Regulasi Mesin F1 2026 Bakal Bikin Red Bull Menderita
Peralihan mesin generasi terbaru yang diberlakukan pada 2026 diprediksi bisa menyusahkan Red Bull, selaku pemain baru dalam pembuatan power unit F1.
Foto oleh: Giorgio Piola
Seperti yang diketahui, Formula 1 mulai bergerak menuju balapan yang lebih ramah lingkungan dan target nol karbon pada 2030. Mereka mendorong penyuplai bahan bakar agar menciptakan sumber energi sintetis dan berkelanjutan, untuk mengganti produk dari minyak bumi
Untuk mendukung program itu, berbagai aturan baru ditetapkan termasuk perubahan seputar aerodinamika untuk musim depan dan mesin generasi terbaru, yang kabarnya diundur setahun dari rencana awal 2025.
F1 ingin mesin murah dan berkelanjutan yang mudah diakses para pendatang baru. Timbul ide membuat power unit blok enam silinder, sehingga memungkinkan untuk mengutak-atik ruang pembakaran serta kepala silinder. Motor Generator Unit-Heat (MGU-H) kemungkinan besar dihilangkan.
Di antara produsen power unit, regulasi mesin terbaru bakal memukul Red Bull. Pasalnya, mereka tidak membangun mesin dari nol seperti Mercedes, Ferrari, Renault yang memang dikenal sebagai raksasa otomotif.
Die Roten Bullen mendapatkan warisan dari Honda, yang bakal hengkang dari F1 akhir musim nanti. Pabrikan asal Jepang itu memang tidak lepas tangan dan memberi bantuan teknis, tapi hanya sampai 2022.
Selepas itu, semua harus diurus sendiri oleh Red Bull. Agar proyek ini berhasil, mereka membajak beberapa ahli dari Mercedes, yang jadi saingan utama, untuk menahkodai Red Bull Powertrains.
Ernest Knoors, pakar mesin yang pernah bekerja dengan BMW dan Ferrari, mengutarakan keraguan perjalanan Red Bull Powertrains akan berjalan mulus setelah 2026. Ada beberapa kendala yang sulit diatasi oleh perusahaan yang akan bermarkas di Brixworth itu.
“Risiko proyek mesin mereka bisa timbul dengan adanya aturan baru. Makin banyak perubahan, kian sulit bagi Red Bull. Berpikir tentang adanya bahan bakar sintetis, regulasi bahan bakar atau peran sistem listrik yang lebih besar jika MGU-H hilang,” ujar Knoors kepada majalan Formule 1.
“Membangun sebuah motor adalah sesuatu yang bisa mereka lakukan. Tapi, membangun satu mesin yang lebih kuat daripada Mercedes, Ferrari dan Renault adalah tantangan sulit.
“Mercedes, Ferrari dan Renault sudah punya basis blok mesin untuk mengembangkan mesin baru karena mereka terikat dengan pembuat mobil.”
Sumber daya manusia, infrastruktur serta proses transfer teknologi juga bisa jadi rintangan. Saat ini, Red Bull sedang membangun pabrik dilengkapi perangkat mutakhir. Namun, itu bukan jaminan.
“Itu sifatnya terbatas karena menyangkut pengetahuan spesifik, tapi Anda bisa mengambil dari itu. Red Bull tidak memilikinya,” Knoors menambahkan.
Kerangka waktu juga mesti dipikirkan para petinggi Red Bull Powertrains. Mereka mesti mematangkan konsep paling lambat 2024, melakukan pengujian pada 2025, sebelum meluncurkan saat aturan diberlakukan.
“Saya kira Red Bull akan merasakan tekanan dengan waktu,” ujarnya. Solusi paling cepat adalah menggandeng produsen otomotif yang sudah mapan.
Christian Horner, Prinsipal Red Bull Racing
Foto oleh: Red Bull Content Pool
Sementara itu, Prinsipal Red Bull, Christian Horner masih punya asa terkait regulasi mesin 2025-2026.
“Saya ingin V12 5 liter dengan putaran sangat tinggi, tapi saya kira, kami tidak akan mendapatkan itu. Ini akan jadi evolusi dari regulasi yang ada. Kami tidak didikte oleh OEM (pabrikan perangkat orisinil), kami ingin apa yang tepat dengan olahraga.
“Kami ingin semua bagus dan perlu memberi tanda centang pada kotak bijak secara lingkungan dan efisiensi, jadi saya berasumsi itu akan jadi turunan yang kami miliki,” ia menerangkan.
Pria Inggris tersebut sadar kalau salah satu solusi untuk mendongkrak proyek mereka adalah bermitra dengan pabrikan otomotif. Volkswagen Group sudah melirik rencana Red Bull.
“Kami terbuka untuk bekerja dengan setiap OEM atau entitas teknik. Kami ingin mesin yang terintegrasi secara penuh dengan sasis. Oleh karena itu, investasi ini akan jadi sangat terlibat dengan entitas kami daripada melakukan sesuatu berbeda,” katanya.
“Kami butuh mesin secara kompetitif dan ini rute terbaik. Mercedes tidak mau menyuplai dan Renault juga, jadi itu tidak membuat kami punya banyak pilihan.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments