Mika Hakkinen Nilai Kru Pit Ferrari Tak Bisa Atasi Tekanan
Juara dunia F1 dua kali Mika Hakkinen melihat salah satu problem Ferrari musim ini adalah kru pit yang tidak terbiasa bertarung dalam perebutan gelar. Ini turut berkontribusi pada eror yang mereka buat.

Scuderia Ferrari membuat awalan yang fantastis pada Formula 1 2022. Mereka berhasil mengklaim dua kemenangan balapan dan lima podium pada tiga akhir pekan pertama musim ini.
Itu menempatkan Ferrari bersaing dengan Red Bull Racing dalam pertarungan gelar juara dunia, baik di kategori konstruktor maupun pembalap, lewat Charles Leclerc. Tetapi situasi dengan cepat berbalik.
Enam balapan berikutnya, Red Bull memborong seluruh kemenangan, lima dengan Max Verstappen dan satu lagi melalui Sergio Perez. Kini skuad Milton Keynes membangun keunggulan nyaman atas pabrikan Maranello, 76 poin. Sedangkan di klasemen pembalap, Super Max 49 poin di depan Leclerc.
Meskipun mobil Ferrari, F1-75, tidak tertinggal dari RB18 milik Red Bull dalam hal performa, seperti yang ditunjukkan oleh hasil kualifikasi fantastis Charles Leclerc, di mana ia merebut pole position enam kali, reliabilitas dan kesalahan startegi telah membawa Ferrari dalam posisi tak menguntungkan.
Penting juga menyoroti eror yang dilakukan skuad Ferrari ketika pit stop. Pasalnya, kru mereka kerap melakukan pergantian ban yang tidak ideal dari segi waktu, sehingga merugikan Leclerc dan Carlos Sainz.
Prinsipal Tim Ferrari Mattia Binotto telah mengakui bahwa mereka perlu bekerja meningkatkan pit stop. Mika Hakkinen, yang lama memperkuat rival berat Ferrari di masanya, McLaren, juga menyoroti tentang masalah tersebut.

Charles Leclerc, Ferrari F1-75, melakukan pit stop
Foto oleh: Sam Bloxham / Motorsport Images
Pria asal Finlandia mengatakan bahwa terlalu banyak tekanan bisa menjadi penyebab serangkaian eror yang dibuat mekanik Ferrari, sebab tim belum mampu membangun struktur dengan potensi meraih gelar sejak 2012. Serta kurangnya pengalaman berdampak negatif pada kinerja mereka.
“Bahkan satu kesalahan kecil bisa menjadi bencana. Jika menghabiskan waktu barang satu detik lebih lama untuk ganti ban, mereka sudah dapat banyak kritik. Mereka punya segudang mekanik, tetapi lihat berapa banyak dari mereka yang pernah memenangi kejuaraan dunia? Tidak banyak,” kata Hakkinen dalam analisisnya via Unibet.
“Ada lebih banyak tekanan pada mereka karena mereka tahu mereka sekarang memiliki peluang untuk bersaing memperebutkan gelar tahun ini. Tergantung manajemen tim untuk membuat mereka tenang dan bisa bekerja dengan baik.”

Bos Red Bull Kembali Soroti Batas Anggaran F1
Adrian Newey Desain Mobil Hypercar Red Bull RB17

Berita terbaru
Mick Schumacher Pantas Berada di Tim Lebih Baik
Eks pembalap F1 Hans-Joachim Stuck menilai Mick Schumacher telah membuktian diri mampu bersaing di level tinggi dan akan senang melihatnya membalap untuk tim yang lebih kuat.
Gegara Raikkonen, Red Bull Batal Akuisisi Renault
Kimi Raikkonen ternyata pernah jadi biang gagalnya akuisisi Sauber oleh Red Bull pada 2001. Saat itu, pabrikan minuman Austria ingin mengambil slot Formula 1.
Sebastian Vettel Dapat Denda Paling Tinggi di F1
Pembalap Jerman dari Tim Aston Martin tersebut mendapatkan denda hampir 36 ribu euro akibat sejumlah pelanggaran dari 13 balapan F1 yang sudah digelar musim ini.
Bujet Tim untuk Gaji Pembalap: Ferrari Cuma Ungguli 4 Tim Bawah
Red Bull Racing tim dengan anggaran terbesar untuk gaji pembalap di F1 musim ini, diikuti Mercedes. Bujet Ferrari masih di bawah McLaren, Alpine, dan Aston Martin.