
Motorsport.com's Prime content
Meneropong Kandidat Direktur Balap Formula 1
Posisi direktur balap Formula 1 masih jadi tanda tanya padahal musim 2022 akan bergulir dalam hitungan pekan. Siapa yang pantas mendapat jabatan itu?

Akhir musim lalu, pria Australia itu jadi sorotan karena keputusannya di Grand Prix Abu Dhabi memengaruhi perebutan gelar juara dunia pembalap. Ia dianggap melanggar regulasi mengenai Safety Car.
Seiring dengan memanasnya kontroversi, Masi menjadi sasaran tembak. Tuntutan untuk dia pergi bergema di media sosial.
Namanya pun menghilang dari struktur kunci Federasi Otomotif Internasional (FIA) yang dipimpin Mohammed Ben Sulayem. Sekretaris jenderal sekaligus direktur eksekutif, Peter Bayer, mengisyaratkan Masi kemungkinan besar diganti.
“Dia melakukan pekerjaan dengan luar biasa. Kami katakan kepadanya seperti itu, tapi juga ada kemungkinan akan ada direktur balap baru. Saya hanya memberi saran kepada Komite Dunia, dan mereka akan tetap melibatkannya,” ujarnya kepada jurnalis Gerhard Kuntschik.
“Saya pastikan kepada Michael tentang dukungan federasi dalam diskusi kami dan akan memberitahunya. Kami ingin lanjut bekerja dengan Anda, tapi juga perlu pemahaman Anda bahwa kami perlu mengatasi isu ini.”
Seandainya Masi tetap duduk di kursinya, mungkin beban pekerjaan akan dibagi dengan koleganya. Pendahulunya, Charlie Whiting, mengemban banyak tugas tapi kalender jauh lebih ringkas. Sedangkan musim 2022, akan ada 23 balapan.
Inspeksi sirkuit memakan banyak waktu. Ditambah lagi, pandemi Covid-19 yang membuat perjalanan terhambat.
“Akan ada divisi untuk tugas direktur balap, yang juga menjadi direktur olahraga, delegasi keselamatan dan trek,” ucap Bayer.
Intervensi prinsipal tim lewat radio makin meresahkan. Seharusnya, manajer atau direktur olahraga tim yang bertanggung jawab atas komunikasi dengan direktur balap.
Namun, demi kepentingan menambah daya tarik F1, maka bos tim boleh bicara di radio dan disiarkan secara langsung. Keputusan itu belakangan disesali setelah mendengar bagaimana komentar sarat kemarahan Toto Wolff dan Christian Horner.

Michael Masi, Direktur Balap, berjalan di trek
Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images
“Bos-bos tim tidak akan lagi untuk mengintervensi kanal ini. Tapi, manajer masih akan bisa bicara karena mereka harus bisa bertanya,” ucapnya.
“Kami ingin membangun penyangga dengan anggota staf yang akan menjawab pertanyaan ini. Di masa depan, direktur lomba akan berkonsentrasi pada tugasnya dan tak akan terganggu lagi.”
Perubahan ketiga yang mungkin dilakukan adalah bantuan jarak jauh sebagai mata atau telinga, meninjau insiden dan memberi informasi kepada kontrol balapan di sirkuit.
Bantuan seperti itu sangat diperlukan karena tugas direktur balap memutuskan situasi crash dan safety car.
Dengan asumsi Masi bertahan, maka FIA perlu membawa satu atau dua co-director untuk membantunya.

Michael Masi, Direktur Balap, berjalan di trek dengan kolega FIA
Foto oleh: Simon Galloway / Motorsport Images
Sebaliknya, jika ia dilengserkan untuk fokus pada pekerjaan inspeksi sirkuit dan delegasi keselamatan, maka siapa yang pantas menggantinya?
Pastinya, FIA akan kesulitan menemukan sosok direktur balap baru. Pertama, tak banyak yang mau bepergian ke berbagai belahan dunia mengurus 23 balapan sepanjangan tahun. Kedua, pekerjaan tersebut menempatkan seseorang jadi sasaran tembak. Serangan bertubi akan diterima di dunia nyata maupun jagad maya.
Kendati demikian, ada beberapa profil yang dianggap cocok mengemban tanggung jawab direktur balap. Beberapa waktu lalu, ada petisi yang meminta FIA melantik Eduardo Freitas untuk mengisi posisi Masi. Ia bukan orang sembarangan dengan pengalaman selama dua dekade sebagai direktur balap GT dan WEC.

Niels Wittich, Direktur Balap
Foto oleh: Alexander Trienitz
Scot Elkins, menjadi salah seorang deputi di F1, tapi terlalu sibuk dengan Formula E dan DTM. Mantan direktur balap DTM, Niels Wittich, juga punya profil menarik.
Ada direktur balap kompeten tapi kurang dikenal, seperti Peter Roberts, familiar dengan dunia F1 dan sekarang bekerja di Porsche Supercup.
Mereka tampaknya tidak sanggup menanggung beban direktur balap secara penuh. Mungkin, lebih cocok jadi co-director.
Jangan lupakan beberapa veteran FIA yang bisa dipanggil lagi sebagai penasihat atau tangan kanan. Herbie Blash, mantan deputi Charlie Whiting, meninggalkan F1 pada akhir 2016 dan sibuk berkutat di Yamaha dalam balap motor.

Steve Nielsen, F1
Photo by: Mark Sutton / Motorsport Images
Colin Haywood, eks manajer sistem kontrol balap FIA, pernah bekerja dengan Whiting dan jadi deputi Masi. Ia menjadi konsultan dalam federasi itu sekarang.
Bisa saja FIA mengarahkan teropong ke luar organisasi, tanpa mengesampingkan sosok tersebut harus memahami regulasi F1 dan paham sistem FIA.
Laurent Mekies, direktur balap Ferrari, pernah dilirik menggantikan Whiting. Pria Prancis jadi wakilnya pada 2017-2018 sebelum pindah ke Maranello.
Mantan direktur olahraga F1, Steve Nielsen, juga punya pengalaman panjang sebagai manajer tim Tyrrell, Benetton dan Renault.

Marcin Budkowski, Direktur Eksekutif, Alpine F1, dalam konferensi pers prinsipal tim
Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images
Hengkangnya direktur eksekutif Alpine, Marcin Budkowski, dikaitkan dengan tanggung jawab itu. Ia pernah mengambil peran di bidang teknik FIA, tapi berujung frustrasi karena tak bisa berkembang.
Pengalaman dan skill yang dimiliki tak main-main. Tapi, apakah dia mau menerima tawaran sebagai direktur balap FIA adalah pertanyaan lain.
Ada rumor bahwa FIA mencari direktur olahraga F1, Budkowski dipandang sebagai kandidat yang cocok.
Siapa pun yang mengambil alih race director, harus ingat tentang margin kesalahan kecil dan fokus pada proses pengambilan keputusan dalam kontrol balapan. Mental kuat adalah syarat utama karena ia harus menangkal serangan dari warganet maupun tim ketika dianggap mengambil keputusan yang sarat kontroversi.
AlphaTauri Yakin Pierre Gasly Masih Bisa Berprogres pada F1 2022
Alfa Romeo Kurangi Ketergantungan pada Ferrari Mulai F1 2022
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.