Siasat Ferrari Antisipasi Panas Berlebih Power Unit di Prancis

Diego Tondi selaku Kepala Pengembangan Aerodinamika Ferrari membeberkan trik timnya untuk menghadapi kondisi panas Sirkuit Paul Ricard, tuan rumah GP Prancis.

Ferrari F1-75 technical detail

Grand Prix Prancis, akhir pekan ini (22-24/7/2022) diprediksi akan berlangsung dalam kondisi cuaca yang panas. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Scuderia Ferrari.

“Ini menjadi salah satu tugas departemen aerodinamika untuk mencari cara yang tepat mengatasinya,” ucap Diego Tondi, yang akan melakukan debut sebagai Kepala Pengembangan Aero Ferrari, soal tantangan berikutnya yang harus dihadapi Tim Kuda Jingkrak.

Prakiraan cuaca menyebut bila temperatur maksimum akan terjadi pada Jumat dan Sabtu yang mencapai 28° Celsius. Sementara, suhu pada Minggu diprediksi akan naik menjadi 29° Celsius.

Peluang untuk turunnya hujan juga sangat kecil. Itulah mengapa suhu tinggi akan mejadi salah satu faktor krusial yang harus dihadapi tim-tim pada GP Prancis kali ini. Selain itu, level degradasi ban juga wajib diperhitungkan seluruh tim di Sirkuit Paul Ricard nanti.

Baca Juga:

Bodywork dengan level medium-tinggi akan kami pakai untuk pendinginan. Kami juga akan membuka lebih luas ‘lubang-lubang insang’ di sisi atas bodi,” tutur Tondi.

“Kami juga akan memodifikasi intake rem untuk memaksimalkan pendinginan pada pelek, atau kemampuan mengekstrak panas dari ban.

“Karena karakteristik trek, kami juga harus memperhatikan tyre management. Tetapi, suhu lingkungan yang tinggi akan membuat persyaratan ini makin sulit.

“Untuk rem, trek sebetulnya tidak menyuguhkan pengereman yang sangat parah. Jadi, dari sudut pandang pendinginan komponen ini, lomba di Paul Ricard tidak menjadi perhatian.”

Pada lomba GP Austria, 10 Juli lalu, power unit mobil Carlos Sainz terbakar hingga membuatnya tidak mampu finis.

Mobil Carlos Sainz, Ferrari F1-75, yang tampak hangus usai terbakar saat lomba F1 GP Austria pada 10 Juli 2022 lalu.

Mobil Carlos Sainz, Ferrari F1-75, yang tampak hangus usai terbakar saat lomba F1 GP Austria pada 10 Juli 2022 lalu.

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Situasi ini membuatnya berisiko start dari posisi buncit bila Ferrari memutuskan menurunkan power unit baru. Jika mengandalkan power unit lama, karena sudah dipakai melibas jarak panjang, tenaga power unit juga dipastikan berkurang.

Padahal untuk melawan tim sekuat Red Bull Racing, Ferrari harus selalu mampu sangat kuat untuk mengimbangi keperkasaan sasis RB18, yang selama ini terbukti memiliki reliability lebih baik.

Tondi juga menjelaskan akan menurunkan konfigurasi downforce (gaya tekan) medium pada aerodinamika. Set up ini diperhitungkan tidak akan mengorbankan kecepatan Ferrari F1-75 di lintasan lurus.

“Dari sudut pandang aerodinamik, Paul Ricard adalah sirkuit yang ditandai dengan berbagai macam tikungan, dari yang sangat lambat seperti 15 (Point) hingga yang sangat cepat seperti 7 (Virage du Mistral) dan 10 (Signes),” tutur Tondi.

“Meskipun termasuk sirkuit dengan kontribusi beban aerodinamik terhadap waktu lap lebih besar, simulasi menunjukkan bila kompromi optimal adalah tingkat beban rata-rata.

“Ini disebabkan lintasan lurus yang cukup panjang. Dengan mobil regulasi baru ini, perlu perhitungan secara detail untuk menemukan pengaturan optimal yang menempatkan mobil pada posisi untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.”

 

dibagikan
komentar

Alfa Romeo Tak Mau Terikat dengan F1 untuk Jangka Panjang

Ferrari Siapkan 6 Hidung untuk Set Up F1-75 di GP Prancis