Mick Schumacher Sedih Tonton Film Dokumenter Ayahnya
Dokumenter bertajuk ‘Schumacher’ yang tayang di Netflix mendapat sambutan hangat. Namun, ada satu sosok yang sedih ketika menonton film tentang bintang F1 tersebut.
Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images
Tak bisa dipungkiri betapa besar nama Michael Schumacher dalam Formula 1. Pembalap legenda tersebut menorehkan berbagai rekor, salah satunya tujuh gelar juara (1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004).
Total dari 306 start, pria Jerman itu mengoleksi 91 kemenangan dam 155 podium. Ia membukukan 68 pole position dan 77 fastest lap.
Pembalap yang identik dengan Ferrari, mengakhiri kariernya pada musim 2012 bersama Mercedes. Meski sudah satu dekade berlalu, ia tetap jadi acuan oleh para pembalap yang jauh lebih muda.
Sang anak, Mick Schumacher, mengikuti jejaknya. Ia mendapat kesempatan naik ke Formula 1 setelah menjadi juara dunia Formula 2.
Sayangnya, musim 2021 bersama Haas, kiprahnya mengecewakan. Pemuda 22 tahun tersebut tak mencuri satu poin pun. Pencapaian terbaiknya adalah peringkat ke-12 GP Hungaria.
Catatan negatif mengikutinya, sebagai pembalap yang menghabiskan uang tim paling banyak karena kecelakaan. Mobil yang kompetitif kerap rusak.
Putra ‘Der Kaiser’ tak suka dibandingkan kecuali dengan ayahnya. Pencapaiannya masih jauh dari Michael.
“Saya punya rasa hormat sangat besar atas pencapaian ayah, semua kerja keras mencapai semua kemenangan dan titel. Tidak ada yang disediakan untuknya,” ujarnya kepada Frankfurter Allgemeine.
“Energi dan kekuatan yang dia ajarkan, konsentrasinya, selalu memberi 100 persen terhadap pekerjaannya. Itu mengesankan. Saya kira saya punya faktor seperti itu juga.
“Saya tidak biasanya Anda membandingkan diri saya dengan yang lain. Saya memilih untuk berjalan sendiri. Tapi, saya akui jika melakukan perbandingan dengan ayah.”
Idolanya tersebut saat ini tak berdaya usai kecelakaan ski pada akhir 2013. Saat itu, Mick baru berusia 14 tahun. Periode setelahnya menjadi sulit bagi keluarga Michael Schumacher, meski mereka memutuskan untuk melanjutkan hidup seperti sedia kala.
Bahkan hingga sekarang, pembalap cadangan Ferrari untuk F1 2022 tersebut masih sedih kalau melihat dokumenter tentang ayahnya. Pasalnya, film produksi Jerman itu lebih banyak menyoroti sisi lain Michael.
“Mereka fokus pada menunjukkan sisi manusia ayah, sebagai tambahan atas suksesnya. Saya kira film sangat bagus. Tapi, pada saat yang sama, sulit bagi saya menontonnya,” ucapnya.
“Itu menunjukkan seberapa banyak perasaan dalam film ini dan seberapa besar emosi yang ditimbulkan.”
Medali Michael Schumacher
Foto oleh: Sam Bagnall / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments