Lucas di Grassi Sodorkan Solusi untuk Pelanggaran Track Limit
Juara Formula E 2016-2017, Lucas di Grassi, punya ide kreatif terkait pemberian penalti bagi pembalap Formula 1 yang melanggar batas trek.
Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images
Beberapa waktu terakhir, gravel trap menjadi pemandangan langka di sirkuit. Pengelola trek mulai beralih ke run-off aspal dengan alasan meningkatkan keselamatan dan lebih murah dalam pembangunan.
“Kita punya sebuah musim terbaik di Formula 1, tapi setiap orang mengeluh. Itu sedikit seperti politis. Sungguh menyenangkan dan menarik melihat reaksi setiap orang dan kemarahan,” ucapnya.
“Tapi, saya bicara tentang aturan dan apa yang membuat balapan lebih atau kurang menarik. Topik utama diskusi sekarang adalah batas trek.
“Contohnya di sikuit Jeddah di mana temboknya sangat dekat dengan trek, tanpa celah, hanya ada garis putih lalu dinding Kalau seperti itu, tidak akan ada keraguan. Anda bisa memilih meninggalkan gravel, tapi itu jauh dari ideal.
Ketika ada jalur keluar yang terbuat dari aspal, marshal pun tak membuang banyak waktu membantu mengeluarkan mobil yang terjebak di area gravel.
“Dalam banyak motorsport termasuk Formula 1, mobil kerap tertahan di area kerikil. Ini tidak nyaman karena sesi terhenti dan Anda harus memindahkan mobil. Itu kenapa mereka memilih celah aspal,” mantan pembalap F1 itu menambahkan.
Namun, belakangan permukaan aspal itu dimanfaatkan para pembalap, meski sadar melewati garis putih. Ada yang kena penalti, ada yang lolos begitu saja. Keputusan berbeda steward untuk kasus serupa membuat mereka dihujani kritik.
Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B, dan Lewis Hamilton, Mercedes W12, saat start
Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images
Di Grassi pun menawarkan solusi terkait track limit agar tidak menimbulkan keributan. Idenya melibatkan teknologi.
“Menurut pendapat saya, solusi harus ditemukan dengan menciptakan seperti dinding virtual. Solusinya hitam atau putih, yang mana jika mobil melewati batas trek karena kesalahan sendiri atau problem mesin, harus dijatuhi sanksi,” ia menerangkan.
“Kami ingin di sana ada gravel atau dinding. Tapi tentu saja, untuk alasan keselamatan, kami tidak melakukannya.
“Cara terbaik mengontrol secara elektronik dengan sensor atau GPS. Jika Anda tahu mobil melebar ke luar lintasan, Anda menciptakan penalti otomatis.
“Ini bisa, contohnya, mesin kehilangan tenaga tiba-tiba untuk beberapa detik atau DRS (Drag Reduction System) tidak aktif dalam empat atau lima lap. Anda harus memberi penalti, tapi tidak dilakukan.”
Nikita Mazepin, Haas VF-21, di gravel trap
Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images
Biasanya setiap pelanggaran harus didiskusikan oleh race direction. Mereka sering tak bisa menentukan sanksi dengan cepat.
“Kemudian, seperti yang sudah saya katakan, itu menjadi keputusan hitam atau putih. Anda harus menciptakan dinding virtual, sehingga bisa memastikan bahwa seorang pembalap tidak merusak mobil, tapi dia akan dapat penalti,” tuturnya.
“Bagi saya, ini adalah solusi terbaik untuk masa depan. Tentu saja, semua pembalap akan beradaptasi dengan baik.
“Itu tak berbahaya, karena kalau Anda kehabisan bahan bakar atau baterai, Anda menghadapi situasi serupa. Menurut saya, tidak ada solusi lain dengan keamanan. Ini proposal saya, tapi saya tidak mengharap dapat jawaban.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments