Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Nama Unik, Torehan Tidak Menarik

Sejumlah tim yang melegenda di Formula 1 diambil nama pendirinya. Tapi, pernah ada nama unik tim F1 seperti Lyncar, Onyx, Token, Maki, atau Kojima.

Thierry Boutsen, Arrows A8 BMW

Thierry Boutsen, Arrows A8 BMW

LAT Images

Lomba perdana Kejuaraan Dunia Formula 1 2021 akan dimulai di Bahrain pada 29 Maret mendatang. Seluruh tim dengan nama besar di F1 seperti Ferrari, McLaren, Williams, dan Mercedes, masih akan turun.

Nama tim-tim tersebut berasal dari nama pendiri pabrikan atau tim hingga divisi balap pabrikan tersebut. Sebut saja Enzo Ferrari, Bruce McLaren, dan Sir Frank Williams. Adapun Alpine F1 diambil dari merek mobil sport keluaran Renault.

Sedangkan Mercedes berasal dari nama Mercedes Jelinek, putri pendiri Daimler Motoren Gesellschaft (DMG), Emil Jelinek. DMG didirikan pada 1900 sedangkan nama Mercedes mulai dipakai sejak 1902.

Nama insinyur top Italia, Nicola Romeo, akan selalu dikenang lewat Alfa Romeo. Alfa sendiri merupakan kependekan dari Societa Anonima Lombarda Fabbrica Automobili. 

Baca Juga:

Aston Martin – yang kembali ke F1 usai sebelumnya bernama Racing Point – diambil dari nama salah satu pendirinya, Lionel Martin dan Robert Bamford pada 1913. Sebelumnya, mereka hanyalah diler penjual mobil produksi Singer Motors Limited.

Karena Martin sering balapan di Aston Hill dekat Aston Clinton, pasangan itu lalu sepakat membuat mobil sendiri dengan nama Aston Martin.

Kendati begitu, tidak sedikit nama tim Formula 1 yang mengundang tanda tanya. Selain terdengar unik, asal nama-nama tim tersebut tidak banyak yang mengetahuinya.

Arrows (1978–2002)

Damon Hill di atas Arrows A18 Yamaha mampu finis di posisi kedua GP Hungaria 1997.

Damon Hill di atas Arrows A18 Yamaha mampu finis di posisi kedua GP Hungaria 1997.

Foto oleh: Motorsport Images

Dari namanya, seharusnya mobil-mobil tim ini mampu melesat laksana anak panah. Namun, nama Arrows ternyata tidak berhubungan sama sekali dengan aktifitas atau peralatan memanah.

Mereka sebelumnya bagian dari tim balap Shadow yang memutuskan berdiri sendiri. Nama tim diambil dari huruf pertama nama belakang pendirinya, yakni Franco Ambrosio (A), Alan Rees (R), Jackie Oliver (O), Dave Wass (W) dan Tony Southgate (S).

Huruf R satu lagi ternyata ditambahkan hanya untuk estetika kata agar sesuai dengan kaidah bahasa Inggris.

Turun dalam 382 balapan, Arrows hanya merebut sembilan podium, satu pole position, dengan total poin cuma 164. Hasil finis lomba terbaik mereka adalah lima kali podium kedua, terakhir di GP Hungaria 1997 lewat Damon Hill.

Posisi terbaik konstruktor diraih Arrows pada F1 1988, posisi kelima (23 poin) lewat duet pembalap Derek Warwick dan Eddie Cheever.

Lyncar (1974-1975)

John Nicholson turun di GP Inggris dengan sasis Lyncar 006 bermesin Ford.

John Nicholson turun di GP Inggris dengan sasis Lyncar 006 bermesin Ford.

Foto oleh: Ercole Colombo

Nama sasis diambil bukan dari para pendiri, Martin Slater dan Graham Coaker, melainkan dari panggilan istri-istri mereka, Lyn dan Carol! Lyncar dua kali masuk entry list di F1, GP Inggris 1974 dan 1975.

Setelah tidak lolos kualifikasi pada 1974, John Nicholson akhirnya berlomba setahun kemudian tetapi tidak mampu menuai poin karena hanya finis di P17.

Maki (1974-1976)

Hiroshi Fushida di atas Maki F101C pda GP Inggris  1975. Tim asli Jepang ini tak mampu bertahan lama di F1 karena mobil yang terlalu berat.

Hiroshi Fushida di atas Maki F101C pda GP Inggris 1975. Tim asli Jepang ini tak mampu bertahan lama di F1 karena mobil yang terlalu berat.

Foto oleh: Motorsport Images

Diambil dari kependekan nama kedua pendirinya, Masao Ono dan desainer Kenji Mimura. Maki hanya masuk daftar balapan (entry list) delapan kali antara GP Inggris 1974 sampai GP Jepang 1976. Namun, tidak sekalipun mereka lolos kualifikasi.

Penyebabnya, sasis Maki F101A sampai F102A bermesin Cosworth DFV V8 yang terlalu berat. Maki F101A bahkan kelebihan berat sampai 150 kg.

Life (1990)

Bruno Giacomelli saat turun di GP Hungaria 1990 dengan sasis Life F190.

Bruno Giacomelli saat turun di GP Hungaria 1990 dengan sasis Life F190.

Foto oleh: Ercole Colombo

Pebisnis Italia, Ernesto Vito, memodifikasi nama belakangnya menjadi Vita alias Life dalam Bahasa Inggris. Sayangnya, usia tim ini tidak sepanjang yang diharapkan.

Menggunakan mesin W12 3.5-liter yang tidak biasa dalam 12 lomba dan dua Judd CV 3.5 V8, mereka tidak pernah mampu lolos pra-kualifikasi (DNPQ) F1 1990!

Alta (1950-1952)

Berasal dari Alta Car and Engineering Company atau biasa disingkat Alta. Suku kata Ta diambil dari nama pendirinya, Geoffrey Taylor, insinyur asal Surbiton, Surrey, Inggris. Sedangkan suku kata Al dari aluminium.

Taylor memproduksi mobil pertamanya pada 1929. Mobil sport pertama Alta mengusung mesin 1.1 liter dengan blok berbahan aluminium.

Alta turun lima kali di F1 antara GP Inggris 1950 sampai GP Inggris 1952 dengan sasis Alta GP dan mesin Alta L4s. Alta tidak mampu merebut poin dengan hasil finis terbaik P9 di GP Belgia 1950.

March (1970-1993)

Vittorio Brambilla di atas March 751 Ford ketika turun di lomba GP Brasil 1975.

Vittorio Brambilla di atas March 751 Ford ketika turun di lomba GP Brasil 1975.

Foto oleh: Motorsport Images

Sebelum Arrows, March sudah lebih dulu menggunakan huruf depan para pendirinya untuk nama tim. M untuk Max Mosley, AR dari Alan Rees (kedua huruf depan dipakai), C untuk Graham Coaker dan H dari Robin Herd.

Sebagai tim, March – juga pernah hanya menjadi konstruktor tim lain – turun dalam 207 balapan, March mampu dua kali menang, dua kali pole position, dan mencatat empat lap tercepat.

Token (1974)

David Purley menggeber Token RJ02 di GP Inggris 1974.

David Purley menggeber Token RJ02 di GP Inggris 1974.

Foto oleh: Rainer W. Schlegelmilch

Suku kata To diambil dari nama pengusaha kapal Yunani, Tony Vlassopulos. Sedangkan Ken dari Ken Grob, sebuah perusahaan penjamin kapal.

Tim asal Inggris ini empat kali balapan di F1 pada 1974 antara GP Belgia sampai GP Austria tanpa berhasil mendapatkan poin. Hasil terbaik mereka hanyalah finis P14 di GP Jerman.

Zakspeed (1985-1989)

Jonathan Palmer yang turun dengan sasis Zakspeed 861 memimpin atas rekan setimnya, Huub Rothengatter, di GP Portugal 1986.

Jonathan Palmer yang turun dengan sasis Zakspeed 861 memimpin atas rekan setimnya, Huub Rothengatter, di GP Portugal 1986.

Foto oleh: Motorsport Images

Gabungan dari nama Erich Zakowski dan kata speed. Komitmen tim asal Jerman ini dengan mesin turbo layak diapresiasi. Namun, setelah bekerja sama dengan Yamaha, torehan mereka justru memburuk.

Turun dalam 74 balapan antara GP Portugal 1985 sampai GP Australia 1989, Zakspeed hanya P10 klasemen konstruktor F1 1987 dengan menuai dua poin.

LDS (1962-1968)

Diambil dari huruf pertama setiap kata dari nama pembalap Afrika Selatan, Louis Douglas Serrurier. Sasis berbasis Cooper atau Brabham dengan mesin dari Alfa Romeo.

Turun lima kali antara GP Afrika Selatan 1962 sampai GP Afrika Selatan 1968, LDS lewat Doug Serrurier, Sam Tingle, dan Jackie Pretorius, sama sekali tidak mampu merebut poin atau statistik lain di F1.

Kojima (1976-1977)

Kazuyoshi Hoshino menggeber Kojima KE009 di GP Jepang 1977.

Kazuyoshi Hoshino menggeber Kojima KE009 di GP Jepang 1977.

Matsuhisa Kojima adalah pembalap motocross asal Jepang. Namun, ia mampu mendirikan tim F1 dengan menjadi pengusaha pengimpor pisang.

Hanya dua kali turun di F1, GP Jepang 1976 dan 1977, Kojima tidak mampu menuai poin karena hasil finis terbaik mereka hanyalah P11 di kedua lomba tersebut.

Footwork (1991-1996)

Derek Warwick mengendarai Footwork FA13B Mugen-Honda di GP Brasil 1993.

Derek Warwick mengendarai Footwork FA13B Mugen-Honda di GP Brasil 1993.

Foto oleh: Ercole Colombo

Saat pengusaha logistik Jepang, Wataru Ohashi, menanamkan invetasi besar ke Tim Arrows pada 1990, ia berpikir nama yang cocok untuk timnya adalah nama perusahaannya, Footwork Express Co., Ltd.

Turun dengan nama Tim Footwork Arrows antara GP Amerika Serikat 1991 sampai GP Jepang 1996, Footwork hanya mampu sekali finis podium lewat Gianni Morbidelli yang finis P3 di GP Australia 1995.

Onyx (1989-1990)

Stefan Johansson ketika turun dengan Onyx ORE-1 bermesin Ford di GP Brasil 1990.

Stefan Johansson ketika turun dengan Onyx ORE-1 bermesin Ford di GP Brasil 1990.

Foto oleh: Motorsport Images

Kedua pendiri, Mike Earle dan Greg Field, mengaku berfantasi saat menentukan nama tim F1 mereka. Masuk entry list sebanyak 26 kali dengan 25 kali start antara GP Brasil 1989 sampai GP Hungaria 1990, hasil finis terbaik Onyx adalah P3 lomba GP Portugal 1989 lewat Stefan Johansson.  

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hamilton Akhirnya Perpanjang Kontrak Mercedes
Artikel berikutnya Perubahan Manajemen Alpine Kejutkan Grosjean

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia