba musm ini. Setelah diuji perdana di GP Inggris, tes berikutnya dilakukan di GP Italia, akhir pekan ini.

Sprint Race adalah balap pendek sekira 100 km atau 30 menit, separuh dari balapan normal. Tiga besar akan mendapatkan poin masing-masing 3, 2, dan 1.

Tidak hanya itu, pemenang Sprint Race juga berhak start terdepan pada lomba utama. Sementara, hasil sesi kualifikasi menjadi penentu posisi start saat Sprint Race.   

Namun, dari dua Sprint Race yang sudah digelar, sejumlah protes pun keluar, utamanya dari pembalap dan para bos tim. Salah satu yang mengkritik adalah juara dunia Formula 1 2005 dan 2006 Fernando Alonso (Alpine F1).

Pembalap veteran asal Spanyol tersebut mengkritik bila Sprint Race belum mampu membuat F1 lebih menarik. Alonso juga meminta otoritas Formula 1 tidak terlalu mengkhawatirkan tentang cara menambah daya tarik lomba (dengan Sprint Race).

“Saya kira Formula 1 selalu menginginkan pengembangan yang kadang sebenarnya tidak perlu. Saya melihat tidak banyak olahraga lain yang begitu memperhatikan benar soal cara mengembangkan pertunjukan,” ucap pemenang 32 GP dan 97 finis podium tersebut.

Alonso lalu membandingkan Formula 1 dengan sepak bola. Menurutnya, olahraga paling populer sedunia tersebut tidak selalu mampu menyuguhkan pertandingan menarik.

Baca Juga:

“Sepak bola adalah olahraga terbesar di dunia. Tetapi, banyak pertandingan yang juga sangat membosankan. Lalu, di sana tidak ada drama, tak ada perubahan,” katanya.

“Tidak ada proposal untuk mengubah pertandingan, misalnya membuat supaya gol lebih banyak. Misalnya meniadakan kiper untuk membuat pertandingan lebih menarik, misalnya.

“Olahraga ya olahraga. Formula 1 seharusnya sudah senang dan bangga karena ajang balap ini sangatlah besar.”

Fernando Alonso juga memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas maupun pertunjukan F1. Misalnya one-shot qualifier. Sesuai namanya, para pembalap hanya diberi kesempatan sekali mencatat waktu lap di sesi kualifikasi.

“Saya rasa, Jumat menjadi waktu yang tepat untuk menentukan semuanya karena kualifikasi adalah murni menyangkut performa mobil, bukan pembalap,” ucapnya.

“Jika Anda memiliki satu set ban atau satu kesempatan, faktor mobil menjadi yang paling penting. Namun, pembalap harus menunjukkan performa dalam satu setengah menit. Jika memiliki satu jam dan enam set ban, Anda bisa membuat satu atau lebih kesalahan dan mengambil ban lainnya.

“Lalu, Anda mendapatkan posisi sesuai yang dengan performa dan yang Anda kerjakan. Jadi, saya kira F1 harus membuat Jumat lebih menantang. Mungkin, tidak ada salahnya mencoba satu set ban daripada enam.”

Fernando Alonso, Alpine A521, Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02

Fernando Alonso, Alpine A521, Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Aston Martin Tidak Punya Plan B soal Sebastian Vettel
Artikel berikutnya Ganti Power Unit, Pierre Gasly Start F1 GP Italia dari Pit Lane

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia