Mick Schumacher Masih Butuh Waktu untuk Gabung Ferrari
Prinsipal AlphaTauri Franz Tost mengatakan Mick Schumacher membutuhkan tiga atau empat tahun lagi di Formula 1 sebelum gabung Ferrari.

Schumacher belum menunjukkan performa terbaiknya bersama Haas F1, yang membuat Ferrari masih harus menunggunya beberapa tahun lagi.
Padahal, tahun ini Haas menunjukkan bentuk yang cukup baik. Terbukti, Kevin Magnussen mampu bersaing di posisi 10 besar.
Namun, putra dari legenda F1 Michael Schumacher itu masih perlu mempelajari banyak hal agar tampil cepat di ajang balap jet darat.
Tost yang sempat menjadi konsultan dari Michael Schumacher dan Ralf Schumacher mengatakan bahwa pembalap 23 tahun itu tak perlu terburu-buru untuk gabung Ferrari.
“Mungkin dia masih membutuhkan waktu selama tiga tahun lagi,” kata Tost kepada F1-Insider.com.
“Saat ini, Formula 1 merupakan olahraga yang sangat kompleks. Setidaknya membutuhkan tiga tahun bagi seorang pembalap untuk belajar bagaimana caranya berkendara di level tertinggi. George Russell dan Charles Leclerc juga membutuhkan itu.
“Pertama-tama, dia harus mengalahkan rekan setimnya Kevin Magnussen secara konsisten dan mencoba meraih kesuksesan bersama Haas. Untuk saat ini, itulah tugasnya, tidak ada lagi.”
Mantan pembalap F1 Marc Surer mempertanyakan bakat alami Mick Schumacher dan mengatakan hal terbaik baginya adalah pendekatan analitis.
“Mick telah membuktikan bahwa dia bisa belajar dari kesuksesannya di Formula 3 dan Formula 2. Dia memenangi kedua kejuaraan di tahun keduanya,” ujar mantan pembalap asal Swiss yang turun dalam 82 balapan F1 antara 1979 sampai 1986 tersebut.
“Itu salah satu hal terpenting di Formula 1 hari ini. Dalam data, Anda bisa melihat semuanya mulai dari gerakan setir rekan setim Anda hingga posisi pengereman atau titik akselerasi. Mick akan mempelajari data itu dengan cermat.”
Marc Surer mengatakan tak perlu memiliki bakat alami untuk meraih kesuksesan di Formula 1. Menurutnya, memperhatikan rival terkuat bisa menjadi cara bagi Mick Schumacher agar memiliki performa lebih baik.
“Anda tidak harus terbang tinggi untuk menjadi sukses. Niki Lauda dan Nico Rosberg adalah contoh yang bagus,” ucapnya.
“Melihat keduanya, Lauda tidak memiliki kecepatan alami seperti Alain Prost dan Rosberg tidak memiliki kecepatan layaknya Lewis Hamilton. Tapi, mereka masih berhasil mengalahkan rekan satu tim mereka sekali dan menjadi juara dunia.
“Bakat alam saja tidak cukup. Ada contoh Jean Alesi dalam hal ini. Saat masuk F1, ekspektasi terhadapnya sangat tinggi. Namun, di akhir kariernya, dia hanya memenangi satu balapan.
“Mick perlu menyadari kemampuan analitisnya dan mengikuti jejak Lauda dan Rosberg. Dengan begitu, dia bisa merekomendasikan dirinya ke Ferrari untuk tahun-tahun mendatang.”

Mick Schumacher, Haas VF-22, Sebastian Vettel, Aston Martin AMR22, Kevin Magnussen, Haas VF-22
Foto oleh: Carl Bingham / Motorsport Images
Video terkait
Imola Krusial untuk Max Verstappen Rawat Asa Juara
Toto Wolff Pastikan Tes Mercedes Romain Grosjean Tetap Berjalan
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.