Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Gianpiero Lambiase, Race Engineer di Balik Sukses Max Verstappen

Gianpiero Lambiase memang selalu di belakang Max Verstappen. Namun, ia berperan sangat penting atas keberhasilan Verstappen menjadi juara dunia F1 2021.

Max Verstappen, Red Bull Racing and Gianpiero Lambiase, Red Bull Racing Race Engineer

Max Verstappen, Red Bull Racing and Gianpiero Lambiase, Red Bull Racing Race Engineer

Manuel Goria / Motorsport Images

Tidak banyak yang mengenal sosok Gianpiero Lambiase ini. Tetapi, perannya terbukti sangat krusial membantu Max Verstappen memenangi persaingan sengit melawan juara dunia tujuh kali (2008, 2014, 2015, 2017, 2018, 2019, 2020) Lewis Hamilton (Mercedes-AMG Petronas F1).

Belum lama ini, Verstappen mengungkapkan berapa pentingnya peran race engineer berpaspor Italia-Inggris tersebut.

Gianpiero Lambiase lahir pada 14 Oktober 1980 di Bedford, Inggris, dengan orangtua asli Italia. Ia lulus dari University College London pada 2002 sebagai insinyur mesin.

Lambiase mengawal karier di Formula 1 pada 2005 dengan bergabung ke skuad yang bermarkas di Silverstone lewat tim F3 yang dipimpin Collin Kolles.

Pencinta F1 sejati pasti tahu nama enam tim berbeda karena berganti kepemilikan namun tetap bermarkas di Silverstone, yakni Jordan, Midland, Spyker, Force India, Racing Point, dan terakhir Aston Martin.

Sergio Perez, Red Bull Racing, peringkat ketiga, Gianpiero Lambiase, Race Engineer Red Bull Racing, Max Verstappen, Red Bull Racing, pemenang lomba, dan Lewis Hamilton, Mercedes, P2, saat melakukan selebrasi di podium F1 GP Prancis 2021.

Sergio Perez, Red Bull Racing, peringkat ketiga, Gianpiero Lambiase, Race Engineer Red Bull Racing, Max Verstappen, Red Bull Racing, pemenang lomba, dan Lewis Hamilton, Mercedes, P2, saat melakukan selebrasi di podium F1 GP Prancis 2021.

Foto oleh: Drew Gibson / Motorsport Images

Lambiase mulai menjadi race engineer pembalap F1 pada 2010 mendampingi Vitantonio Liuzzi. Pada 2011 sampai 2013, Lambiase menangani Paul Di Resta saat memperkuat Force India.

Masih di Force India, Lambiase lalu menjadi race engineer Sergio Perez pada 2014. Ia kembali satu tim dengan pembalap Meksiko tersebut di Red Bull Racing sejak 2021.

Pada 2015, Red Bull Racing menarik Lambiase ke Milton Keynes, Inggris. Saat itu, ia diminta mendampingi pembalap asal Rusia, Daniil Kvyat.

Lambiase sendiri menjadi race engineer Max Verstappen sejak musim 2018. Sejak ditangani Lambiase, performa Verstappen menanjak dan berturut-turut menempati P4 klasemen akhir 2018, dua kali peringkat ketiga (2019, 2020), dan juara dunia pada 2021.

“Gianpiero, seperti saya, selalu berbicara langsung dan terbuka soal apa yang terjadi. Kami saling jujur satu sama lain dan ini sangat penting untuk momen-momen saat sesuatunya berjalan tidak bagus di trek,” kata Verstappen.

“Dengan kondisi seperti ini, kadang salah satu dari kami harus bersikap tegas terhadap lainnya. Tetapi itu memang sangat penting. Saya butuh orang yang bisa menujukkan saat saya melakukan kesalahan, termasuk lewat radio.”

Kedekatan hubungan Verstappen dengan Lambiase pun sempat menjadi cadaan Sergio Perez saat podcast Talking Bull. Saat itu, Perez bertanya kepada Verstappen, siapa di antara staf Red Bull Racing yang akan dia pilih untuk bertukar posisi.

Verstappen pun menjawab cepat: “Dengan race engineer saya, Gianpiero. Dengan begitu, saya akan bisa memarahi dia lewat radio!”

Max Verstappen, Red Bull Racing, merayakan kemenangan F1 GP Monako 2021 bersama para teknisi dan kru Red Bull Racing.

Max Verstappen, Red Bull Racing, merayakan kemenangan F1 GP Monako 2021 bersama para teknisi dan kru Red Bull Racing.

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Verstappen menjelaskan, keterbukaan antara dirinya dengan Lambiase, termasuk saat berkomunikasi lewat radio, membuat banyak orang berpikir keduanya selalu memarahi satu dengan yang lain.

“Saya pun sempat berpikir seperti itu karena nada bicara kami memang tinggi. Tetapi kami tidak pernah saling kesal satu sama lain. Kami hanya berusaha mencari jalan bagaimana meningkatkan kecepatan mobil,” tutur Verstappen.

“Jadi, tidak ada alasan bagi kami untuk saling memaafkan setelah debat sengit, misalnya. Hubungan kerja kami sangat bagus dan kami saing menyeangati. Hal itulah yang membuat kami selalu sibuk setiap akhir pekan balapan.”

Seperti dikutip Ziggo Sport, Verstappen dengan nada bercanda menyebut jika Lambiase meninggalkan F1, ia akan mundur sehari setelahnya.

Verstappen mungkin bergurau mengucapkan itu. Tetapi dari situ terlihat loyalitasnya terhadap sang race engineer.

Baca Juga:

Pentingnya peran Lambiase sebagai race engineer Max Verstappen juga diakui Christian Horner, Prinsipal Tim Red Bull Racing.

“Hubungan keduanya sangat dinamis dan intens. Saking dekatnya, akan suit membedakan di antara mereka siapa yang seharusnya menjadi pembalap dan siapa yang race engineer,” kata Horner.

“Menurut saya, hubungan kerja sama antara pembalap dan race engineer-nya menjadi hal paling mendasar untuk merebut sukses. Sang engineer harus mampu mengimplementasikan keperluan pembalap.

“Sebelumnya, saya melihat hubungan seperti ini di Red Bull Racing antara Sebastian Vettel dan (race engineer) Guillaume Rocquelin,” kata Horner mengenang sukses Red Bull Racing mengawinkan gelar pembalap dan konstruktor F1 pada 2010 sampai 2013 bersama Vettel.

 

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Esteban Ocon: Formula 1 Bisa Lebih Menarik daripada Sepak Bola
Artikel berikutnya Kemampuan Perez Terdongkrak berkat Setim dengan Verstappen

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia