Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Toto Wolff Nilai F1 Makin Kuat Gegara Krisis

Dengan berhentinya Frank Williams tahun ini, Toto Wolff sekarang jadi prinsipal tim aktif yang paling sukses di Formula 1. Ruang lingkup dalam olahraga motor untuk Mercedes juga termasuk Formula E, di mana rival-rival seperti BMW dan Audi secara mengejutkan mengumumkan mundur. Jadi bagaimana bos tim juara dunia tujuh tahun melihat masa depan kedua seri dan apa pandangannya terhadap olahraga motor ke depannya?

Valtteri Bottas, Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W11, Toto Wolff, Mercedes AMG F1 Director of Motorsport

Foto oleh: Mercedes AMG

Thought leadership series

Thought leadership series

Untuk #ThinkingForward terbaru, kami bicara kepada Toto tentang peran masa depan pabrikan dalam olahraga, pertarungan akhirnya antara hybrid dan listrik untuk dominasi balapan dan ketika F1 seharusnya menetapkan pembatasan gaji untuk para pembalap.

Tapi kami mulai dengan Formula 1 dan semua yang terjadi tahun ini, Concorde Agreement, batas anggaran, kesuksesan program balapan dimulai lagi setelah lockdown, apa Wolff menilai Formula 1 dalam format lebih baik sekarang karena pelajaran yang didapat dari krisis? Dan apakah itu akan membentuk masa depannya?

TW: Jelas, ini adalah tahun sulit dari sudut pandang olahraga. Tapi lebih penting, dari sudut pandang pribadi, saya pikir tak ada dari kami yang akan pergi keluar pada 2020 di malam Tahun Baru dan mengatakan, ‘itu sangat hebat’. Saya pikir, seiring dengan mentalitas tim, Anda belajar banyak dari situasi menyakitkan. Dan berdasarkan itu, saya setuju dengan Anda bahwa olahraga akan kembali kuat dari sini. Kami dapat menyusun kalender bersama dan ini terima kasih kepada FIA, FOM dan tim-tim yang berkolaborasi dalam hal positif. Dan kami telah mengurangi biaya bersama-sama. Kami merupakan satu dari sedikit olahraga di dunia yang mampu melakukannya. Dan saya yakin ini akan memperkuat kami ke depannya.

Toto Wolff, Executive Director (Business), Mercedes AMG, mengoleksi trofi konstruktor untuk  Mercedes

Toto Wolff, Executive Director (Business), Mercedes AMG, mengoleksi trofi konstruktor untuk Mercedes

Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images

Dari sebuah sudut pandang strategis, masa depan yang sukses untuk Formula 1 jelas di mana tim-tim, FIA dan Formula 1 semua sejalan dengan olahraga yang mereka inginkan. Dan fan menemukan bahwa produk itu dan kepribadian menarik. Lima tahun lalu, saya kira tidak ada dari kita yang mengatakan bahwa kita sudah ada di jalur itu. Tapi apakah kita berada di jalur itu sekarang?

TW: Saya kira kami berada di jalur yang sangat baik, melawan semua rintangan, kami masih berkembang, di TV regular, bebas ditonton dan berbayar. Dan sangat sukses dengan kerja sama bersama Netflix, di mana kami telah mendapat penonton baru. Media sosial berkembang sangat kuat; olahraga yang berkembang paling pesat secara global, tentu, dari level rendah dari beberapa rekanan Amerika Serikat kami.

Perkembangan penonton terbesar adalah antara 15 hingga 36 tahun. Dan kami bisa melihat itu dan merasakan setiap hari di mana para pengikut muda bertumbuh. Saya katakan dalam hal itu, kami dalam posisi lebih baik dari lima tahun lalu. Pengambilan keputusan dibuat bukan jangka pendek lagi dan tak menentu seperti yang kami lakukan di masa lalu.  Tapi membuat keputusan untuk skala waktu menengah hingga panjang, di mana menghindari polemik seputar “siapa yang diuntungkan esok atau hari ini?” Menurut saya, secara keseluruhan, sebuah tempat lebih baik.

Toto Wolff, Executive Director (Business), Mercedes AMG

Toto Wolff, Executive Director (Business), Mercedes AMG

Photo by: Steve Etherington / Motorsport Images

Salah satu hal besar yang akan mengubah wajah Formula 1 adalah batasan biaya. Kami sudah melihat dampak jangka pendek, aliansi antara Ferrari dan Haas berubah, contohnya dengan pakar casis Simone Resta pindah ke Haas dan staf saling pindah dan aliansi dengan pembalap, seperti Mick Schumacher. 

TW: Simone Resta pernah dipinjamkan ke tim-tim partner di masa lalu, seperti Sauber Alfa Romeo. Dia mungkin salah satu di antara para engineer yang sangat hebat dalam bisnis. Jelas bahwa itu adalah keuntungan besar bagi Haas, seperti dengan Sauber di masa lalu. Jadi secara keseluruhan, hubungan antara tim-tim, baik kemitraan, seperti yang Anda sebutkan, atau kerja sama, seperti yang kami miliki dengan McLaren, di mana kami merupakan pemasok power unit, saya piker ini penting dalam skala ekonomi.

Saya pikir tim-tim ini mendapat manfaat dari biaya riset dan pengembangan yang besar, yang telah diinvestasikan selama bertahun-tahun dari para pabrikan. Di sisi lain, kami dapat membiayai kembali beberapa biaya operasi kami. Ini adalah situasi yang saling menguntungkan dan saya kira inilah jalan untuk maju.

Tentu saja, kami perlu mempertimbangkan para produsen perangkat asli (OEM) atau tim-tim yang tidak memiliki relasi semacam itu sekarang dan tidak berakhir dalam situasi di mana ada perbedaan besar. Jadi kami perlu menyelaraskan pandangan jangka panjang saat ini, mungkin 80 persen tim-tim punya kemitraan seperti itu. Jadi saya berharap di masa depan, setiap orang mendapat keuntungan berbeda dari yang saya sebutkan tadi.

Nyck De Vries, Mercedes Benz EQ

Nyck De Vries, Mercedes Benz EQ

Photo by: Alastair Staley / Motorsport Images

Bicara tentang peran pabrikan, kami lihat beberapa pergerakan kejuaraan besar tahun ini: Honda memutuskan F1 tidak lagi sesuai dengan anggaran. Di Formula E, kami melihat BMW dan Audi mundur. Anda lihat ini merupakan bagian pasang surut alami pabrikan di kejuaraan balap? Atau ini awal dari evaluasi lagi yang lebih besar terkait nilai balap motor untuk sektor otomotif? 

TW: Saya kira ada beberapa alasan di balik datang dan pergi. Dan yang paling penting adalah pengembalian investasi. Jika Anda tidak dapat menciptakan imbal hasil, baik itu di sisi branding atau marketing, atau transfer teknologi, atau sederhananya dengan istilah keuangan, cepat atau lambat, orang-orang di dewan akan mengatakan, “Ya, kenapa kita melakukan ini?”.

Ini sudah jelas. Anda perlu mendapat sesuatu dari itu. Jika imbal hasil Anda tidak cukup untuk standar industri, atau dibandingkan dengan aktivitas lain yang Anda terapkan, suatu hari, Anda akan menghentikan aktivitas-aktivitas lain.

Lebih dari itu, jika tidak berhasil, dan tidak ada manfaat apa pun dari segi merek, kalau saya ada di dewan, saya juga akan mempertimbangkan melakukan itu. Tapi perbedaan antara bagaimana kami (Mercedes) melihat sesuatu di balap motor adalah kami menganggap olahraga sebagai bagian dari DNA kami. Kami membangun mobil-mobil jalanan, dan mobil pertama dari Mercedes adalah sebuah mobil balap. Kami tidak mengubah pikiran setiap tahun berdasarkan kesuksesan atau kegagalan.

Kami melalui berbagai periode penderitaan ketika Mercedes ke Formula 1, sebagai sebuah pemasok mesin, tapi juga sebagai tim. Ketika Anda melihat ke belakang, antara 2010-2013, tiga musim penuh, kami tidak kompetitif, dan hanya pada 2013, rintangan berubah sedikit sebelum sukses pada 2014.

Ada satu hal yang semua modal dan sumber daya tak bisa beli di Formula 1, yakni waktu. Anda perlu bersabar, Anda perlu punya sudut pandang jangka panjang untuk meraih keuntungan di masa depan. Orang-orang di Tingkat Dewan, datang dan pergi atau orang-orang berubah mengikuti apa yang diinginkan pasar-cerita kelistrikan- perusahaan-perusahaan dapat bergerak ke arah itu. Saya menerima itu, jika saya berada di situasinya, saya akan mempertimbangkan itu. Tapi Daimler tidak pernah seperti itu. Dan inilah kenapa kami berada di F1 hari ini dan tentu dengan keberhasilan yang kami dapatkan. Kami bisa saja keluar dari olahraga pada 2013, kalau kami tidak mampu mengatasi tahun-tahun menyakitkan.

Baca Juga:

Stoffel Vandoorne, Mercedes Benz EQ, EQ Silver Arrow 02

Stoffel Vandoorne, Mercedes Benz EQ, EQ Silver Arrow 02

Photo by: Sam Bloxham / Motorsport Images

Melihat Formula E khususnya banyak pabrikan ikut serta musim lalu tapi patokan saat ini perusahaan kendaraan listrik, Tesla, tidak berkompetisi dalam olahraga. Apa itu memengaruhi pemikiran tentang perlunya ambil bagian seri balapan mobil listrik? 

TW: Kenapa OEM atau perusahaan mobil berkompetisi dalam balap motor atau berinvestasi dalam platform marketing atau branding? Karena mereka hanya ingin menambah ekuitas merek dan nilai ekuitas merek pada perusahaan mereka. Mereka ingin dianggap dengan cara tertentu. Membeli mobil adalah tugas emosional, sering dijelaskan dengan pemikiran rasional “Saya beli mobil ini karena bebas karbon”. Tapi sebenarnya saya beli mobil ini karena ingin menunjukkan kepada dunia bagaimana saya melihat diri saya daripada siapa saya sebenarnya.

Jadi itu semua latihan pemasaran. Tesla melakukan itu. Elon Musk adalah kepala pemasaran sekaligus kepala pemandu sorak di perusahaannya. Dia berdiri untuk tepi, untuk inovasi, untuk kewirausahaan dan dia bintang rock, Anda bisa bilang itu. Mereka pelopor dalam mobil listrik. Mereka tak butuh platform marketing karena Tesla dan pemiliknya dan CEO mendukung marketing.

Perusahaan-perusahaan yang punya sejarah panjang di sektor otomotif, mereka selalu bermain dalam platform marketing untuk memuat faktor emosi kepada merek mereka. Berdasar itu, platform-platform ini punya relevansi.

Mercedes sungguh diuntungkan dari kesuksesan kami di Formula 1 beberapa tahun terakhir, kami bagus di olahraga, sekarang kami punya citra sporty, kami terlihat dinamis. Semuanya ada di sekitar kerja tim, dan pola pikir di belakangnya dan pada platform global. Anda menambahkan faktor sangat penting kepada ini, mobil-mobil hebat, kemudia semua pekerjaan saling berkaitan. Keuntungan merek, keuntungan marketing dan penjualan mobil dan margin mereka akan mendapat manfaat dari aktivitas ini. Jadi itu semua tergantung kepada keputusan Anda. Apa platform marketing yang ingin saya gunakan? Dan bagaimana saya bisa memuat faktor emosional dalam keputusan membeli sebuah mobil?

Toto Wolff, Mercedes AMG F1 Director of Motorsport

Toto Wolff, Mercedes AMG F1 Director of Motorsport

Photo by: Mercedes AMG

Strategi Formula 1, sementara bekerja pada bahan bakar berkelanjutan dan menggandakan mesin mobil pembakaran hybrid internal akan berada di jalan yang panjang setelah penjualan mobil baru dilarang di beberapa negara berkembang oleh pemerintah mereka. Bagaimana pabrikan melihatnya? Dan apa Anda masih akan memproduksi mesin kendaraan pembakaran internal 10, lebih 15 tahun dari sekarang?

TW: Saya tidak bisa memprediksi ke mana industri akan berada pada 2030. Data hari ini, dan yang paling dinamis menunjukkan bahwa daripada punya kendaraan listrik 30 persen pada 2025, kita akan memiliki 30 persen kendaraan listrik pada 2030. Kami melihat dorongan besar pada bahan bakar hayati dan bahan bakar sintetis, di mana akan sangat mengurangi emisi pada mobil berbahan bakar bensin jika energi datang dari sumber berkelanjutan.

Jadi saya yakin Anda tidak benar-benar menilai hari ini di mana industri mobil jalanan berada pada 2030. Ada pabrikan mobil premium seperti Daimler, yang masih berinvestasi kepada mesin pembakaran internal, karena kombinasi dengan bahan bakar berkelanjutan. Ini lebih baik dari jejak karbon daripada beberapa kendaraan listrik sekarang, di mana sumber energi berasal dari batu bara atau gas. Dalam hal itu, saya percaya bahwa di Formula 1, ini tentang transfer teknologi, di mana kami seharusnya memimpin paket dengan bahan bakar berkelanjutan dan bahan bakar hayati dalam kolaborasi dengan pemasok bahan bakar kami, berkolaborasi dengan perusahaan induk kami, dan di saat yang sama menjadi terbuka terhadap transfer teknologi di bidang kelistrikan, tapi kami perlu punya pandangan holistik.

Formula 1 adalah platform hiburan berbasis pada teknologi mutakhir. Kami perlu melihat densitas energi untuk aplikasi di bidang mobil jalanan. Dan kami perlu melihat densitas tenaga untuk faktor hiburan Formula 1. Dan tidak ada jawaban mudah untuk pertanyaan itu.

Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1, posisi kedua, and Lewis Hamilton, Mercedes-AMG F1, posisi ketiga, saling memberi selamat di grid

Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1, posisi kedua, and Lewis Hamilton, Mercedes-AMG F1, posisi ketiga, saling memberi selamat di grid

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Toto berdasarkan survei penonton baru-baru ini, kami menemukan bahwa penggemar Motorsport Network sangat mendukung pembatasan anggaran di Formula 1 untuk tim-tim (75 persen), tapi kami sedikit terbagi dalam hal pembatasan gaji pembalap, yang sedang dievaluasi (40 persen pro, 36 persen kontra). Anda pikir hal itu bisa bekerja dan ini tepat untuk Formula 1?  

TW: Tentu saja, itu topik yang terpolarisasi, topik kontroversial. Saya kira kami perlu melakukan segalanya untuk membuat Formula 1 berkelanjutan, dan kami perlu menghentikan tim-tim dengan sumber daya lebih banyak berkompetisi di bidang berbeda daripada mereka yang dibatasi biaya.

Jadi jika Anda mengatakan ada pembatasan biaya pada casis, saya kira kami perlu memiliki batasan biaya atau membekukan sisi power unit. Jika itu terjaga, uang akan diberikan ke area lain, orang-orang akan berkompetisi di pasar untuk manajer, dan gaji mereka akan mencapai ketinggian astronomis untuk orang-orang terbaik. Dan dengan cara sama di sisi pengemudi. Dan saya yakin bahwa pembalap Formula 1 yang terbaik di dunia, mereka seharusnya dibayar seperti sebagian besar bintang-bintang olahraga di dunia, tapi kami seharusnya melihat liga-liga olahraga Amerika Serikat. Anda dapat mengatakan bahwa NFL dan NBA membuat liga mereka dan tim mereka berkelanjutan dengan mencapai target impas dan target keuntungan.

Kami, sebagai Formula 1, hanya akan berkelanjutan dan membangkitkan minat pemilik tim yang tiba agar waralaba ini mendapat keuntungan kalau kami mencapai konsensus umum untuk biaya, dan dalam hubungan itu, kami perlu melihat biaya pembalap dalam cara yang sama dengan cara penanganan di Amerika Serikat.

Toto Wolff, Executive Director (Business), Mercedes AMG, dan tim Mercedes merayakan kesuksesan lain di Kejuaraan Dunia

Toto Wolff, Executive Director (Business), Mercedes AMG, dan tim Mercedes merayakan kesuksesan lain di Kejuaraan Dunia

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Akhirnya, Toto, pencapaian Anda mencapai banyak hal sebagai bagian dari tim Mercedes selama tujuh tahun terakhir. Di mana Anda melihat diri Anda dalam tujuh tahun? 

TW: Lagi, juga di sana, sulit membuat prediksi. Tapi saya menyukai olahraga. Saya suka balap monil, saya suka platform. Saya melihat potensi besar Formula 1 untuk maju. Kami punya komponen kepemimpinan tambahan dengan Stefano Domenicali datang, Chase masih di sana. Dalam hal itu, saya percaya bahwa kami semua bersama, semua pemangku kepentingan dapat mengarahkan olahraga ini ke masa depan lebih cerah.

Kami melihat keberhasilan yang kami raih dalam satu atau dua tahun dengan beragam langkah yang kami buat. Dan saya yakin dalam tujuh tahun, olahraga bisa berada di posisi fantastis. Itu artinya bahwa tim-tim akan berkelanjutan, secara finansial, kebijaksanaan teknologi dan akan menyajikan hiburan hebat. Jadi ini tempat di mana saya ingin tinggal. Saya bangga menjadi pemilik bersama tim ini bersama Mercedes. Tapi peran saya di masa depan mungkin berubah. Menjadi prinsipal tim sekarang di tahun kedelapan dan saya ingin melakukannya untuk sementara waktu, tapi mungkin saya akan beralih ke beberapa fungsi eksekutif lain dalam beberapa tahun ke depan.

Saya belum membuat keputusan. Ini tentang mengidentifikasi struktur organisasi di masa depan, mengembangkan individu dan hanya jika saya bisa mengubah peran saya.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya F1 Esports: Nicolas Longuet Berharap Bisa Tembus Tiga Besar
Artikel berikutnya Dilelang, Helm Together As One Vettel Terjual Rp3,8 M

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia