Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Sophia Florsch Tata Jalan Menuju Formula 1

Sophia Florsch menjadi perempuan pertama yang terjun ke DTM sejak 2012. Ia tampil di ajang itu untuk membuka jalan menuju kompetisi utama, Formula 1.

Sophia Flörsch, HWA Racelab

Foto oleh: Alexander Trienitz

Gadis 20 tahun tersebut punya ambisi kuat untuk mencapai tujuannya. Hal ini dibuktikan usai mengalami kecelakaan parah pada F3 GP Macau 2018.

Kala itu, mobilnya terbang dengan kecepatan 275km/jam, membentur mobil pembalap lain, sebelum berakhir di tribune fotografer. Ia mesti menjalani operasi retak tulang belakang salama tujuh jam. Beruntung, ia tidak sampai lumpuh, hanya perlu absen lama untuk melakukan rehabilitasi fisik.

Dukungan penggemar dan beberapa pembalap F1 membuatnya bersemangat menata kariernya. Florsch kembali berlatih dan memulai dari Formula Regional European Championship 2019 bersama Van Amersfoort Racing.

“Saya lihat bagaimana itu terjadi, tapi target saya adalah masuk Formula 1 dan sukses di sana, mungkin jadi juara dunia. Itu sebuah target besar di mana saya makin dekat dengannya setiap tahun. Saya pikir mungkin saja menjadi perempuan juara dunia,” ia menandaskan kala itu.

Bersama manajemennya, pembalap Jerman itu lantas menyusun strategi. Mereka tak hanya fokus pada F3 tapi juga melebarkan sayap ke lomba ketahanan. Semakin banyak pengalaman untuk bertarung di berbagai tipe mobil, tentu saja berguna meningkatkan skill.

Pada 2020, ia memperkuat dua tim, yakni Campos Racing untuk FIA F3 dan Richard Mille Racing Team untuk European Le Mans Series dan 24 Hours of Le Mans-LMP2.

Musim ini, Florsch mengikuti DTM dengan Abt Sportsline dan FIA World Endurance Championship – LMP2 dengan Richard Mille Racing Team. Salah satu contoh pembalap yang mampu melompat ke F1 dari DTM adalah Pascal Wehrlein pada 2015.

Baca Juga:

“Tujuan saya masih di sana. Saya belum menyelesaikan balapan formula karena memutuskan untuk pergi ke DTM. Semoga, cepat atau lambat, saya akan kembali ke sana juga,” ujarnya kepada ran.de.

Selepas menguji Audi R8 LMS, Florsch mengungkapkan, “Dibanding dengan Formula 3, saya harus mengekang agresivitas di gas dan setir. Meski bantuan mengemudi seperti ABS dan kontrol traksi masih belum familiar bagi saya.”

Namun, ada pro kontra terkait rencana Florsch. Mantan pilot F1, Robert Kubica, menilai jalan Wehrlein tidak bisa diikuti untuk sekarang karena jenis mobil yang dipakai DTM berbeda.

“Gaya balapan dan apa yang Anda pelajari dari mobil GT tidak selalu berhasil untuk mobil formula 1,” katanya.

Nada pesimistis juga diutarakan mantan pilot F1, DTM dan Le Mans, Hans-Joachim Stuck. Ia menilai Florsch sudah keluar jalur untuk menggapai mimpinya.

“Jika seseorang memutuskan untuk keluar dari sekolah formula dan mencoba balap GT, ini keputusan di mana tak ada jalan untuk kembali,” tuturnya kepada Speedweek.

“Jika Anda tidak lanjut secara konsisten di mobil formal dalam kelas berbeda, Anda sudah berbelok. Lalu kembali lagi? Saya pikir tidak akan berhasil. Ini adalah dua pasang sepatu bot yang sangat berbeda. Ini bagus untuk mereka dan DTM. Saya harap akan ada lebih banyak wanita.

“Florsch? Mobil tidak mudah dikemudikan dan dia juga akan mendapat pelajaran juga. Tapi dia akan ada di tengah secepatnya, saya tidak khawatir tentang itu.”

Eks pilot Jordan F1, Timo Glock, memiliki pendapat bertolak belakang. Pria yang masih bertarung di DTM 2021 untuk Rowe, yakin ajang ini bisa jadi batu loncatan.

“Ini sebuah kolaborasi intensif dengan engineer, yang juga terdapat di Formula 1. Anda dapat membawa itu dengan Anda. Pertarungan di trek juga sangat berbeda dan Anda menyerap banyak pengalaman dengan Anda. DTM adalah batu loncatan yang bagus bagus,” katanya.

#50 Richard Mille Racing Team Oreca 07 - Gibson: Tatiana Calderon, Sophia Florsch, Beitske Visser

#50 Richard Mille Racing Team Oreca 07 - Gibson: Tatiana Calderon, Sophia Florsch, Beitske Visser

Foto oleh: JEP / Motorsport Images

Menolak Peluang

Sebenarnya Florsch punya kesempatan mengakses Formula 1, lewat W Series yang menggaransi tempat di Akademi Pembalap Ferrari. Prinsipal Ferrari F1, Mattia Binotto, menawari untuk berpartisipasi dalam uji kemampuan para pilot wanita andal.

Namun, ia menolak mentah-mentah karena menganggap kompetisi tersebut hanya untuk kepentingan marketing. Dia ingin seperti Michele Mouton yang mampu menunjukkan kualitas dirinya di antara para pilot laki-laki.

“Ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan marketing, di mata saya, ini bukan cara untuk membantu wanita dalam olahraga motor,” ucapnya kepada Rheinische Post.

“Bagi saya, balapan di W Series sebuah langkah mundur di level olahraga. Saya ingin berkompetisi dengan yang terbaik di olahraga ini dan yang terbaik adalah laki-laki, jadi saya ingin balapan di antara para pria. Hanya kemudian, dapatkan saya mendapat sorotan untuk kategori lebih baik. Saya tidak mau menjadi obyek untuk pemasaran.”

Kritik tersebut bisa saja membuat tim-tim F1 berpikir ulang untuk memberinya peluang. Namun, kisahnya bisa saja berbeda jika Florsch mampu membuktikan kapasitasnya sebagai pembalap jempolan di setiap kategori yang diikuti.

#1 Richard Mille Racing Team Oreca 07 - Gibson: Tatiana Calderon,  Sophia Flörsch

#1 Richard Mille Racing Team Oreca 07 - Gibson: Tatiana Calderon, Sophia Flörsch

Foto oleh: Erik Junius

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Bottas Akui Belum Mampu Penuhi Ekspektasi Mercedes
Artikel berikutnya Haas Benarkan Mazepin Sulit Beradaptasi dengan Mobilnya

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia