Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Motif Tersembunyi di Balik Restrukturisasi Teknisi Top Mercedes

Ketika teknisi hebat Formula 1 mulai berpikir untuk pensiun atau memilih minat lain, hal itu membuat pusing atasan mereka. Apalagi jika tim pesaing mengendusnya.

James Allison, Mercedes AMG F1 Technical Director, Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 and Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 celebrate with the champagne on the podium

James Allison, Mercedes AMG F1 Technical Director, Valtteri Bottas, Mercedes AMG F1 and Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 celebrate with the champagne on the podium

Simon Galloway / Motorsport Images

Belum lama berselang, Mercedes mengumumkan perombakan manajemen di divisi teknis dengan alasan penyegaran. Sejumlah posisi strategis pun diganti. Paling mencolok tentu posisi James Alisson yang sebelumnya menjabat Direktur Teknis Mercedes.

Seperti tim-tim F1 elite lainnya, Mercedes selama ini selalu mengumpulkan banyak insinyur hebat untuk memastikan kontinuitas kesuksesan mereka di ajang balap jet darat tersebut. Mereka juga menarik para teknisi tersebut dari tim-tim lain dan itu lumrah dilakukan.

Selain mengeluarkan uang cukup besar untuk menarik dan menggaji semua teknisi top tersebut, tantangan lain bagi tim seperti Mercedes adalah bagaimana mengelola momen ketika mereka memutuskan ingin pergi, baik untuk tim lain atau benar-benar pensiun.

Niki Lauda, pembaap McLaren, bersama dua insinyur top tim, John Barnard dan John Watson, di sela-sela F1 GP Detroit 1982.

Niki Lauda, pembaap McLaren, bersama dua insinyur top tim, John Barnard dan John Watson, di sela-sela F1 GP Detroit 1982.

Foto oleh: Motorsport Images

Pencinta F1 tentu masih ingat soal John Barnard yang ingin meninggalkan McLaren untuk bergabung dengan Ferrari pada akhir 1980-an.

Bos McLaren saat itu, Ron Dennis, langsung terbang ke Maranello, Italia, untuk berbicara empat mata dengan Enzo Ferrari. Dennis meminta agar Ferrari tidak menarik Barnard karena dengan begitu McLaren tidak akan memiliki lagi perancang mobil yang hebat.

Barnard – pencipta sasis berbahan serat karbon pada 1981 untuk McLaren – akhirnya bergabung ke Ferrari pada 1987. Di Ferrari, Barnard menciptakan gearbox semiotomatis pada 1989.

Sampai sekarang, saat tidak seorang pun mampu mendesain setiap detail mobil F1, para insinyur dengan visi brilian soal konsep mobil berikut performanya, akan sangat dihargai.

Itulah mengapa setelah Barnard pergi, Dennis langsung merekrut Gordon Murray dari Brabham dan menempatkannya sebagai direktur teknis, posisi yang sebelumnya dipegang Barnard.

Desainer top McLaren, Gordon Murray, saat memantau kualifikasi F1 GP Australia 1989.

Desainer top McLaren, Gordon Murray, saat memantau kualifikasi F1 GP Australia 1989.

Foto oleh: Sutton Images

Bersama Steve Nichols, Murray menjadi sosok penting kehebatan sasis McLaren MP4/4 bermesin Honda turbo yang mampu memenangi 15 dari 16 balapan GP F1 1988. Dengan McLaren MP4/4 itu pula Ayrton Senna merebut gelar juara dunia pertamanya.

Karena kehebatannya itulah Dennis mengirim Murray ke proyek mobil jalan raya McLaren pada 1998 setelah insinyur berdarah Afrika Selatan-Inggris itu menyatakan bosan dengan F1 karena regulasi yang semakin ketat.

Saat itu, Dennis memilih mengeluarkan uang jutaan dolar AS untuk “mainan” baru Murray ketimbang melihat Murray bergabung dengan tim lain.

Lantas, apa yang dilakukan Murray antara 1998 sampai mundur dari McLaren pada 2004? Yang jelas, ia tidak lagi dilibatkan dalam desain mobil-mobil F1 McLaren. Murray kemudian mundur dari McLaren pada 2005 lalu mendirikan perusahaan sendiri, Gordon Murray Design.

Adrian Newey, Max Verstappen, Red Bull Racing di podium F1 GP Monako 2021.

Adrian Newey, Max Verstappen, Red Bull Racing di podium F1 GP Monako 2021.

Foto oleh: Erik Junius

Hal yang sama dilakukan Red Bull Racing terhadap Adrian Newey pada Juni 2014 lalu, saat Ferrari diketahui sudah mendekatinya. Kontrak Newey saat itu menyebutkan tanggung jawab dirinya “diperluas” dengan menangani proyek-proyek Red Bull Technology.

Konsep seperti yang pernah dilakukan McLaren, Red Bull, dan beberapa tim F1 top lainnya masih bertahan baik hingga saat ini. Terakhir, tentu saja Mercedes yang melakukannya beberapa pekan lalu.

James Allison yang sebelumnya menjabat direktur teknis dipindahkan ke posisi yang baru dibentuk, chief technical officer. Mike Elliott yang selama ini menjadi direktur teknologi dipercaya menggantian Allison sebagai direktur teknis.

Dalam pernyataannya yang sangat berhati-hati, Allison mengatakan: “Di olahraga (seperti F1) ini, orang memiliki batas waktu di posisi-posisi senior. Ini waktu yang tepat bagi Mercedes dan saya untuk mundur sehingga tim bisa melakukan penyegaran dengan orang baru.”

Allison mengungkapkan telah menetapkan titik akhir yang merupakan bagian dari negosiasi kontraknya pada tahun 2019. Allison juga mengaku sudah berkomitmen sebagai direktur teknis sesuai periode yang ditentukan.

“Saya senang bisa memutuskan kapan waktu yang tepat untuk menjauh. Saya lebih suka hal itu dilakukan saat masih berguna daripada lalu menjadi rasa malu lebih lama,” ucap teknisi asal Inggris, 53 tahun, tersebut.

Baca Juga:

Pada dasarnya, posisi chief technical officer sudah diciptakan Prinsipal Mercedes Toto Wolff untuk menahan Allison agar tetap menjadi bagian dari tim pabrikan asal Jerman itu.

Hal tersebut dilakukan Wolff agar Allison tetap bisa kreatif dalam memimpin tim sekaligus tidak merasa bosan yang dikhawatirkan bisa menggodanya untuk bergabung ke skuad lain.

Allison pun diam-diam mengakui, dengan mengatakan, “Saya pikir saya akan melangkah ke sofa untuk menghibur tim dari pinggir trek. Syukurlah, Toto melihatnya sedikit berbeda.”

Peran baru akan memungkinkan James Allison untuk “fokus pada hal-hal dengan panjang gelombang yang lebih panjang” dan tidak menginjak-injak Elliott.

Bukan tidak mungkin dalam 15 tahun ke depan Allison bakal merancang mobil dengan desain khusus balap namun legal untuk jalan raya seperti yang pernah dibuat Gordon Murray dengan McLaren F1 atau Adrian Newey dengan Aston Martin Valkyrie-nya.

James Allison, Mercedes

James Allison, Mercedes

Foto oleh: Mercedes AMG

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Stroll Puji Strategi Aston Martin di GP Monako
Artikel berikutnya Mur Pengikat Ban Mobil Bottas Masih Tak Bisa Dilepas

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia