Prost: Banyak Orang Meremehkan Karier Saya di Formula 1
Legenda Formula 1, Alain Prost, menganggap orang-orang tak menghargai kariernya di ajang balap jet darat, padahal berusaha keras seperti pembalap lain dalam mencapai kesuksesan.
Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images
Peraih lima gelar juara dunia dan pemenang 51 grand prix, membuat Prost tak diragukan lagi sebagai salah satu yang terbaik di Formula 1.
Namun, nama Prost jarang disebut sebagai pembalap terbaik ketika orang-orang menyebut daftar legenda F1 dan seolah-olah meremehkan kesuksesan yang diraih pria asal Prancis itu.
Alain Prost menegaskan dirinya bersusah payah dalam meraih kesuksesan sama seperti pembalap lain yang telah memenangi titel F1.
“Mereka bertanya kepada saya siapa pembalap terbaik dalam 40 tahun terakhir! Saya tidak pernah menjawab pertanyaan itu karena mungkin ketika saya mengendarai mobil Juan Manuel Fangio bisa sebagus dia,” kata Prost.
“Dia memang yang terbaik dari generasinya, seperti saya bersama Ayrton Senna. Michael Schuacher atau Lewis Hamilton juga jadi yang terbaik di masanya.
“Tapi, tak diragukan lagi banyak orang yang meremehkan karier saya.”
Rivalitas antara Alain Prost dan Ayrton Senna tercatat dalam buku sejarah Formula 1 sebagai yang paling sengit. Pasalnya, keduanya selalu bersaing ketat dalam memperebutkan titel hingga akhir musim.
“Saya tak tahu mengapa diremehkan seperti ini. Saya hanya seorang pembalap dengan banyak gelar juara dunia, dan saya mencoba membantu rekan setim saya semampunya,” kata Prost.
“Dalam kasusnya dengan Ayrton. Saya sangat ingin dia menjalin kesepakatan dengan McLaren. Saya tak pernah memiliki kontrak sebagai pembalap utama. Mungkin ini bertentangan dengan saya. Apakah persaingan dengan Ayrton menjadi masalah? Sulit untuk diketahui.”
Prost merasa dirinya kerap diremehkan karena tak ingin terlalu tampil dihadapan publik yang membuat orang-orang tak mengenal dirinya dengan baik.
“Saya sering mengingatkan diri sendiri bahwa saya berasal dari Saint-Chamond, kota kecil di Loire, dengan keluarga saya yang tak memiliki banyak uang. Saya melakukan segalanya sendiri,” ujar Prost.
“Saya tidak memiliki manajer, saya mencari kontrak untuk diri sendiri. Saya memiliki hidung trapesium dan rambur keriting. Tapi saya berhasil meraih empat titel dan 51 kemenangan.
“Saat itu, saya berada di mobil yang mana orang-orang bisa mengambil posisi pertama. Tapi di waktu lain, saya memiliki balapan terbaik dalam hidup dan finis keempat. Tidak ada yang pernah melihat itu.
“Saya merasa bisa memenangi tujuh gelar. Terkadang kami tidak beruntung, ada tim yang melakukan kecurangan, sistem poin yang berubah. Namun, saya tidak menyesal. Apa yang akan berubah jika saya kembali melakoni kejuaraan?”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments