Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Perez Bisa Ubah Stigma Verstappen Sentris di Red Bull

Keputusan Tim Red Bull Racing menunjuk Sergio Perez sebagai pendamping baru Max Verstappen mencuatkan asa untuk merebut gelar konstruktor di Kejuaraan Dunia Formula 1 tahun depan.

Sergio Perez, Racing Point, on the pit wall after retiring from the race

Sergio Perez, Racing Point, on the pit wall after retiring from the race

Glenn Dunbar / Motorsport Images

Dengan resminya Sergio Perez menggantikan Alex Albon – kini menjadi pembalap ketiga – enam hari lalu, Red Bull Racing kini memiliki dua pembalap yang mampu menghancurkan dominasi Tim Mercedes-AMG Petronas dalam tujuh tahun terakhir Formula 1.

Kini pertanyaannya, apakah Prinsipal Tim Red Bull, Christian Horner, akan menyamakan posisi Perez dengan Max Verstappen?

Jika iya, bagaimana strategi yang akan dipakai Horner karena Perez juga memiliki kemampuan untuk menjadi juara dunia seperti Verstappen. Dengan masuknya Perez, apakah peluang Red Bull untuk merebut gelar juara dunia konstruktor kian besar?

Sejak era mesin hybrid diberlakukan di F1 mulai 2014, Mercedes tidak tersentuh di klasemen akhir pembalap dan konstruktor. Red Bull sendiri merebut empat gelar kampiun pembalap dan konstruktor empat kali beruntun pada 2010-2013 bersama Sebastian Vettel.

Max Verstappen mulai memperkuat Red Bull sejak putaran kelima F1 musim 2016 menggantikan Daniil Kvyat.

Di Red Bull, Verstappen berduet dengan Daniel Ricciardo (2016, 2017, 2018), Pierre Gasly (2019, sampai lomba ke-12), dan Alex Albon (sejak balapan ke-13 F1 2018 sampai akhir 2020).

Baca Juga:

Dengan duet Verstappen-Albon, Red Bull memang mampu kembali merebut posisi kedua konstruktor F1 2020. Posisi serupa kali terakhir sebelumnya mereka raih pada 2016, saat masih diperkuat Ricciardo dan Verstappen.

Albon dinilai tidak terlalu buruk. Namun, pembalap berdarah Thailand, 24 tahun, tersebut dinilai tidak mampu beradaptasi dengan sasis Red Bull RB16 sebaik yang dilakukan Verstappen.

Sebagai perbandingan, dari turun sembilan balapan akhir F1 2019 dengan RB15, Albon hanya sekali finis di luar zona poin (P14 di GP Brasil). Di delapan lomba lainnya, Albon finis paling buruk di P6.

Namun bagi Albon, RB16 sepertinya lebih rumit dibanding RB15. Albon memang dua kali naik podium, ketiga di Tuscan dan Bahrain. Tetapi, ia tiga kali finis di luar 10 besar (zona poin) dan sekali mundur dari lomba.

Statistik juga menunjukkan, gap Albon dengan Verstappen sangat jauh sepanjang F1 2020. Di kualifikasi, Verstappen unggul 17-0. Demikian pula untuk sektor di kualifikasi (49-2) dan hasil lomba (12-4).

Alhasil, Verstappen mampu merebut 214 poin dan berada di P3 klasemen akhir sedangkan Albon hanya 105 poin – sama dengan poin pembalap McLaren, Carlos Sainz Jr – di P7. Albon juga hanya unggul satu poin dari Charles Leclerc yang turun dengan Ferrari SF1000 yang tidak kompetitif.

Sepeninggal Daniel Ricciardo, Red Bull memang kesulitan mencari pembalap dengan kemampuan setara Max Verstappen. Problem tu diperparah Red Bull karena sejak Ricciardo pergi mereka menjadi Verstappen sentris.

Red Bull selalu mencari pembalap dengan kemampuan selevel Verstappen. Padahal, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, bisa dibilang tidak ada pembalap dengan kemampuan sefenomenal Verstappen.

Red Bull juga semakin cenderung meninggalkan filosofi sebagai pencipta bintang seperti yang pernah mereka lakukan pada Sebastian Vettel, Daniel Ricciardo, Pierre Gasly, dan Verstappen sendiri.        

Dengan bergabungnya Perez, Red Bull diharapkan bisa mengubah stigma Verstappen sentris yang selama ini cukup mengganggu proses regenerasi mereka.

Sergio Perez, Racing Point RP20, berada di depan Max Verstappen, Red Bull Racing RB16, dalam sebuah balapan di F1 2020 lalu.

Sergio Perez, Racing Point RP20, berada di depan Max Verstappen, Red Bull Racing RB16, dalam sebuah balapan di F1 2020 lalu.

Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images

Statistik karier Perez di F1 memang masih jauh di bawah Verstappen. Perez memang sudah 191 kali turun berbanding 119 milik Verstappen. Namun, Verstappen sudah 10 kali menang dibandingkan dengan satu milik pembalap asal Meksiko tersebut.

Verstappen sudah 42 kali naik podium (termasuk 10 kemenangan) sedangkan Perez baru 10. Perez belum pernah merebut pole position sedangkan Verstappen sudah tiga kali.  

Namun, sepanjang F1 2020 bersama Racing Point, Perez mampu sangat konsisten merebut poin jika tidak mengalami masalah teknis (Bahrain dan Abu Dhabi).

Empat kali tidak mampu merebut poin – dua lainnya, Inggris dan 70th Anniversary, absen karena terjangkit Covid-19 – Perez masih mampu meraup 125 poin untuk berada di P4 klasemen pembalap.   

Perez juga salah satu pembalap dengan kemampuan pengenalan ban (Pirelli) yang sangat baik. Kapasitasnya untuk urusan tire management diyakini setara dengan Lewis Hamilton, juara dunia tujuh kali (2008, 2014, 2015, 2017, 2018, 2019, 2020) dari Mercedes.

Kemenangan di GP Sakhir bukan satu-satunya bukti kehebatan Perez dalam urusan ban. Cara Perez berlomba dengan ban intermediate juga berujung pada finis podium kedua di GP Turki.

Pengalaman lama turun dengan power unit Mercedes sejak 2013 (McLaren, Force India, dan Racing Point) membuat Perez jelas tahu apa saja kelemahan pabrikan asal Jerman itu yang bisa dimanfaatkan oleh Red Bull musim depan.

Sejumlah kelebihan Perez tersebut memaksa Helmut Marko (penasihat Red Bull) dan Horner meninggalkan kebijakan mempromosikan pembalap muda yang sudah berjalan sejak 2007.

Di sisi lain, setelah sekian lama memperkuat tim medioker, F1 2021 menjadi kesempatan emas bagi Perez untuk membuktikan diri layak direkrut tim elite sekelas Red Bull.  

Bagi Red Bull, keputusan memilih Sergio Perez jelas menjadi bagian dari strategi dan target mereka untuk merebut gelar juara dunia konstruktor musim depan. Merebut trofi pembalap sepertinya masih sangat berat selama pembalap “kanibal” sekelas Lewis Hamilton.

Helmut Marko dan Christian Horner, memang sudah saatnya mengubah mentalitas mereka. Pandangan sebagai tim Verstappen sentris yang membuat Daniel Ricciardo kehilangan senyum, mengharuskan mereka mengubah sistem yang mampu mengakomodasi kemampuan Sergio Perez.

Stigma Verstappen sentris harus diubah sendiri oleh Red Bull jika ingin memberikan kado indah, juara dunia konstruktor, untuk pemasok power unit mereka, Honda, yang akan pergi pada akhir F1 2021 nanti.  

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Legenda F1 Ceritakan Momen Saat Bantu Sutradara Hollywood
Artikel berikutnya Atraksi Donat Buruk untuk Mesin dan Gearbox

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia