Teknisi Mercedes Ungkap Perbedaan Hamilton dengan Pembalap Lain
Selain bakat, seorang bos Tim Mercedes menyebut Lewis Hamilton juga memiliki kebiasaan yang tidak dipunyai pembalap lain.
Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images
Musim lalu, Lewis Hamilton berhasil menyamai jumlah rekor juara dunia Formula 1 terbanyak yang dimiliki Michael Schumacher, tujuh. Sejatinya, kehebatan pembalap asal Inggris tersebut sudah terlihat sejak awal dirinya turun di F1.
Hamilton melakukan debut F1 di Grand Prix Australia 2007 bersama Tim McLaren F1. Hamilton yang saat itu baru 22 tahun langsung mampu naik podium dengan finis di posisi ketiga (P3).
Hebatnya, setelah itu Hamilton mampu finis P2 secara beruntun di Malaysia, Bahrain, Spanyol, dan Monaco. Ia hanya butuh lima balapan untuk merebut kemenangan pertamanya di F1 dengan menjadi yang terbaik di GP Kanada 2007.
Empat podium utama dan delapan finis podium lainnya membuat Hamilton langsung menjadi runner-up pada musim perdananya di F1.
Saat itu, Hamilton hanya tertinggal satu poin dari sang juara dunia, Kimi Raikkonen (Scuderia Ferrari, 110 poin). Menariknya, poin Hamilton saat itu sama dengan rekan setimnya yang notabene juara dunia 2005 dan 2006, Fernando Alonso.
Berikutnya, Hamilton seolah tinggal memilih rekor mana lagi yang akan dipecahkannya. Hamilton memecahkan rekor kemenangan lomba terbanyak milik Schumacher (91) usai menjadi yang tercepat di GP Portugal 2020. Kini, ia mengantongi 95 kemenangan lomba F1.
Hamilton juga merebut gelar ketujuhnya musim lalu: 2008, 2014, 2015, 2017, 2018, 2019, 2020. Melihat kekuatan timnya saat ini, Mercedes-AMG Petronas, Hamilton diprediksi akan mampu mempertahankan gelarnya.
Kehebatan dan bakat Hamilton sebagai pembalap sebetulnya sudah terlihat sejak ia turun di gokar. Hal itu diungkapkan Mike Elliott. Pria yang kini menjadi Direktur Teknologi Mercedes itu pernah bekerja di McLaren antara 2000 sampai 2008 di divisi aerodinamika.
Elliott menuturkan, ia kaget saat melihat Hamilton, 36 tahun, masih sangat serius mengikuti tes aerodinamika. Padahal, tugasnya hanya mengemudi naik dan turun trek lurus dengan kecepatan konstan.
“Ini mungkin pekerjaan paling membosankan yang pembalap lakukan. Biasanya, menjelang tes selesai, pembalap mulai tidak bisa berkonsentrasi sehingga membuat kesalahan,” ucap Elliott.
“Tetapi tidak dengan Hamilton. Ia tetap fokus sampai akhir. Lalu, ia pasti ingin segera mengetahui hasil tes dan apa lagi yang masih bisa ditingkatkannya lain waktu.”
Elliott menambahkan, saat di McLaren dirinya sudah tahu Lewis Hamilton sudah berada di trek yang benar. McLaren mengamati Hamilton sejak masih turun di gokar dan merekrutnya pada 1995, saat usianya baru 10 tahun.
“McLaren melihat Lewis Hamilton berkembang pesat di kelas-kelas formula junior dan tahu sejauh mana kemampuannya. Bahkan, pada musim perdananya di F1, Hamilton mampu menyaingi Fernando Alonso. Saya kira itu spesial,” ujar Elliott.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments